Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2010

Indonesia-Malaysia, Jangan Perang, Ya...

Tidak ada hal yang mengenakkan bagi kedua belah pihak jika perang antara Indonesia dan Malaysia harus kejadian. Perang hanya akan menguntungkan media (yang menganggap berita buruk adalah berita baik), penjual senjata, dan departemen yang membeli senjata karena biasanya mereka akan melakukan mark-up untuk mendapatkan selisih harga yang tinggi serta komisi dari pihak penjual. Tentunya juga makelarnya. Stop berantem. Termasuk pihak-pihak yang secara sadar telah menggelontorkan umpatan dan makian. Bukan saja dari pihak Indonesia, tapi juga dari pihak Malaysia. Apalagi para pejabat, pesohor, dan politkus yang sesumber untuk segera mengambil inisiatif mendeklarasikan perang. Orang Indonesia yang teriak perang, pasti tidak pernah memikirkan jika dirinya yang akan dikirim ke medan peperangan, mengangkat senjata untuk membunuh orang-orang Malaysia di seberang sana. Kalian pasti mengandalkan prajurit berpangkat rendah yang nyawanya belum seberharga para jenderal karena para jenderal tentunya aka

The Road - The Book of Ely

Secara hampir bersamaan saya menonton dua film yang themanya sama: bumi di masa depan dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Pertama, 'the Book of Ely'. Alam tandus karena peperangan. Manusia hampir musnah. Jika pun ada, mereka menjadi sangat tidak berkeprimanusiaan, bahkan ada kelompok kanibal yang karena tidak ada sumber makanan lain maka daging manusia pun dimakan dengan terlebih dahulu dibunuh. Ada satu orang baik yang sakti yang berjalan dari timur ke barat, untuk menyelamatkan satu buah buku yang diayakininya akan menyelamatkan manusia dan bumi. Buku itu adalah bible yang selama perjalanan menuju tempat tujuan, pria ini diburu oleh seorang penguasa dengan gerombolannya. Penguasa ini sangat haus buku bacaan karena dia percaya, buku-buku yang bermutu yang bisa membuat seseorang beda dengan manusia lainnya, menjadikan pembacanya bisa lebih berkuasa dari yang lain. Film kedua berjudul 'the Road'. Tentang bumi yang kehilangan sumber mak

Saat-saat Indah Bersama Keluarga di Perth

Basil dan istri saya sudah kembali lagi ke Jakarta. Kangen rasanya berkumpul lagi dengan mereka. Semoga Allah mengijinkan kami untuk bersama lagi dalam waktu dekat. untuk saat ini, begitulah keputusan yang kami buat. Saya masih sibuk dengan proposal riset, ditambah lagi, saya terlalu fokus kuliah tanpa meluangkan waktu untuk bekerja. Sementara biaya hidup sangat tinggi di sini. Kami harus survive, jadi kami harus mengalahkan ego. Insyaallah, ada jalan lapang setelah satu hajat besar ini lewat: proposal! Untunglah supervisor riset sudah menetapkan jadual seminar dalam waktu dekat. Makin cepat makin baik, biar saya bisa melakukan hal yang lain. Misalnya bekerja, mencari uang sebanyak mungkin biar bisa mengundang keluarga saya kembali tinggal bersama di Perth.

Ngabuburit di Murdoch

Deadline sudah di depan mata, tidak boleh menghabiskan waktu dengan kegiatan percuma. Sambil mengembalikna pinjaman buku ke Murdoch University, saya luangkan waktu untuk belajar di sana, 28/08. Sambil ngabuburit juga. Eh, ternyata banyak koleksi majalah asal Indonesia, seperti Tempo, Forum, dan Gatra. Tiba di rumah langsung masak menyiapkan untuk buka. Sisa waktu sebelum bedug magribh, saya menonton DVD di tempat tidur. Terbangun ketika perut sudah berasa lapar sekali. 6.45! Nyaris isya.

