Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2006

Kartun Sigaret

Waktu 'A Mild' bikin iklan versi kepiting, karena menggunakan pendekatan kartun, iklan tersebut diprotes dimana-mana. Alasannya, dikuatirkan dapat membujuk anak-anak untuk merokok. Padahal iklan rokok pada umumnya, hanya boleh ditayangkan di atas jam 10pm. Orang tua ajaib mana hayo, yg masih membiarkan anak-anaknya masih melek dan nonton tv di atas jam segitu? Saat ini masih beredar, iklan 'LA Lights' dengan pendekatan sama walaupun dikombinasi dengan model orang sungguhan. Namun tak ada yang protes. Asumsi santai saya: 1. A Mild salah memilih hewan untuk dikartunkan. Kepiting terkesan imut, sehingga yang imut-imut biasanya dekat dengan dunia anak-anak. Coba kalo yang dipilih adalah buaya. 2. Karena iklan A Mild waktu itu sebetulnya digemari juga oleh orang dewasa. Lalu orang-orang dewasa itu berpikir, 'Gue aja yang udah bangkotan suka dengan iklan itu, gimana dengan anak-anak gue?'. Dengan kata lain, iklan A Mild yang sekarang beredar kurang menarik sehingga ti

Brokeback Super

salah satu hal yang menghibur ketika jalanan jakarta macet, adalah billboard iklan. minimal ada sesuatu untuk diperhatikan. kita bisa tahu brand mana saja yang paling boros mengeluarkan uang untuk berpromosi maupun menjaga image. misalnya, marlboro . dengan konsep dan thema yang konsisten, siapa pun penduduk kota akan tahu bagaimana tampilan billboard rokok ini. semua titik strategis dikepung. secara periodik, mereka mengganti tampilan sehingga tak membosankan dan kita semua menunggu koleksi image mereka berikutnya. jika akhir-akhir billboard marlboro lama tak terlihat di jalanan, saya sependapat jika sebaiknya memang begitu. sejak film 'brokeback mountain' mencetak sukses dunia, kita semua kuatir bahwa marlboro yang memiliki kemiripan dengan film tersebut dari segi thema akan berdampak kurang baik pada citra produk. pihak marlboro tak perlu juga menjelaskan jika alasannya memang begitu, nanti malah dicap phobia. dengan spirit petualangan, djarum super membuat konsep seru

Perjalanan Akhir

ada ruang yang tak dapat dipadati oleh bentuk apapun kecuali kehadiranmu aku menunggu hingga lembar udara terakhir kukunyah dimana kau rasa sakit yang dapat kutakar namun tanpa kau di sampingku, diriku semakin terkulai tanpa daya derit waktu menjadi jagal yang kian menyakitkan kupikir kaulah dajal yang bertanggung jawab atas diriku dimana kau angin bersirip menebas malam diiringi dandang gula dimatikannya aku ketam, belut, jari manis, dan hewan-hewan sungai air tawar menutup jasadku dengan doa tak berjudul dimana kau seorang lelaki berjubah terang menuntunku berjalan bersisian pada sebilah garis kututup mata karena tak indah pemandangan dapat kukenang namun batinku masih jelas dapat menatap perjalanan aneh masih berharap kau mengejakan setiap gerak yang tak dapat kubaca maknanya menghalaukan keraguanku atas perjalanan yang kutahu kemana arahnya mengenalkanku pada sosok yang menggiringku entah untuk apa menghilangkan dahagaku menenangkan ruhku adalah rasa sedingin es yang membuatku ber

Ingin Berhenti Menjadi Sahabat Bagi Setiap Orang

Ingin berhenti menjadi sahabat bagi setiap orang Sahabat mestinya mengayomi, tidak sekedar ada ketika dibutuhkan Sahabat itu membimbing, tak sekedar menyayangi Sahabat itu mengingatkan, bukan sekedar menemani Apa yang telah kulakukan terhadap para sahabat? Hanya bisa mendengarkan tanpa bisa mengarahkan, tanpa bisa menunjukkan Dari lubuk hati ingin menghentikan ketika mereka keliru Ingin sekali mengarahkan Namun saya tak berani untuk menginterupsi Asal bukan aku yang salah Asal bukan aku yang terlanjur berbuat Seharusnya, biarlah aku yang salah asal bukan sahabat Biarlah aku yang celaka asal bukan sahabat Pantaskah menyandang predikat sebagai sahabat bagi seorang sahabat untuk semua yang tidak aku lakukan terhadap para sahabat? Ingin berhenti menjadi sahabat bagi setiap orang Karena aku tak sanggup mengemban amanah Terlalu naif untuk terus menjadikan diri sebagai sahabat padahal tak perduli Terlalu narsis untuk mencelakan diri.

kau pada hujan

ternyata hujan kupeluk rindu tanpa bentuk remuk dendam dalam genggaman ternyata kau tinggali bau pada bayangan kuendus hingga bekukan ternyata maya isi segala bejana kenangan sesaki palung penuhi impian kau pada hujan terpeluk beku dibilangannya

Mahasiswa Plus

Seminggu sekali di luar jam kantor, saya meluangkan waktu untuk mengajar di sebuah universitas. Supaya terus belajar dan ilmu pengetahuan di kepala tak menguap tanpa bekas. Semester demi semester saya lalui dengan berbagai kenangan dan pengalaman. Menghadapi mahasiswa, bukanlah hal yang sulit. Namun tidak juga mudah. Kadang saya menghadapi satu dua mahasiswa yang merepotkan. Santai aja. Saya tak ingin menjadi dosen yang galak namun tidak bermutu. Ingat saya juga dulu pernah menjadi mahasiswa. Datang terlambat, ngobrol di kelas, menyontek, membaca majalah, mengisi tts, mengantuk... Mungkin perasaan-perasaan yang saya alami juga dialami dosen-dosen saya dulu. Apa perlu saya menolak mahasiswa masuk kelas gara-gara terlambat padahal saya dulu juga suka terlambat? Apa saya perlu menyuruh mahasiswa yang kedapati mendengkur di kelas untuk mencuci muka saat saya menerangkan sesuatu? Pada kesempatan lalu, saya menemukan seorang mahasiswa yang sesekali tertidur di kelas. Bermata m

Rumput Tetangga Selalu Lebih Hijau

Seorang sahabat baru saja menceritakan kisah perselingkuhannya. Bukan yang pertama kali, sehingga tidak terlalu mengejutkan. Saya menyaksikan ia bahagia saat bercerita. Lebih dulu lagi, rekan kerja saya begitu bersemangat setiap harinya semenjak dia punya 'orang lain' di luar pernikahannya. Bukan berarti saya setuju dengan jalan hidup yang mereka jalani. Namun apapun yang mereka lakukan, mereka tetaplah sahabat saya. Biasanya, karena tak ingin terdorong untuk menghakimi, saya tak pernah ingin memberi nasihat walaupun apa yang diperbuat atau dikatakan oleh orang-orang itu tidak sesuai dengan standar moral yang saya miliki. Bahkan jika mereka curhat. Bahkan jika mereka minta pendapat saya. Saya hanya boleh mendengarkan, tak ingin menganjurkan. Orang-orang itu yang paling tahu masalahnya. Orang-orang itu yang mestinya mengambil keputusan mau meneruskan atau berhenti. Tokh mereka pasti tahu resiko apa yang mesti ditanggung. Saya selalu percaya bahwa apapun yang dilakuk

Kenangan Terindah

Suatu malam saya diajak segerombolan teman makan malam di sebuah kawasan tempat makan murah meriah. Bolak-balik sekelompok pengamen menyanyikan berbagai lagu. Salah satu yang membuat saya tertegun dan langsung suka adalah sebuah lagu baru berjudul 'Kenangan Terindah' dari grup band baru bernama Samson. Bila yang tertulis untukku Adalah yang terbaik untukmu Kan kujadikan kau kenangan Yang terindah dalam hidupku Ketika punya waktu senggang, saya cari lagunya. Saya putar berulang-ulang. Seperti biasa, teman-teman kantor akan tertular menyukai lagu yang saya putar. Saya tidak mendengarkan radio. Saya tidak melihat televisi. Saya bahkan jarang mengunjungi tempat-tempat para pengamen beredar. Koleksi lagu saya adalah lagu-lagu lawas. Saya sangat tertinggal informasi mengenai lagu-lagu baru yang sedang kondang.

