Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2006

Razia STNK & KTP di Bogor

Polisi daerah Bogor melakukan razia bagi para pengendara mobil. Mereka meminta KTP dan STNK pengendara, untuk dicocokkan identitasnya. Jika tidak, dilakukan tilang. Tujuan kegiatan ini, didasarkan atas banyaknya para pemilik kendaraan yang ber-KTP Bogor, namun nomor polisi mobilnya bukan F (seri Bogor). Untuk ketertiban administrasi, keseragaman antara alamat KTP, SIM, dan surat-surat kendaraan memang sangat penting. Hal ini akan mendukung terwujudnya manajemen publik yang baik. Kondisi ketidakseragaman antara alamat surat-surat kendaraan dan bahkan identitas pemiliknya dengan KTP/SIM, sudah berlangsung lama. Tapi tidak pernah ada tindakan. Sebagian orang mungkin masih punya anggapan bahwa hal ini memang dibolehkan. Jadi mestinya, kepolisian tdak melakukan aksi penghukuman secara tiba-tiba. Dalam hal ini, kepolisian perlu konsisten menjalankan programnya supaya tujuan mulya menyeragamkan identitas pribadi dengan surat-surat kendaraan bisa tercapai. Selain surat-surat kendaraan d

Kuatir Jaipong

Pada milis Kota Bogor yang saya ikuti, topik mengenai kekuatiran Jaipong akan 'dipunahkan' jika RUU APP disahkan, sedang ramai dibahas. Mungkin karena mayoritas penghuni milis ini adalah orang Sunda, maka banyak pihak merasa ikut prihatin. Jika jaipongan betul-betul dilarang oleh RUU, lalu kenapa? Mengapa kita menjadi tiba-tiba perduli dan prihatin nasib jaipong? Selama ini ikut melestarikan saja tidak. Apakah kita selama ini punya perhatian dengan menganjurkan anak perempuan kita berlatih tarian ini? Apakah kita punya waktu dan minat untuk menonton pertunjukan daerah baik di panggung di sekitar rumah kita atau di TVRI? Perubahan sosial yang membawa dampak pada pergeseran standar moral dan nilai-nilai, akan selalu terjadi di masyarakat mana pun. Dulu Ibu kita sehari-hari pake kain batik dan kebaya (kebaya sunda, ketat di badan), dengan sanggul atau rambut panjang menjuntai. Sekarang, ibu-ibu kita berbusana panjang dengan kerudung menutupi kepala. Jaman kebaya dan sanggul ur

Feminism Unileverism

Reputasi pagi public figure teramat berarti. Reputasi tertentu dapat membentuk image tertentu bagi yang bersangkutan. Artis, sebagai public figure, mempertaruhkan reputasi mereka dari ke hari hari. Ketika seorang artis didaulat oleh sebuah brand tertentu untuk menjadi endoser, makin terujilah dia. Menyebut sejumlah nama, seperti Deasy Ratnasari, Sophia Latjuba, doyok, adalah nama-nama selebritis yang pernah tersandung masalah, dari perceraian hingga kasus narkoba. Mereka dianggap tidak berhasil mengemban amanat untuk menjadi duta dari brand yang diiklankan. Deretan nama-nama tadi kurang berhasil menjaga reputasi. Tamara Blezinky yang kita tahu, sedang didera persoalan yang tidak sederhana. Dari mulai meninggalkan suami dan anak, tuntutan perceraian, pembagian harta gono gini, hingga perebutan hak asuh anak. Melihat potensi masalah yang begitu empuk menjadi santapan media infotainment, mestinya kita maklum jika perempuan indo itu diputus kontrak oleh Unilever, perusahaan besar dunia y

Me about The Trip

PhotoJournal: The Team

End of the mission. Completed succesfully: Charlie, Paul, Usep, Radiana, Dewi, Ebbi, and two of the informen from Yogya.

PhotoJournal: Welcome, Colors!

Siapa pun tak akan bisa menelak dari takdir. Jika Tuhan berkehendak dan kita diundang-Nya, hadapi saja. Badai pasti berlalu. The Life must go on.

PhotoJournal: Man Power for Free

Sejumlah pihak memberikan bantuan tenaga kerja tanpa bayaran. Orang-orang muda diangkut dari daerah-daerah selamat sekitar Yogya untuk diperbantukan ke desa-desa yang hancur. Mereka membersihkan puing, meruntuhkan sisa bangunan, membangun sarana umu, dll. Masyarakat Yogya sendiri termasuk orang-orang yang cepat sembuh dari duka. Mereka bahu membahu saling membantu tetangga. Stidaknya, membersihkan rumah sendiri. Mereka yang masih punya simpanan uang, pelan-pelan mulai membangun rumahnya kembali.

PhotoJournal: Kids of Disaster

PhotoJournal: An Affair

Tak hanya rumah penduduk. Gempa meluluhlantakkan sejumlah gedung perkantoran, hotel, sekolah, tempat ibadah. Gedung dengan konstruksi baik akan selamat. Gedung BPKP, salah satu gedung yang celaka. Ambruk sebagian bangunannya. Teman-teman bergurau, gedung tesebut rusak 30% dari total bangunan, sesuai dengan besar korupsi pada saat pembangunannya. 30%? Hmm, jumlah uang melayang di setiap projek pemerintah, bukan?

PhotoJournal: Signs

Mendapatkan informasi yang akurat adalah faktor yang paling penting dalam menyalurkan bantuan. Pertama, ita perlu tahu daerah mana saja yang terkena bencana. Kedua, dari setiap daerah perlu diketahui berapa jumlah korban dan kebutuhan mereka apa saja yang paling penting. Jangan sampai, kita memberi bantuan kepada daerah yang sudah berkecukupan menerima bantuan. Hal yang tak kalah penting adalah, petunjuk jalan bagaimana dan arah mana yang harus kita tuju. Walaupun kita tahu nama dusunnya, kita perlu tahu juga arahnya. Hal termudah, sering-seringlah menepi untuk bertanya kepada siapa pun yang bisa memberi petunjuk jalan.

PhotoJournal: Geographic Barrier

Tak semua daerah bencana mudah dijangkau oleh kendaraan roda empat, apalagi kendaraan model minitruck.

PhotoJournal: No More Cozy Space

PhotoJournal: Survivals

PhotoJournal: Dear Diary...

Graffiti sering digunakan anak-anak muda, khususnya di perkotaan, untuk berekspresi. Kemarahan, kekecewaan, kepongahan, kesedihan. Mereka mencorat-coret setiap permukaan terang. Di wilayah bencana pun, ekspresi itu pun bisa tersalurkan melalui coretan graffiti. Makanya, counselling para korban dengan para korban pasca gempa perlu sekali diberlakukan. Banyak korban yang depresi karena kehilangan orang dan harta bendanya.

PhotoJournal: Privat Room is OVer

PhotoJournal: Disaster at 5,9

5,9 skala Richter dan sebagian Yogya rata. Sulit membayangkan jika hal tersebut menimpa saya atau keluarga saya. Ketika kita kehilangan orang tercinta kita, kehilangan harta benda yang kita sayangi, akhirnya kita hanya bisa bicara: semua adalah titipan Tuhan. Melihat kondisi langsung dan berbincang dari para korban, menjadi pengalaman original tersendiri buat saya.

PhotoJournal: School Visit

Hari perama dan tujuan pertama adalah sebuah bangunan sekolah dasar yang rusak parah. Kegiatan belajar mengajar di adakan di tenda-tenda darurat. Peralatan sekolah sepertinya barang yang paling tepat buat anak-anak korban. Setidaknya mereka akan terhibur dengan tas dan alat tulis baru.

PhotoJournal: The Peace of Yogya

Pemandangan masyarakat Yogya yang selalu membuat saya kangen untuk selalu datang. Sederhana dan ramah. Mereka bersepeda. Di kampung. Di kota. Siapa sangka, dua minggu terakhir ini kehidupan mereka yang damai telah terusik dengan datangnya gempa bumi.