Buka Bersama di Joondalup

Saya diundang oleh pasangan Lora dan Siswandi untuk berbuka puasa di rumahnya, Student Village ECU.

Joondalup Lake

Tak jauh dari kampus, ada danau yang lumayan luas dan asri. Banyak keluarga yang meluangkan waktu untuk berpiknik di sana. Apalagi selalu dipastikan ada taman dan tempat bermain anak.

Perth Zoo

Langit di atas Perth mendung. Begitu tiba di kebun binatang Perth, hujan turun meskipun tidak terlalu deras. Sebentar berhenti. Sebentar hujan lagi. Basil sudah sangat antusias untuk melihat binatang-binatang, terutama kanguru. Tiket masuk seharaga 21 dolar untuk dewasa, 17 dolar untuk tiket konsesi, dan gratis untuk anak hingga usia 4 tahun. Dibandingkan dengan harga tiket kebun binatang Ragunan yang cuma 2000 rupiah, rasanya mahal banget, ya. Mari saya bandingkan: lokasi tidak terlalu luas, koleksi tidak banyak, pengunjung tidak banyak padahal hari Sabtu. Namun, kebun binatang ini punya kreativitas yang menurut saya sangat baik sebagai alat pemasaran mereka. Termasuk sebagai arena pembelajaran bagi anak-anak sekolah. Misalnya, ada program gratis bagi ayah untuk menyambut hari ayah. Ayah kan pasti tidak datang sendiri, diajaklah ibu. Ibu tentu harus bayar. Kelak mungkin ada promo gratis untuk menyambut hari Ibu. Giliran ayah yang bayar. Apakah kebun binatang akan rugi? Tentu tidak. Ka

"Kamu Tidak Akan Pergi ke Tana Toraja!"

Ini sebuah kabar gembira dari seorang sahabat. Ia hamil muda dari pernikahannya yang belum lama berlangsung. Suatu hari, saya mengundang sejumlah sahabat untuk berkumpul, termasuk dia ini. Kami bicara panjang lebar tentang banyak hal. Termasuk ketika seorang sahabat lain bercerita tentang akan adanya upacara adat besar di Tana Toraja. Spontan saja sahabat saya yang pertama itu mencari tahu tentang waktu dan harga tiket. Saya langsung menginterupsi. "Kamu tidak akan pergi ke Toraja!" Hadirin kaget mendengar saya bicara begitu. "Kenapa?" Sekilas sebuah 'informasi' gaib saya terima. "Karena kamu akan berbadan dua..." Alhamdulillah. Bukan karena ramalan saya jitu, tapi karena sahabat saya itu memang sangat berharap memiliki momongan segera.

Semoga Perkawinan Sahabat Saya Bisa Diselamatkan

Saya sedang 'membimbing' seorang sahabat yang sedang menghadapi keretakan rumah tangga. Di ujung tanduk. Sang suami menginginkan cerai dan sama sekali tak mau bicara perdamaian setelah mendapati istrinya telah melakukan penghkhianatan. Mungkin sekitar tiga bulan saya bertemu sahabat saya itu. Saya tak meminta dia bicara, cukup membuka lembar demi lembar kartu remi, pengganti tarot, yang saya siapkan. Dari sana tergambar betapa kusutnya persoalan yang sedang dihadapi. Tapi saya yakin, setelah marah dan kecewa itu hilang, sang suami akan kembali. Karena dibutuhkan waktu yang tidak pendek, maka saya terus mendampingi meskipun dari jarak jauh.Alhamdulillah, selama sahabat saya itu menurut dengan segala instruksi yang saya berikan, sejumlah prediksi benar adanya terjadi. Termasuk peristiwa-peristiwa yang semula dianggap mustahil, namun nyata. Insyaallah, dengan seijin-Nya, rumah tangga sahabat saya itu bisa diselamatkan. Semoga saya bisa terus mendampingi dia melewati masa kritis in

