Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2010

Day 2. Around Oxford

Akhirnya saya punya travel mate yang bisa saya mintai tolong untuk memotret. Meskipun tak banyak dan tidak sejak 2 hari yang lalu, masih beruntung dari pada tidak berfoto sama sekali. Maka setelah selesai konferensi, saya dan seorang sahabat dari Jakarta langsung mengeksplor bagian kota yang belum kami kunjungi.

Day 2. Konferensi Oxford, Gaul Sesama Akademisi Internasional

Mengikuti konferensi internasional seperti OBEC (Oxford Business and Economics Conference) memungkinkan saya bertemu dan berkenalan dengan banyak peserta akademisi dari luar negeri. Sangat menarik. Di antara mereka ada yang kemudian saling berjanji untuk melakukan penelitian bersama. Dari Indonesia, saya tidak sendiri. Dari kampus saya saja, Universitas Negeri Jakarta, ada empat orang yang berkesempatan lolos seleksi paper. Ada lagi dari UI dan Supra Business School. Lainnya ada yang dari India, Pakistan, Bangladesh, Srilanka, Amerika, Cyprus, Portugal, Hong Kong, China, Sarajevo, Spanyol, Inggris, Malaysia, Australia...

Day 2. Konferensi Oxford, Kasual Banget

Alhamdulillah. Akhirnya berlalu juga presentasi saya di Oxford University, Senin, 28/06. Pengalaman pertama presentasi ilmiah, dalam bahasa asing, di luar negeri pula, apalagi di Oxford, one of the best univerities in the world. Konferensi yang berlangsung, jauh dari kesan sangar dan resmi yang saya bayangkan. Semua terjadi begitu sederhana dan casual. Saya bawa jas, sama sekali tak saya gunakan. Malah saya gantung di samping tempat tidur di hostel. Itu saya lakukan karena kebetulan saya berangkat bareng dari hostel dengan seorang doktor dari Hong Kong yang hendak ke konferensi yang sama, dia cuma pakai kemeja biasa dengan tanpa dasi. Saya akhirnya hanya menggunakan kemeja pendek dan vest. Di tempat konferensi, malah banyak yang jauh lebih santai meskipun yang berjas lengkap pun tak sedikit. Bahkan ada peserta yang pakai kaos polo dan celana pendek! Referensi buat konferensi di waktu lain, saya tak perlu pusing soal pakaian. Senyamannya saja. Peny

Day 1. Kebel College

Kebel College adalah salah satu sekolah milik Oxford University. Dapat dikatakan, setiap fakultas dan jurusan dari universitas ini menyebar di seluruh penjuru kota Oxford. Ada yang menempati bangunan kecil, ada juga yang memiliki bangunan sangat besar. Kebel College ini luar biasa besar.

Day 1. Chalk Walk

Pada sebagian Ninth Parade Avenue, terdapat sejumlah kecil toko-toko dan restoran yang diberi nama Chalk Walk. Masuk dari Banbury road. Keren banget. Mungil-mungil, full colour.

Day 1. The British Waterways, Oxford Canal

Dari hostel, saya menyusuri kanal ke arah utara Oxford. Ternyata ada sebuah kehidupan sebagian masyarakat Inggris yang memilih perahu panjang kanal untuk tinggal sehari-hari. Panjangnya belasan meter dengan bentuk ramping. Mereka memiliki alamat dengan kotak surat sendiri. Artinya, komunitas ini memang diakui pemerintah. Sangat menarik. Sementara perahu-perahu lainnya merupakan sewaan yang bisa disewa minimal 4 jam. British waterways tak hanya memanfaatkan kanal yang tersebar di seluruh daratan Inggris, tapi juga menghubungkan sungai-sungai. Sepanjang kanal, rumah-rumah apartemen memagari. Sebagian besar mereka memiliki halaman belakang dengan perahu-perahu yang diparkir.

Day 1. Ashmolean Museum

Mengisi waktu sebelum check in, tak sengaja saya menemukan useum yang sepertinya terbesar di Oxford. Untuk masuk tak perlu bayar, tapi boleh memberikan donasi sebesar 3 pound per orang. Saya dianjurkan menitipkan ransel saya di loker dengan menggunakan koin 1 pound sebagai aktifasi kunci. Seperti juga di museum di Australia Barat yang sering saya kunjungi, museum ini pun sangat bagus dicontoh manajemennya, baik manajemen penataan, atraksi, maupun segalanya. Ada beberapa lantai yang setiap lantai dan ruangannya memiliki tema tertentu. Turis dari mulai anak-anak hingga manula tumpah ruah memenuhi tiap jengkal ruangan. Koleksi museum ini berasal dari pelosok dunia, khususnya yang memiliki nilai sejarah dan edukasi tinggi. Museum dilengkapi toko souvenir dari manca negara juga dan kafe. Menyatu dengan bangunan museum namun beda pintu masuk, ada perpustakaan kota yang tak kalah tuanya. Penjagaan ada dimana-mana, tapi bukan seper

Day 1. Oxford, Akhirnya...