Hadapi dengan Pintar, Bukan Menghindar

Akhir-akhir ini, saya sedang mempraktekkan hidup mengalir, sesungguh-sungguhnya mengalir. Maka, ketika saya mengalir saya mestinya tidak boleh menolak sesuatu yang datang menghampiri. Termasuk telepon-telepon yang masuk. Termasuk kejadian-kejadian yang mungkin tidak sedap. Termasuk ajakan dan undangan. Ketika ajakan itu terdengar menyenangkan dan saya punya waktu untuk ajakan itu, saya akan katakan saya bisa. Ketika ajakan itu terdengar tidak menyenangkan padahal saya punya waktu untuk ajakan itu, ini yang menjadi dilema. Di satu sisi, saya ingin menerima. Di sisi lain, yang tak ingin mengorbankan perasaan. Seorang sahabat getol sekali menghubungi saya. Saya tak ingin terlalu sering berhubungan dengan dia. Beberapa alasan mengapa saya tak ingin terlalu sering berhubungan dengannya: Dia selalu minta saya menemani ke tempat-tempat yang tidak populer di mata saya untuk mencari barang-barang keperluannya. Dia selalu minta pendapat saya untuk hal-hal kecil yang, masya allah, saya pikir anak

Talk to Strangers

Saya tak pernah mau mengakui bahwa saya tidak tahu dengan siapa saya bicara! Saya akan sangat berterima kasih jika ada teman, baru maupun yang sangat lama, ketika menghubungi ponsel saya, baik menelpon maupun mengirim SMS, mereka mau menyebutkan nama. Karena kalau tidak, saya pasti akan sangat kebingungan siapa dengan siapa saya berhadapan. Seberapa banyak, sih, memori ponsel yang saya miliki? Sementara nomor-nomor baru bersaing terus berdatangan meminta tempat: teman-teman baru, klien. Apalagi, dari satu orang saja begitu banyak nomor yang dimilikinya. Bayangkan, selain nomor ponselnya, saya juga harus merekan nomor kantor, nomor CDMA, rumah. Saya tak mungkin menyimpan semua nomor orang-orang itu semuanya. Ponsel yang saya miliki bukanlah ponsel mahal dengan memori yang banyak. Dengan keterbatasan daya tampung, saya harus mencari akal. Misalnya, saya akan memindahkan nomor-nomor yang sudah jarang saya hubungi ke buku. Nomor-nomor dari orang-orang yang kerap saya hubungi saj

Tuhan adalah Alam Semesta

"Kamu masih Islam?" Seorang sahabat bertanya, ketika saya membuka percakapan lewat ponsel dengan mengucap 'assalamualaikum'. Tentu saja saya tak perlu tersinggung. Apa yang saya lakukan akhir-akhir ini memang mengundang sejumlah prasangka. Sejak setahun terakhir ini, saya tertarik memperdalam hal-hal yang berbau spiritual. Bukan berarti tiba-tiba saya menjadi religius. Saya membaca berbagai buku dan diskusi. Saya bergaul dengan pihak-pihak non muslim. Untuk sekedar mencari tahu mengapa mereka begini begitu. Sebuah petualangan batin yang saya alami kemudian. Dan ini urusan saya. Saya mengganti kata 'Allah' dengan 'Tuhan', karena saya bergaul dengan sahabat-sahabat yang heterogen latar belakang agamanya. Kemudian saya mengganti kata 'tuhan' dengan 'alam semesta' karena ternyata sahabat-sahabat saya itu atheis. Mengaku beragama tapi tak berperilaku agamis. Tentu mereka beribadah, namun hanya untuk menunjukkan bahwa mereka memeluk agama. D

He Passed Away

A hand above the water An angel reaching for the sky Is it raining in heaven - Do you want us to cry? And everywhere the broken-hearted On every lonely avenue No-one could reach them No-one but you One by one Only the Good die young They're only flying too close to the sun And life goes on - Without you... [Bryan May, Queen: No One But You] Seorang teman baru saja meninggal dunia. Walaupun tak begitu mengenal dekat, namun berita kematian tetaplah bukan kabar menyenangkan. Mati muda. Bukan keinginan banyak orang. Meninggalkan orang-orang tercinta. Meninggalkan pekerjaan yang belum selesai. Selamat jalan, kawan... Mendengar dari orang tua, guru mengaji, para sahabat, dan bahkan buku: bahwa kematian justeru awal dari perjalanan panjang sesungguh-sungguhnya. Belum lama ini saya mulai memperdalam pengetahuan mengenai hidup sesudah mati. Tergantung amal perbuatan, kehidupan macam apa lagi yang paling menghendaki jiwamu sesudah ruhmu diambil kembali oleh Sang Maharuh. Surga akan membent

Mimpi JK

A day. Sarapan bersama wakil presiden, JK: bubur ayam, nasi uduk, korma. Saya selalu ingin mengomentari gaya kumisnya. Namun tentu saja hanya boleh di dalam hati saja. Siangnya, menemani seorang sahabat, ke pelosok pasar pagi. Ada razia narkoba. Namun tanpa ditanya dan diperiksa, kami lolos. Arah pulang menuju parkiran, karena masing-masing sibuk, kami terpisah. Saya bingung karena rupanya ponsel dan dompet tertinggal dalam mobil. Bagaimana saya menghubungi sahabat saya itu? Tak ada uang sepeser pun di kantong. Bahkan saya lupa parkir di mana! What a day. [Hanya serangkain mimpi yang saya dapat pada suatu malam]

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Inspirateur

Jika saya tak bertemu dan lalu bersahabat dengan Tiara Lestari- model majalah Playboy terbitan Spanyol- pada Januari lalu, mungkin halaman-halaman blog saya ini akan tetap melompong. Sejak saya membuka blog sekitar bulan Mei tahun lalu, tulisan yang saya buat seringnya menyangkut di 'save as draft'. Banyak tulisan tidak selesai. Saya betul-betul hanya membuat draft, tanpa tahu kapan akan dijadikan sebuah tulisan yang utuh. Saya memang suka menulis. Menulis apa saja, di mana saja. Saya menulis pada selembar kertas, buku kuliah, note book. Namun tak terlalu disiplin dan tak rutin. Pertemuan dengan Tiara itu, benar-benar membuka hati dan pikiran. Saya perhatikan bagaimana dia mencari ide, berdiskusi dengan teman-teman, dan menuliskan pengalamannya dengan santai. Dalam hati, mestinya saya juga bisa. Selanjutnya, saya menyemangati diri untuk menjaga mood, terus mencari ide, meluangkan waktu, dan lebih peka terhadap berbagai hal. Tiara Lestari, betul-betul inspirasi sa

Kaos Kasut

Sepertinya saya harus ikhlas mengakui. Betapa saya memiliki banyak pasang kaos kaki namun hampir semua kendor karetnya dan berbolong-bolong. Saya merasa harus segera membuang semua dan membeli beberapa pasang kaos kaki baru. Saya punya beberapa cerita tentang kaos kaki. Waktu saya duduk di sekolah dasar, kaos kaki yang kendor, agar tidak melorot saya ikat dengan karet gelang. Sewaktu saya indekos, saya pernah linglung mencari sepasang kaos kaki favorit saya. Saya sudah bertanya kepada binatu yang mengurus laundry, mereka merasa sudah merapikannya. Suatu pagi, saya melihat kaos kaki yang saya saya cari membungkus rapi kedua kaki salah seorang anak kos. Saya tak menegur, kuatir dia malu atau mungkin karena saya sungkan atau malah sebal sama dia. Saya cuma menyampaikannya kepada binatu. Tak berapa lama, anak yang memakai kaos kaki saya itu pindah kos. Saya baru tahu setelah beberapa hari dia ptidak terlihat. Saya bertanya ke

Teror-ejing Terojing

Saya menerima sebuah SMS, dari sebuah nomor asing. Langsung saya hapus karena tak ingin menjadi anchor negatif dalam hati maupun otak. Seseorang yang pastinya mengenal saya namun malu menunjukkan identitas, menyindir tentang tulisan-tulisan yang saya buat di blog ini. Hmm, sepertinya saya tak pernah ingin menyerang siapa pun. Saya berpendapat bahwa 'teman' saya itu telah berprasangka. Saya kasihan padanya. Dalam jurnalistik, saya punya kesimpulan bahwa jika seseorang tak setuju dengan tulisan seseorang yang ditulis pada sebuah media, sebaiknya dia mengutarakan ketidaksepahamannya itu dengan membuat tulisan tandingan. Bukan menyerang penulisnya. Dalam dunia blog pun, hal sama bisa saja diterapkan. Jika seseorang tak setuju dengan tulisan yang ditulis oleh blogger lain, sebaiknya membalas dengan menulis ketidaksetujuannya dengan blog juga, blog sendiri. Tidak memaksakan kehendak dengan menyerang pribadi blogger yang tak sepakat dengan dirinya. Saya menyebutnya

My All

Beberapa hari ini saya sedang rajin mendengarkan Mariah Carey. Pengaruhnya, teman-teman seruangan saya ikut tertular juga. Kami mendengarkan lagu-lagu berkarakter si Mimi itu di sambil sibuk beraktivitas. Bahkan, kalau sedang sinting, kami memutar lagu keras-keras sambil ikut bernyanyi. Seperti di ruang karaoke saja. Pagi ini, sejak bangun tidur, mulut ini rasanya tak henti-hentinya bersenandung My All. Hati yang memilihkan. Mungkin suasana hati saya memang sedang in the mood sesuai dengan lagu itu. I am thinking of you In my sleepless solitude tonight If it's wrong to love you Then my heart just won't let me be right 'Cause I'm drowned in you And I won't pull through Without you by my side I'd give my all to have Just one more night with you I'd risk my life to feel Your body next to mine 'cause I can't go on Living in the memory of our song I'd give my all for your love tonight

Negeri Betina

Berrziarah ke negeri betina Dalam pokok rongga vagina dan kusamnya lendir retina Batina-betina bagai perahu yang sepertiga tiangnya dililit bendera layu Berlayar menyebrang waktu Setumpuk ombak sekantung gelombang Riuh rentan diciumi seteru Berziarah ke negeri betina hingga uzur dilumuri mazmur Aku yang haus lalu diasini gelombang Menciut kelu dihempasnya Meliuk ngilu dipaksanya Berziarah ke negeri betina hingga tak pulau tak pulang Setumpuk ombak segagu gelombang Perahu laju tanpa mampu kudaki padahal hatiku padanya Benderanya melingkari sepertiga panjang nadinya Betina betina Betina betina

Kisah Penjual Es Mambo

Kali lain, saya menjadi penjual es mambo keliling. Saya menjadi distributor tunggal dari usaha pembuatan es mambo milik keluarga. Adik saya masih kecil-kecil. Kakak-kakak saya sudah bekerja, kuliah, dan lainnya tinggal di asrama. Waktu itu saya sudah duduk di bangku SMP. Peternakan ayam sudah tutup. Serangan tetelo membuat hampir semua ayam mati. Menurut banyak orang, gaji Bapak dari pabrik ban terbesar di Bogor waktu itu tergolong tinggi. Namun Bapak masih perlu mencari uang tambahan untuk menyokong keperluan keluarga besar kami. Bapak ingin semua anaknya mengecap pendidikan setinggi-tingginya. Bapak melakukan apa saja, mengkaryakan siapa saja di rumah, dan mengajarkan hidup yang sangat sederhana agar cita-cita bersama itu tercapai. Bapak lalu membeli sebuah freezer untuk membuat es mambo. Siang sepulang sekolah, saya biasanya ke pasar untuk membeli bahan-bahan dasar untuk membuat es mambo. Kacang hijau, gula, coklat bubuk, rupa-rupa pewarna, bua

Kisah Penjual Sayur

Bapak saya gemar berkebun dan bertani. Setiap pagi sebelum bekerja, sore hari sepulang kantor, dan sepanjang hari Minggu, Bapak biasanya di kebun dan di sawah. Bapak berkebun dan bertani bukan sekedar untuk hobby, tapi juga untuk mendapat uang sampingan untuk keluarga besarnya. Bapak punya beberapa petak tanah yang lokasinya berjauhan. Belum lagi, Bapak juga mengelola tanah-tanah milik tetangga atau milik kerabat yang digadaikan. Ada tanah yang cocok untuk ditanami padi, ada yang cocok untuk beternak ikan, ada juga yang hanya cocok ditanami palawija. Sejak saya kecil, saya lupa di usia berapa, saya dan saudara-saudara sudah berkubang dengan lumpur untuk membantu Ibu dan Bapak. Ibu tak pernah mengeluh walaupun kulitnya jadi sangat gelap karena sering terbakar matahari. Saya sangat kehilangan waktu bermain dengan teman-teman seusia. Tak ada pilihan, dari pada dipukuli Bapak jika tidak ikut membantu. Selain padi, Bapak juga berkebun kacang tanah, kacang panjang, buncis, singkong, ubi, me

Kisah Penjual Telur

Sejak saya menempati rumah yang bertetanggaan dengan pasar tradisional, sedikit demi sedikit saya mengurangi kunjungan ke super market. Beberapa kebutuhan harian bisa saya penuhi dari pasar tersebut dengan harga yang jauh lebih murah. Salah satunya adalah telur. Jika week end, saya senang memasak dengan menu telur. Telur dadar, telur ceplok. Haha, itu saja sebetulnya. Namun adik perempuan saya terkadang membuatkan bakwan jagung dengan campuran telur. Hati-hati jika membeli telur. Harus kita sendiri yang memilih. Jika kita serahkan begitu saja pada penjualnya, mereka akan memasukkan telur-telur yang sudah pecah. Beberapa kali menimpa saya. Tidak saja di satu penjual, namun hampir rata-rata semua penjual telur di pasar itu. Kata bapak waktu saya kecil, perbuatan semacam itu adalah perbuatan yang tidak jujur. Berikan yang terbaik yang kita punya untuk melayani, apapun, kepada siapa pun. Saya ingin mengenang masa kecil saya tentang telur dan usaha ternak ayam yang pernah dijalani keluarga

Semua yang Terlihat Sesuai dengan Prasangka

Setiap kali saya berkomentar atau bertanya tentang sesuatu hal, seorang sahabat saya selalu mengingatkan: "Segala sesuatu itu terlihat seperti prasangkamu." Sering kita membiarkan diri kita dikuasai oleh prasangka. Padahal kenyataannya jauh dari apa yang kita duga. Banyak hubungan antar manusia jadi buruk karena prasangka.. Ada yang berprasangka karena keadaan membuatnya begitu, namun ada juga orang yang memang senang berimajinasi, membuat prasangka-prasangka. Saya memiliki sebuah kencan. Setelah berputar-putar, akhirnya kami berhenti pada sebuah lokasi. Bukan tempat romantis. Tidak juga bersih dan justeru terkesan kurang aman dan mengerikan. Kencan saya mungkin bertanya-tanya mengapa saya mengajaknya ke tempat seperti itu. Saya katakan, "Tempat ini akan indah sesuai dengan prasangkamu. Pun akan mengerikan sesuai dengan prasangkamu." Seorang sahabat menelpon saya dengan gusar. Pada sebuah mailing list yang kami bersama, seorang anggota mengirimkan e

Mimpi 'Kain'

Saya termasuk orang yang suka menginterpretasi mimpi. Bagi saya, mimpi merupakan pertanda dan kondisi emosi atau keinginan bawah sadar yang saya alami. Saya menemukan begitu banyak simbol dalam mimpi yang menantang untuk diterjemahkan. Hitung-hitung saya mempraktekan semiotik, salah satu hal yang dipelajari dalam ilmu komunikasi. Tak selalu saya anggap serius, sekedar untuk membuat diri terhibur saja. Beberapa malam lalu, saya bermimpi sedang berkumpul dengan almarhum bapak dan almarhumah kakak perempuan saya. Kami sepertinya sedang rebahan pada sebuah ketinggian. Di bagian tengah di antara kami, ada semacam bidang putih yang posisinya lebih rendah sehingga kami harus melongok ke bawah untuk melihat apa yang terjadi. Pada bidang putih polos yang sepertinya memantulkan sinar itu, saya mendapati empat buah huruf berwarna hitam dengan ukuran kecil dibandingkan dengan bidangnya, terdiri dari K (kapital), a, i, dan n. Apa maknanya? Sepertinya baru kali ini saya bermimpi demikian.