Shutter Island

Seseorang hilang, pada sebuah pulau yang sangat terjaga dan terisolir. Bagaimana mungkin bisa lolos jika tidak ada konspirasi untuk menutupi kejadian tersebut oleh seluruh penghuni pulau? Shutter island, bukan sembarang pulau. Ini adalah 'penjara', tempat pemulihan orang-orang yang pernah melakukan kejahatan namun divonis memiliki kelainan jiwa oleh pengadilan. Kenyataan dan halusinasi menjadi tipis sekali batasnya. Tentang sebuah institusi yang bertugas melakukan koreksi terhadap para pasien dengan gangguan jiwa akut yang terguncang karena perbuatan jahat yang mereka lakukan di masa lalu. Misalnya, tentang Tedy, tokoh yang perankan oleh Leonardo Dicaprio. Dia menembak mati istrinya, karena istrinya telah menenggelamkan ketiga anaknya. Antara cinta dan ketidakmengertian mengapa istrinya tega melakukan semua itu hingga akhirnya menimbulkan konflik batin yang luar biasa hebat. Maka dua tahun lamanya ia jalani dalam sebuah kepura-puraan yang diatur oleh bawah sadarnya,

Antara Detikom, Kompaskom, dan Vivanewskom

Ada tiga portal berita online yang selalu saya baca untuk mengikuti perkembangan tanah air: detikom, kompaskom, dan vivanewskom. Dalam penyajian, ketiganya memiliki rasa yang berbeda. Kompaskom berbeda dengan Kompas cetak. Nama besar Kompas ternyata tidak menjadi jaminan tulisan di Kompaskom enak dibaca. Menurut saya, justeru Vivanewskom yang paling sedap. Sangat netral dan pintar. Ciri khas lain dari portal berita online adalah komentar dari para pembaca. Sekilas, saya kadang membaca tulisan-tulisan para komentator. Bikin sesak nafas. Kadang komentar mereka asal bunyi tanpa tahu apa yang sesungguhnya yang menjadi inti pemberitaan. Well , namanya juga forum kebebasan. Seringkali saya terpancing untuk ikut menulis, tapi apa untungnya padahal saya tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa di forum itu. Mending pandangan saya diapresiasi. Bagaimana jika dikonfrontasi? Malah bikin emosi jiwa.

Jurnal, Jurnal, Jurnal...

Masa kritis. Kapan pun, selalu saya sempatkan untuk baca jurnal. Di bis, di kereta, di taman, di tempat tidur, pagi, siang, malam, bahkan ketika sambil mengasuh Basil. September ini proposal harus kelar. Well, Oktober-lah jika perlu mundur. Jika tidak, bosan rasanya mengerjakan hal yang sama selama berbulan-bulan.
Saya ingin mengeluarkan uneg-uneg. Saat ini, saya sedang menghadapi masalah yang luar biasa besar. Sampai-sampai saya tak berani berandai-andai. Jika ada orang lain yang bermasalah datang, mungkin dengan bantuan tarot bisa saya bantu. Namun rasanya saya sukar untuk melakukan itu sendiri. Saya hanya sedang menunggu 'mukzizat', istilah ini yang sering digunakan oleh istri saya. Segala upaya sudah saya lakukan untuk mengatasi persoalan ini. Tapi mungkin belum optimal hingga hasil yang diharapkan belum juga didapat. Saya tak mau berprasangka ini adalah hal buruk. Saya sedang seserah, pasrah. Ya, Allah. Jika syaratmu harus seperti ini, aku ikhlas menjalani. Namun ijinkan aku untuk bisa melewatinya dengan tegar dan jika mungkin, angkatlah segera. Dari-Mu, kepada-Mu, aku kembalikan.

Blog Tetangga Selalu Lebih Hijau dari Blog Sendiri

Blog browsing itu penting agar terus memberi saya semangat untuk menulis. Tapi seringkali membuat saya cemburu dengan blog-blog yang dimiliki banyak orang. Mereka tampak menyenangkan sementara punya saya sangat membosankan. Begitulah selalu yang ada di pikiran saya. Maka selalu saja ada niat untuk merubah ini itu, mengganti ini itu. Ujung-ujung frustasi sendiri. Saya cuma ingin membuat lay out blog saya tampak seperti majalah. Tapi saya malas belajar untuk membuatnya sendiri.

Mimpi Unilever Kebobolan Merek yang Hendak di Launching

Sorce: Vnbrand.net Terbangun dari mimpi. Saya sedang berada di dalam kantor seorang sahabat saya. Entah kenapa saya menempeli banyak poster di dinding di depan ruangan kerja sahabat saya itu. Saat itu kantor sepi karena sedang jam turun makan. Tiba-tiba saya berubah pikiran. Saya merasa, sebelum orang-orang kembali masuk kantor, saya harus sudah membersihkan poster-poster di dinding. Tapi sayang, bekas double tape yang saya gunakan tak bisa bersih. Saya pindah ke ruangan lain. Saya berada di kantor Unilever ternyata. Tidak paham tujuan saya di sana untuk apa dan bertemu siapa. Mimpi seringkali begitu, kan? Saya melihat seorang perempuan yang keluar masuk sebuah ruangan. Saya menduga orang itu bukan karyawan Unilever. Saya perhatikan terus. Tak lama ada perempuan lain yang menghampiri dan berbincang dengan perempuan pertama. Saya terus memperhatikan. Perempuan pertama, sepertinya menuruti omongan dari perempuan kedua, masuk ke ruangan yang berbeda di arah berbeda. Tak lam

Berkunjung ke Sunday Market Belmont

Selama ini saya tidak terlalu tertrik dengan Sunday Market, hingga hari ini, ketika banyak keperluan keluarga yang saya butuhkan tapi harus dalam harga miring. Waktu saya sendiri tinggal di Perth, segala kebutuhan telah disediakan oleh pemilik rumah. Sekarang saya perlu baby car seat , sewaktu-waktu nebeng mobil orang ada kursi buat anak saya. Sekalian lihat-lihat barang apa saja yang saya butuhkan. Saya menemukan baby car seat seharga 15 dolar dan penghangat ruang 10 dolar. Selain itu juga mainan anak seharga 3 dolar. Baby car seat jika ada anak di dalam mobil sangat wajib digunakan jika tidak ingin kena denda. Letak pasar ini lumayan jauh dari rumah. Dengan mobil butut yang kami miliki, kami menyusuri jalanan dengan penuh kehati-hatian karena saya belum terbiasa menyetir di Perth.

Buka Bersama ISA-ECU

ISA-ECU adalah perkumpulan mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di ECU. Untuk menandai kebersamaan kami, hari Sabtu kemarin, 14/08, kami mengadakan buka puasa bersama di salah satu rumah mahasiswa. Setiap orang boleh membawa makanan apa saja. Dua meja disediakan untuk menampung, tetap saja tak tertampung. Makanan terlalu banyak untuk disantap semua. Akhirnya masing-masing membungkus makanan untuk dibawa pulang. Lumayan buat sahur. Sekitar 25 orang dewasa berkumpul ditambah sejumlah anak-anak. Seru.

Hujan Seharian

Manusia Perth sangat tergantung terhadap ramalan cuaca. Biasanya memang manjur. Jika tidak sempat melihat, kita bisa salah kostum atau rencana-rencana tertunda. Misalnya, saya pernah dengan percaya dirinya keluar rumah tanpa jaket ketika autumn karena matahari terlihat cukup terik. Begitu keluar rumah, ternyata angin sangat kencang bertiup dan menusuk. Karena terburu-buru pergi, saya tidak bermaksud pulang lagi untuk ambil jaket. Ganti waktu, karena langit terlihat mendung, saya pake sweater tanpa baju lain. Padahal waktu itu masih summer. Akibatnya, kepanasan sepanjang hari. Kamis lalu, 12/8, hujan seharian turun kadang deras, kadang gerimis, kadang berhenti. Ramalan cuaca sudah bilang begitu. Saya bawa payung dari rumah. Di sini, orang bawa payung tidak mengenal kasta. Siapa pun yang tidak mau repot, akan bawa. Tidak peduli pria perlente dengan jas dan dasi atau wanita karir dengan booth sebetis dan bibir berkilau, mereka akan bawa dan pakai. Tidak seperti di tanah air, ornag bawa pa

Donor Darah di Perth

Sudah berniat sejak tahun lalu, tapi baru hari ini kesampean ke kantor pusat donor darah di Wellington Street. Prosesnya hampir sama dengan yang terjadi di tanah air, meskipun ada proses di sini yang lebih modern dan tampaknya lebih higienis. Pendonor, diminta melakukan reservasi dulu agar tidak bisa dilayani dengan baik. Tapi jika pun tidak sempat, boleh datang langsung. Mungkin karena saya pendorong pemula, saya diminta mengisi angket yang panjang berisi sederet pertanyaan dari yang biasa sampai yang 'luar biasa'. Misalnya, apakah pernah melakukan hubungan seksual anal maupun oral dengan sesama jenis? Apakah pernah melakukan hubungan seksual tanpa kondom? Pertanyaan lain yang menurut saya biasa, antara lain, pernah ditato atau tindik dalam tiga bulan terakhir? Semoga darah yang saya tumpahkan bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan. Ibarat nostalgia apa yang sudah saya rutin lakukan di Jakarta. Seingat saya, saya memulainya di Bogor tahun 1989. Lalu saya teruskan di PMI Jalan

Basil ke Sekolah Komunitas

Basil saya ajak ke sebuah sekolah komunitas di sekitar Bentley, dekat victoria Park. Yeah, sebetulnya lumayan jauh jaraknya dari rumah. Tapi boleh juga dicoba, apalagi gratis. Ada dua wanita kulit putih yang menjadi pekerja di sana dan sejumlah ibu dengan anak-anaknya. Basil senang bermain di sana. Banyak yang bisa dilakukan. Mulai dari menggambar, menempel, bermain, hingga makan buah bersama. Biasanya dia tak suka buah. Tapi ketika disajikan bareng-bareng, berkumpul di satu meja, dia lahap makan beberapa potong pisang dan apel. Ruang kelas cukup luas dengan fasilitas yang merangsang anak-anak untuk betah tinggal lama di sana. Semua ini disedikan oleh pemerintah secara gratis untuk bisa dinikmati baik oleh penduduk mau pun pendatang. Sayangnya, sekolah ini akan ditutup karena peminatnya makin berkurang dari waktu ke waktu. Salah satu masalah Australia yang penduduknya sedikit tapi makmur. Warga yang punya uang, mending mengirim anak-anaknya ke sekolah bagus dengan biaya mahal. Sementar

Saya Sempat Dilarang Pinjam Buku dari Seluruh Perpustakaan di Australia

Syukurlah, akhirnya kasus saya dengan perpustakaan Murdoch University berakhir begitu saya menyerahkan laporan kehilangan dari kantor polisi meskipun si supervisor perpustakaan rada ragu menerimanya karena tampak beda dari dokumen laporan yang dikeluarkan oleh kantor polisi lain. Iya, beda. Yeah, mungkin saja tiap kantor polisi di Perth memang punya format yang tak sama. Kisah dimulai ketika saya meminjam sejumlah buku di kampus Murdoch. Meskipun masa pinjam masih lama, tapi saya diingatkan untuk mengembalikan buku segera. Ketika saya minta perpanjang lewat email, tidak bisa, katanya saya harus mengembalikan dulu. Saya ikuti, semua buku saya kembalikan. Bahkan saya sempat ke layar monitor petugas yang melayani saya saat itu. Tak ada buku satu pun yang tertinggal. Karena saya masih perlu beberapa buku dari yang saya kembalikan, saya pinjam lagi dan diperbolehkan. Menjelang keberangkatan saya ke tanah air bulan Juni lalu, saya kembalikan semua buku. Saya tanya, apakah ada buku yang belum

ABB, Siapa Peduli?

Portal berita online memasuki bulan ramadhan ini diramaikan oleh berita penangkapan ABB -Abu Bakar Ba'ashir. Karena ini bukan kali pertama, sungguh tidak mengejutkan. Atau justru mengejutkan? Lupa bagaimana perasaan saya. Apa mungkin karena saya sudah tidak perduli? Ketidakpedulian saya, karena Polri, pihak dulu begitu keukeuh bilang punya bukti terhadap keterlibatan ABB, kemudian melepaskan tokoh ulama itu dengan alasan bukti tidak cukup kuat untuk mempidanakan dia. Sekarang, mereka bicara hal sama, bilang punya banyak bukti juga. Tidak peduli, karena akhir dari putusan banyak kasus sepertinya mudah ditebak. Banyak kompromi sehingga jalannya sidang dan putusan akhir terlalu mudah dicampuri oleh pihak-pihak lain yang berpengaruh. Tidak peduli, karena memang ragu dengan kemampuan Polri. Mungkin mereka hebat saat menangkap tokoh-tokoh teroris kasus Bali dan Jakarta. Tapi itu tentu saja karena desakan dan bantuan asing. Tapi kehebatan itu pudar karena kasus-kasus tidak jujur yang dil

Puasa Pertama di Perth, 2010

Masyarakat Indonesia sudah mulai puasa sejak hari Rabu, 11/08, sementara untuk wilayah Australia Barat belum ada kejelasan juga. Tapi saya dan istri memutuskan untuk ikut jadual Indonesia. Ketika Rabu siang saya buka email, ternyata ada pesan dari Konjen RI di Perth yang mengabari kalau jadual puasa memang belum ada. Kemungkinan Kamis ini. Puasa pertama di Perth. Alhamdulillah tidak menemui masalah berarti. Alhamdulillah saya bisa berkumpul dengan keluarga.

Mimpi Soeharto

Source: Asiantribune.com Mantan presiden Soeharto sudah lama meninggal dunia. Tapi malam ini saya masih memimpikan beliau...

Mimpi 'Marsh'

Source: Tripadvisor.com Saya sedang membaca majalah. Eh, program TV. Tapi juga tiba-tiba ada di suatu tempat. Tentang seorang perempuan kulit putih yang menjadi pembawa acara sebuah program TV yang juga adalah pemilik perusahaan yang memproduksi produk kecantikan bermerek Mars. Eh, Mars itu adalah nama majalah yang sedang saya baca. Pusing, ya. Namanya juga mimpi. Lalu saya googling, penasaran dengan makna Marsh. Saya belum pernah dengar sebelumnya. Ternyata Marsh adalah sebuah perusahaan broker asuransi. Pengertian lain, saya dapat dari Wikipedia: "In geography, a marsh, or morass, is a type of wetland that is subject to frequent or continuous flood.[1] Typically the water is shallow and features grasses, rushes, reeds, typhas, sedges, and other herbaceous plants. Woody plants will be low-growing shrubs. A marsh is different from a swamp, which has a greater proportion of open water surface and may be deeper than a marsh. In North America, the term "s

Basil at Mathilda Bay

Gathering AIPSSA-PPIA WA

Silaturahmi menyambut bulan puasa sekaligus welcoming event untuk seluruh mahasiswa baru di Perth, AIPSSA, kelompok mahasiswa post graduate dan PPIA cabang Western Australia, mengadakan gathering di Mathilda Bay. Hadir juga rombongan dari Konsulat Jendral dan Garuda Indonesia.

Mimpi the Queen: Elizabeth II

Saya berada di sebuah tempat di tanah air, berdiri di genangan lumpur dan air kotor. Tiba-tiba saya dihampiri seorang perempuan tua dengan baju terusan, berdiri di samping saya dengan tangan sibuk mengangkat ujung gaun agar tidak terkena kotoran. Elizabeth II, the queen! Ah, semoga pertanda baik. Banyak orang bilang, jika bermimpi tentang orang-orang besar seperti misalnya presiden, ini pertanda mau dapat rezeki besar. Nah, apalagi seorang ratu. Amiiin... (berharap benar). [Foto diambil dari TopNews.in ]

Bantal Guling Bau Pesing

Meskipun unit yang kami tempati sudah lengkap dengan perabotan, tapi barang-barang seperti sprei, bantal, dan selimut tidak disediakan pemilik. Mau tak mau saya dan istri harus cari-cari jika mau hidup nyaman. Apalagi winter begini, yang namanya selimut sangat vital sementara penghangat ruangan pun tidak disediakan. Hari Sabtu, kami pergi ke kota. Satu per satu toko yang kami duga murah, kami telusuri. Sangat repot, apalagi anak kami punya mau sendiri. Misalnya, tak mau duduk di atas pram saat kami ribet dengan belanjaan atau tidak mau digendong saat belanjaan kami tempatkan di atas pram. Tiba di rumah, baru sadar kalau satu kantong belanjaan tidak ada!

Victoria Park, Akhirnya

Alahamdulillah, sejak Kamis lalu, akhirnya saya bisa menemukan tempat huni yang lumayan nyaman buat keluarga di Victoria Park. Sebelumnya, saya tak pernah berpikir untuk mau tinggal di daerah ini karena jaraknya lumayan jauh dari kampus. Namun setelah dicoba, ternyata tak juga jauh. Secara konsumsi waktu, tak beda jauh dengan lokasi-lokasi lain yang pernah saya tinggali. Total sekitar 1 jam saja dari rumah ke kampus. Di kereta atau bisa, saya bisa baca buku atau bahkan tidur. Saya dan keluarga menempati sebuah unit di lantai empat dengan pemandangan ke arah kota. Sepuluh menit berjalan kaki ke halte bis dan pertokoan. Yeah, lumayan. Tidak terlalu terisolir dari pada saya tinggal di Innaloo atau Yokine. Bis pun banyak pilihan sehingga tidak terlalu lama menunggu jika perlu ke kota atau ke kampus. Satu ruang keluarga yang menyatu dengan dapur, satu kamar tidur dengan kamar mandi, dan balkon yang merangkap jadi tempat jemur. Saya membayar 250 dolar seminggu. Semoga rezeki mengalir lancar

Tidak Semua Kartu ATM Bank di Indonesia Berguna di Luar Negeri

Belajar dari pengalaman bahwa kartu ATM BCA bisa digunakan di Perth, saya menyamaratakan semua kartu ATM dari semua bank di Indonesia yang berlogo sama dengan yang ada di luar negeri bisa digunakan juga. Logo-logo itu antara lain Cirrus-Maestro, Visa-Master, Plus, dan sejumlah logo lain. Ternyata dugaan saya salah. Saya awalnya begitu yakin jika kartu ATM dari Bukpin bisa berfungsi baik. Nyatanya tidak. Istri saya lalu mencoba kartu ATM bank Mandiri. Juga tidak bisa. Tapi kartu bank Lippo bisa. Gigit jari. Padahal sejumlah uang saya simpan di bank Bukopin. Lebih pilu lagi karena selama ini saya menggandalkan BCA internet banking. Entah kenapa, sekarang ini mereka berganti kebijakan. Umumnya, jika kita melakukan kesalahan sebanyak tiga kali, layanan terblokir. Ini, baru satu kali saja langsung terblokir. Repot pisan , apalagi saya tidak tinggal di tanah air.