PhotoJournal: Good Morning Yogya

Saya dan rombongan berada di Yogya dari Jumat, tanggal 23 hingga Minggu, 25 Juni. Ini kunjungan ketiga saya dalam tahun 2006. Pertama, akhir Desember tahun lalu hingga awal Januari waktu saya mengikuti kelas meditasi di Vihara Mendut. Kesempatan kedua ketika saya mendaki gunung Merbabu pada awal Maret.

PhotoJournal: Humanitarian Aid for Yogya

Bencana Yogyakarta memanggil siapa saja untuk melakukan amal terbaiknya.Sejak dua minggung lalu, saya dan beberapa teman merencanakan charity trip ke Yogya. Perjalanan dan kegiatan ini untuk menyalurkan dana US $ 10,000 dari sebuah perusahaan Norwegia: Nordic Intertrade. Senang sekali saya punya kesempatan bergabung. Saya menilai semakin banyak kecenderungan individu atau organisasi yang ingin menyalurkan sumbangan langsung ke tangan korban. Tanpa birokrasi, tanpa komisi. Uang dapat, belanja kebutuhan pengungsi, langsung salurkan. Kami tiba di Yogya malam. Tanpa istirahat dulu, kami langsung menuju gudang untuk memeriksa belanjaan, menentukan daerah mana yang akan dikunjungi, dan menentukan jumlah bantuan untuk setiap posko. Sejak dari Jakarta, kami sudah merencanakan dan mengatur segala sesuatunya. Tiap orang mendapat tugas yang berbeda. Beberapa hari sekali kami meeting untuk koordinasi. Telepon dan email juga tetap jalan. Termasuk memilih orang dan pihak-pihak loka

Beware Air Pollution

Polusi udara sudah sedemikian parah di sejumlah belahan bumi. Karya poster berikut sangat kreatif menggambarkan situasi demikian.

NewsSetting: Jessica Alba for Playboy

Tanpa harus melakukan photo session lagi, Alba yang sudah melakukannya untuk kepentingan promosi film Into The Blue, akhirnya tamil pada sampul Playboy. Namun rupanya Alba tak setuju dengan tindakan Playboy. Bukan karena pihak Playboy tidak meminta ijin dari dirinya dulu, terlebih karena Alba tak mendukung penampilan dirinya di majalah tersebut. Dia tak suka dengan image Playboy yang kental nuansa pornografinya. Hmm. Aneh, bukan? Padahal dalam film terakhirnya itu, Alba bahkan tampil di lebih dari separuh film tersebut hanya berbusana bikini. Lalu mengapa anti pornografi? Pornografi tak melulu ketelanjangan yang tanpa sehelai benang pun. Berbikini, menurut saya juga bisa dimasukkan ke dalam kategori telanjang dalam standar-standar sosial tertentu. Namun, belakangan Alba berdamai dengan Playboy setelah Playboy menuruti tuntutan pihak Alba. Mudah ditebak: Kampanye film, memoles reputasi Alba, publisitas Playboy. Ada lagi?

Jakarta Baheula

Dari data postcard di atas, foto ini menunjukkan kawasan Hayam Wuruk. Sebelah mana kali yang memisahkan dengan jalan Gajah Mada? Harmoni Intersection.

NewsSetting: Titiek Soeharto, Belum Sampai Titik

Kemunculan Titiek Soeharto sebagai presenter acara liga dunia sepak bola di SCTV mengagetkan banyak orang. Orang-orang merasa terganggu dengan kehadiran dia yang tidak becus bicara bola. Langkah yang diambil SCTV selanjutnya adalah menghentikan pemunculan putri mantan presiden kita itu. Ketidaksukaan public terhadap Titiek bisa ruapa-rupa alasannya. Bisa karena dia memang tidak mengerti tentang persepakbolaan, bisa karena dia tidak bisa berkomunikasi dengan baik, atau bisa juga karena orang jengah melihat generasi Soeharto harus menjadi bagian dari kehidupan para pecinta bola, setidaknya selama waktu kegiatan piala dunia berlangsung. Bukan uang yang janda Prabowo itu cari. Kita percaya itu. Bukan pula sekedar memaksakan kehendak kepada SCTV agar dia bisa menjadi presenter. Sebagai salah seorang pemilik saham di stasiun TV itu, dia bisa menjadi apapun yang dia mau. Ketika untuk pertama kali saya menontonnya, saya geleng-geleng kepala terkesima. Takjub! Tentu bukan takjub ka

NewsSetting: Shiloh for Sale

Shiloh Nouvel , bayi haram hasil hubungan intim Brad Pitt dengan Anjolina Jolie , belum-belum sudah menangguk popularitas dan rezeki berlimpah. Pihak yang beruntung mendapatkan hak publikasi sejumlah foto ekslusif bayi merah tersebut dipegang oleh Getty Image , sebuah foto agensi dengan nilai US$ 2 juta. Namun, baru saja kesepakatan itu dibuat, tahu-tahu foto bayi dan orang tuanya itu dengan mengejutkan muncul di sampul majalah Hello , terbitan Inggris. Tudingan-tudingan berseliweran. Siapa mencuri dari siapa. Pernahkah membayangkan bahwa apa yang kita lihat di depan mata itu adalah sebuah rekayasa berita? Brad Pitt dan Jolie, sejoli yang memang sedang ranum menjadi santapan gossip belakangan ini. Sepak terjang mereka terus-menerus dikuntit media. Mengapa media sedemikian berkorban untuk terus menayangkan pasangan ini? Itu karena permintaan masyarakat akan kabar terbaru mereka sedemikian tinggi. Atas nama bisnis dan keinginan memuaskan rasa penasaran umum terhadap

Rekonstruksi Sejarah di Museum Sejarah

Museum Sejarah Jakarta secara rutin membuat pertunjukan theater jalanan berupa rekonstruksi kejadian sejarah. Thema yang diusung berganti-ganti. Sangat kreatif menurut saya. Sebuah terobosan baru dalam rangka mengkampanyekan cinta sejarah kepada siapa pun. Tak hanya kalangan muda, namun juga generasi tua. Konsep theater jalanan memungkinkan penonton bisa berbaur dan berperan aktif dengan para aktor. Bahkan panggung dibuat tak ada batas untuk maksud itu. Sayang, acara menarik ini tidak disadari 'penting'nya. Saya rasa penyelenggra tidak melakukan kegiatan marketing yang optimal. Lihat saja, penonton hanya bisa dihitung dengan jari.

FORMULA Goes to Trans Jakarta

Belakangan ini saya menemukan hal yang seru di bis TransJakarta rute Blok M - Kota. Setelah CCF dan Telkom Flexy mengepung interior shelter dan MRA Group memasang billboard di bagian luar shelter. Kini pasta gigi Formula masuk ke dalam bis!

Things I Found At Museum Bank Mandiri

Workshop Sketsa Bersama X Ling

Bertempat di Museum Bank Mandiri , Minggu, 18 Juni lalu, digelar workshop membuat sketsa bersama X Ling . Peserta lumayan banyak. Lama tak menggoreskan pensil, saya kangen. Makanya saya ikut berpartisipasi. Mumpung gratisan. Kegiatan pertama, membuat sketsa di Taman Fatahillah . Peserta dibebaskan membuat sketsa tentang apa saja. Selanjutnya, membuat sketsa model di area Museum Bank Mandiri.

Karya X Ling

Karya-karya X Ling, sebagian berupa sketsa di atas kertas putih dengan berbagai ukuran. Selain potret, goresan sketsa beliau banyak menampilkan suasana Jakarta.

Pameran Sketsa & Lukisan X Ling

Baru kali ini saya mendengar nama seniman X Ling. Sejak beberapa minggu lalu saya mendengar karyanya di gelar di Museum Bank Mandiri di kawasan Kota. Namun baru hari Minggu kemarin, saya berkesempatan melihat pamerannya.