Harta, Tahta, Cinta: Are Gone

Seorang sahabat baru saja menjual mobilnya. Bukan untuk berganti kendaraan baru. Kesulitan keuangan membuatnya harus bertindak begitu. Walaupun dia ikhlas dan yakin dengan apa yang dia lakukan, saya melihat segaris kesedihan dari wajahnya. Sekonyong-konyong, seorang tamu datang. Tampak sendu. Lalu dia bercerita bahwa dirinya baru saja mendapat pesangon karena perusahaan tempatnya bekerja melakukan pengurangan karyawan besar-besaran. Sahabat saya tertegun. Begitulah semesta menunjukkan bahwa kita tidak sendiri. Tak selamanya kita diberi segala kemasyuran. Sahabat saya yang lain berhari-hari jumpalitan menahan rindu karena diputuskan kekasihnya. Walaupun air mata sudah banyak ditumpahkan, tokh sang kekasih tak pernah kembali juga. Kehilangan-kehilangan yang membuat saya makin menyadari tak ada sesuatu pun yang kekal. Semua hanya titipan: harta, tahta, cinta.

'Tidak Melekat' agar Seimbang

Beberapa waktu lalu saya ikut sebuah kelas meditasi. Sang guru berucap: "Jangan melekat pada suatu situasi terlalu lama." Saat bermeditasi duduk khusu dalam satu posisi, kita dituntut untuk berkonsentrasi pada suatu hal. Namun seringnya, walapun niat khusus selalu ada, yang namanya pikiran selalu saja berlalu lalang. Entah itu kenangan masa lalu, maupun rencana-rencana dan imajinasi di masa datang. Jangan melekat, maksudnya, ketika saya dalam situasi meditasi, pikiran-pikiran liar itu jangan dibiarkan tambah meliar hingga seolah meditasi hanya diisi oleh nostalgia dan lamunan. Seyogyanya saya harus segera kembali berkonsentrasi. Saya jalankan konsep meditasi dalam kehidupan sehari-hari. Namanya kehidupan, tentu saya jalani seperti seharusnya saya hidup. Tidur, makan, bekerja, bersosialisasi, beribadah. Karena tidak melekat tadi, saya kemudian tidak membiarkan diri dan persaan saya larut dalam situasi-situasi tertentu yang mungkin akan menjadikan diri saya kecil. Ketika meliha

Kekasih yang Disakiti

Di tengah sepasang mantan kekasih yang sedang berseteru. Semua merasa paling benar. Semua merasa teraniaya. Padahal saya tak ingin memihak. Padahal saya tak ingin berucap apa pun. Kalo boleh, saya ingin mendengarkan saja. Biar masalah mereka pecahkan berdua. Karena saya tidak tahu siapa yang paling benar dan saya tak perduli. Karena saya tidak tahu siapa yang paling teraniaya dan saya tak perduli. Saya ingin mereka kembali berbaikan dalam bentuk hubungan apa pun. Bahwa mereka pernah bersama dalam suka dan duka. Saling berbagi. Tak penting siapa yang paling mencintai. tak penting siapa yang paling perduli. Tak penting siapa yang paling berinvestasi. Tak penting juga sudah berapa lama mereka pernah menjalin. Saya dan mantan kekasih pernah berselisih. Kami memiliki sahabat bersama. Saya curhat ke dia dan mantan kekasih saya pun curhat ke dia. Dia menceritakan kembali apapun yang mantan kekasih saya ceritakan ke saya dan sebaliknya. Bukannya menjadi baik, masalah jadi tambah runyam. Saya t