Alhamdulillah, tiba di London Sabtu pagi di sambut angin summer yang hangat. Bawa jaket dan sweater bakalan tak terpakai sepertinya. Belasan jam di pesawat bikin badan pegal-pegal bukan main. Kalau mengikuti keinginan raga, maunya istirahat dulu. Tapi mengingat saya tak paham kondisi transport di UK, saya mending tak buang waktu. Saya memang sudah merencankan untuk langsung menuju Oxford, tempat saya akan mengikuti seminar daripada berleha-leha dulu di London. Dijamin saya tak akan bisa menikmati. Saya perlu aman dulu, baru perasaan bisa lega. Setelah tanya ke bagian informasi di Gatwick airport,-London, tiket yang sudah saya pesan melalui online di Australia, harus diterbitkan dari mesin khusus yang letaknya di airport bagian selatan. Ada bis khusus yang mengantar saya ke sana. Kereta menuju Oxford, datang sesuai jadual. Petugas pemeriksa tiket menghampiri semua penumpang saat kereta melaju, sangat ramah meminta saya menunjukan tiket. Setelah m

Day 1. Lunch Time

Ada restoran Nando di dekat hostel. Satu potong paha harganya 3,5 pound. Mahal, ya... Tapi buat pendatang baru buat saya yang belum hapal wilayah rasanya bukan masalah. Setelah berjalan sebentar setelah makan, tak jauh dari Nando, ternyata banyak restoran yang harganya ada yang jauh lebih murah. 1,5 pound untuk satu paket KFC atau kebab atau mie goreng halal...

Transit di Bandara Doha

Transit di bandara Doha. Begitu turun, saya langsung cari toilet untuk gosok gigi dan bersih-bersih. Kesan pertama, becek dan kotor. Tidak ada pertugas standby yang siap membersihkan ruangan. Bahkan, di toilet lain yang berjauhan, flush tidak bekerja dengan baik. Tidak ada air untuk membersihkan jamban, orang cukup menutupnya dengan tissue. Ewww... Sempat bertemu my sista, Ita. Dia memang bekerja di bandara Doha.

So Long, Basil...

Basil sudah sangat terbiasa berjauhan dengan saya. Ketika saya lepas di bandara Soekarno-Hatta, Jumat sore, dia tak merajuk, apalagi cengeng. Bye Basil, see you soon...

Jumpa Sahabat Lama di Kopitiam Oei

Punya waktu sangat terbatas di Jakarta, saya sempatkan untuk bertemu seorang sahabat lama, Hadi. Kami bertemu di Kopitiam Oei, Jl. Agus Salim. Sambil menikmati menu makan siang lontong Medan, kami berbincang seru tentang berbagai pengalaman. mulai dari yang 'bersih-bersih' sampai yang 'kotor-kotor'. Men's talk.

Jakarta, Bikin Malas

Maksud hati bawa segepok jurnal dan beberapa buku biar bisa dipelajari sambil mulai menyusun proposal riset lagi. Ternyata hasrat mulia itu tak bisa terwujud. Raga, pikiran, dan hati seolah tak merestui. Alhasil, saya lebih banyak menghabiskan waktu buat main dengan keluarga, bertemu sahabat-sahabat dan tidur. Bahkan persiapan untuk presentasi ke Oxford pun belum saya lakukan.

Basil Berbaju Sendiri

Basil sudah mulai belajar pakai baju dan celana sendiri, meskipun harus jumpalitan karena memasukkan dua kaki ke satu lubang atau megap-megap nafas karena tak buru-buru bisa mengeluarkan kepalanya dari lubang kaos.

Basil Mancing di Pandeglang

Dari Anyer, kami mengarah ke Pandeglang untuk bertemu seorang sahabat lama. Kami memang sudah merencanakan untuk mengunjunginya. Sekalian reuni dengan sahabat-sahabat lain. Pandeglang ternyata bukan jarak yang bisa ditempuh dalam waktu yang singkat. Untung terbayar dengan ikan mas bakar dan lalap petai. Basil juga senang karena bisa mencoba memancing ikan.
Bertiga dengan isteri dan Basil, kami ke berlibur ke Anyer, menginap semalam di Pisita Villa. Oalah... semalam harus bayar sekitar Rp 770,000. Lumayan mahal. untuk kualitas kamar pondokan yang 'seperti itu' dan tanpa meal sama sekali. