Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2009

Prajab Hari ke 7

Hari ke 7 pra-jab. Masih bersemangat! 31 Agustus 2009.

Prajab Hari ke 6

29 Agustus 2009.

Prajab Hari ke 5

28 Agustus 2009.

Antara Inggris dan Australia

Sambil menunggu waktu yang tepat untuk menyelesaikan dokumen yang diperlukan, saya masih berharap punya kesempatan melanjutkan sekolah ke Inggris. Alasan utamanya adalah ingin memiliki pengalaman hidup yang banyak. Tiga hingga empat tahun tinggal di negeri orang, saya rasa akan sangat cukup untuk membuat hidup lebih berwarna. Namun sesungguhnya, saya sudah menempatkan diri untuk menerima kemana pun arah yang dihadapkan oleh semesta. Ke utara hayu, ke selatan mari. Maksudnya, ke Inggris saya siap, ke Australia pun siap. Jika ke Australia, saya harus sudah berangkat akhir Oktober. Jika ke Inggris, harus akhir Desember, di saat semua orang di dunia ramai berpergian untuk liburan maupun pulang kampung. Sebetulnya, kemana pun arahnya akan saya jalani dengan senang hati. Insyaallah. Yeah, namanya juga rezeki. Telan saja tanpa perlu mengeluh. Tapi keputusan belum final. Masih ada waktu untuk merubah ini-itu. Semua pasti memiliki konsekensi.

Prajab Hari ke 4

Lelah, ngantuk. Puasa pula. 27 Agustus 2009.

Prajab Hari ke 3

Aria, teman sekamar.

Menginap di Hermina

Karena rasa kangen dan penasaran dengan sakitnya Basil, saya memutuskan untuk minta ijin ke luar karantina. Bagian dari syarat untuk mengikuti kegiatan ini, seluruh peserta harus bersedia diasramakan. Kecuali alasan-alasan tertentu yang sangat penting, kami dilarang ke luar area pusdiklat. Syukurlah, ijin saya disetujui oleh panitia Pra-Jabatan. Dengar-dengar dari beberapa peserta, jika dibandingkan dengan penyelenggara Pra-Jab di kota lain seperti Surabaya, pelaksanaan Pra-Jab di Sawangan ini jauh lebih longgar dari aturan yang mengikat. Jika memang begitu, baguslah. Malam itu saya menginap di Hermina Jatinegara. Tiba di rumah sakit, Basil sedang tidur pulas. Lelap sekali. Dokter tak bilang sakit apa. Katanya hanya karena bakteri yang menyerang kekebalan tubuh Basil. Setelah periksa darah, lekosit tinggi, yang lain baik-baik saja. Rekan satu kamar saya selama di kegiatan Pra-Jab yang juga seorang dokter sudah membantu menjelaskan tentang kondisi Basil yang tak terlalu mengkuatirkan ji

Prajab Hari ke 2

Menjelang buka puasa.

Antara Basil dan Pra-Jab

Saya masukkan Basil ke rumah sakit dan membiarkan istri saya menjagainya. Sementara saya sendiri harus mengikuti kegiatan 2 minggu pra-jabatan di pinggiran Jakarta. Di karantina. Karena ini bagian dari resiko pekerjaan yang saya rasa tak seberapa dibanding dengan resiko dari orang-orang dengan profesi lain, lalu saya bulatkan tekad untuk tetap pergi. Bukannya mau lepas tanggung jawab. Siapa, sih, yang tega meninggalkan anak kesakitan di rawat? Jauh di balik itu, saya hanya bisa pasrah. Saya berdoa untuk segala kebaikan bagi kami semua. Dan berdoa juga supaya istri saya yang merawat Basil, diberi kekuatan dan kesabaran.

Basil Demam

Sejak Jumat sore lalu, Basil demam. Tempra saja tak bisa menurunkan panasnya. Sabtu pagi, saya bagi tugas dengan istri. Saya mengikuti tes bahasa Inggris di Kuningan, istri mengantar Basil ke rumah sakit. Dokter tak banyak memberi komentar. Sepertinya sakit biasa saja. Syukurlah. Minggu pagi saya ke kampus, ada penyambutan mahasiswa baru. Sebagai koordinator seksi acara, saya merasa perlu untuk datang. Tak lama di sana, saya buru-buru pulang. Sudah punya janji dengan dokter, Basil masih demam. Kagum dengan kinerja dr. Idham, dokter pribadi anak saya dari RS Hermina Jatinegara. Bahkan hari libur pun masih mau bertemu pasien. Sepertinya radang tenggorokan dan sariawan. Tak bisa tidur, maunya digendong terus. Hingga Minggu malam, Basil masih demam. Turun naik panasnya. Semoga segera sembuh, sayang.

Akhirnya, Beasiswa Itu Datang Juga

Jumat lalu, 14 Agustus, kabar tentang siapa saja yang akan mendapat beasiswa dari IDB keluar juga. Bukan dari panitia IDB, tapi dari seorang sahabat yang kebetulan masuk juga dalam daftar itu. Hanya ada tiga nama, padahal target tahun ini sekitar 12 orang. Nama saya masuk. Alhamdulillah. Kemana yang lain? Mereka belum mendapat surat penerimaan dari universitas di luar negeri. Memang susah mendapat surat penerimaan dari universitas di luar negeri? Menurut saya, mudah. Asal punya minat, nilai bahasa Inggris yang cukup, dan proposal riset. Beasiswa ini hanya untuk mereka yang sudah S2 untuk melanjutkan ke program doktoral dan terbatas hanya untuk dosen-dosen tetap di kalangan UNJ. Semudah itu. Saya diterima di tiga universitas di: Australia, Inggris, dan Belanda. Maksud hati memilih universitas di Eropa, namun apa daya, dana yang ditawarkan tak terlalu banyak. Dari pada berdarah-darah banting tulang untuk bisa bertahan hidup di negeri orang padahal tugas kuliah saja pasti sudah menumpuk,

Siapa Masih Peduli Golkar?

Munas Partai Golkar akan segera digelar. Siapa saja yang punya nyali untuk beradu untung menjadi ketua partai ini? Selain orang-orang lama dengan segala dosanya, ada juga dua orang baru yang berharap mendapatkan perubahan nasib. Mereka itu adalah Ketua Dewan Penasihat Surya Paloh, anggota Dewan Penasihat Aburizal Bakrie, dan Ketua Departemen Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) DPP Partai Golkar Yuddy Chrisnandy serta fungsionaris Partai Golkar Ferry Mursyidan Baldan. Btw, memang ada yang masih peduli dengan Golkar? Lima tahun ke depan, partai kuning ini hanya akan tinggal nama jika masih dipimpin oleh orang-orang lama. Jika memang ingin merebut simpati rakyat, biarkan orang baru, muda, dan belum punya 'cacat lingkungan' yang boleh naik. Biar ganti image. Ganti rupa.

Upacara 17 Agustus

Upacara bendera, 17 Agustus 2009, kampus UNJ.

Ke Hermina Jenguk Nabilla

Basil menjenguk Nabilla di RS Hermina, Jatinegara.

Rahasia Menerima

Apa yang kita terima dan tolak hari ini adalah jalan hidup kita berikutnya. Karena apa pun yang datang adalah janji untuk masa depan, apa pun bentuknya. Padahal untuk bisa menerima, perlu sebuah ketrampilan yang luar biasa luhur. Kita pernah menolak sesuatu dengan alasan apa yang datang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Mungkin terlalu kecil, mungkin terlalu besar, mungkin terlalu buruk, mungkin terlalu baik. Kita berharap akan ada lagi yang datang. Bagaimana jika tak akan pernah ada lagi? Dengan menerima apa pun yang datang sekarang, menunjukkan kelegaan dan rasa syukur. Bukankah rezeki memang seharusnya disyukuri? Sahabat saya tidak jadi menerima pekerjaan yang dia lamar sendiri karena gajinya tak sesuai dengan yang diminta. Sahabat saya yang lain menghindari cinta seseorang yang yang tak cintai. Bagaimana dengan hal-hal demikian? Salahkah mereka menolak? Tidak berprasangka. Pekerjaan adalah status, dulang dafkah, dan simbol perjuangan hidup. Ketika ditolak, kita seperti menola

Tak Gendong: Tak Kemana-mana

Selama ini media berspekulasi dengan falsafah di balik lagu 'Tak Gendong' yang dibuat dan dipopulerkan oleh almarhum Mbah Surip. Konon katanya, lagu itu menggambarkan Mbah Surip yang sangat memperhatikan sesama. Kata 'tak' dalam bahasa Jawa boleh saja berarti 'saya'. Maka reka-reka tentang profil Mbah Surip bisa dikaitkan dengan isi dari lagu ini. Tapi apa benar profil Mbah Surip seperti yang ditafsirkan orang banyak selama ini? Bagaimana kalau kita menggunakan bahasa Indonesia? 'Tak' berarti 'tidak'. Maka sesungguhnya, 'tak gendong kemana-mana' hanya berarti bahwa Mbah Surip tak menggendong apapun atau siapapun kemana-mana. Mbah Surip, sudah pergi meninggalkan kita. Saya bukan fan beliau. Tapi saya sungguh terinspirasi. Misalnya bahwa tak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan. Semacam, teruslah berjuang hingga akhir khayatmu. Ya, saya seperti melihat diri sendiri. Saya merasa beberapa fase dalam hidup saya terlamb

Waspada 1808

Mengapa 1808? Ada apa dengan 1808? Sedang mereka-reka saja. Pengebom JW Marriot beberapa waktu lalu, sampai tiga kali memesan kamar nomor 1808 di hotel itu. Mestinya ada sesuatu yang ingin mereka kaitkan entah dengan kamar tersebut atau dengan nomornya. Hari ke delapan belas bulan Agustus? Anggap saja ini benar. Maka kita harus waspada dengan kemungkinan akan terjadi serangan di tanggal ini, bukan di tanggal dimana kita merayakan dirgahayu negara kita. Apakah ada kemungkinan lain?

Jihad is Over

Noordin M. Top tak pernah kehabisan "pengantin" yang siap berkorban nyawa saya rasa. Di luar sana banyak orang yang percaya mati seperti apa pun karena demi menegakkan prinsip anggap adalah syahid. Mungkin begitu kira-kira menurut mereka. Hal ini tampak ketika jenazah dua teroris mati asal Solo yang tiba di kampung halaman dielu-elukan orang sekelompok warga dengan takbir dan disambut layaknya seorang pahlawan yang sangat berjasa. Perlukah kita mencurigai orang-orang seperti itu? Saya rasa perlu. Mengawasi dan mendata mereka, memantau, jika perlu mencari tahu mengapa mereka bersikap demikian. Fanatisme dan dukungan buta terhadap elemen-elemen yang berhubungan dengan keberadaan terorisme hanya akan membuat mereka ikut terjerumus. [foto dari detikom]

Basil Suka Lego

Tidak seperti ketika bermain dengan mainan lainnya, Basil, anak saya yang baru berusia 17 bulan, sangat menyukai lego. Well, bukan lego aseli. Lego-legoan ini dibeli di pasar mainan anak daerah Prumpung, Jakarta Timur. Satu kantong harganya Rp 25,000. Berupa kubik-kubik kosong warna-warni yang bisa ditumbuk-tumpuk ke atas. Saya perlu mengajari dulu awalnya, bagaimana menyusun lego. Terlihat frustasi dia karena tak juga berhasil mengaitkan satu kubik dengan kubik lainnya. Kalau sudah lama dicoba tapi tak juga menyangkut, dia akan rewel minta bantuan. Lama-kelamaan, ketika hampir setiap hari disodori mainan tersebut dan sambil ditemani, diajari, dibantu, ia mulai menemukan pola bermainnya. Basil akan mengumpulkan kubik yang ukurannya sama dulu. Lama-kelamaan, ia mulai berani merangkai kubik yang lebih rumit. Saya mengamati terus perkembangan Basil bermain lego. Sebuah proses belajar yang luar biasa. Saya melihat kesabaran, ketenangan, kesenangan. Bayangkan, setiap kali ia berhasil menyus

Ujung Hidup Noordin M. Top

Akhirnya, pencarian gembong teroris yang paling dicari di Asia Tenggara, Noordin M. Top, berakhir. Mungkin. Semoga memang begitu. Peristiwa ini terlambat saya ketahui. Saat sedang mengikuti sebuah workshop di hari Sabtu, sambil menyimak pembicara, saya membuka internet. Ada status Face Book seorang sahabat yang menulis tentang meninggalnya Noordin M. Top. Serentak saja perhatian tercurah kepada berita ini. Apapun keraguan polisi dan orang banyak, saya hanya berharap bahwa memang dialah tokoh jahat itu. Mudah-mudahan saja tak akan ada lagi teror-teror sejenis yang terjadi. Jika pun masih ada orang-orang yang jadi didikan Noordin M. Top, semoga mereka segera sadar dan bertaubat. Betapa apa yang mereka lakukan dan atau rencanakan, sungguh telah membuat sengsara banyak orang.

Basil at Flona, Lapangan Banteng

Pameran Flora dan Fauna tahunan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, sepertinya menjadi jadual tahunan yang selalu kami kunjungi. Buat saya, ini menjadi salah satu medium untuk mengenalkan lingkungan kepada Basil, my very first son. 1 Agustus 2009.

Basil Melihat Pameran Foto

Galeri Foto Antara, Pasar Baru.

Apa yang Sudah Milik Kita pun Sesungguhnya Bukan Milik Kita

Saya mengamati bagaimana hasil pemilu dan pemilihan presiden di republik kita yang compang camping. SBY yang menang ternyata tak otomatis menang. Anggota DPR atau DPRD yang menang, ternyata juga tak pasti menang. Semua serba membingungkan. Saya teringat ketika mendapat kabar dari seorang pejabat dari sebuah perusahaan asing di Jakarta, yang mana saya memenangkan pitching sebuah event besar yang sangat bergengsi. Segera saya menyiapkan pasukan dan segala tetek bengek yang diperlukan dalam event. Namun tiba-tiba, ketika begitu banyak waktu, tenaga, pikiran, dan uang sudah saya investasikan, keputusan kemenangan saya dianulir. Saya dinyatakan tidak lolos dalam presentasi. Hah? Seorang sahabat sudah begitu tenang telah memiliki seorang kekasih dan tengah bersiap untuk meminangnya sebagai isteri. Namun apa daya ketika kekasihnya justeru menjatuhkan pilihan pada pria lain untuk dijadikan suami. Membayangkan apa yang sudah kita miliki pun sesungguhnya adalah bukan milik kita, membuat mual.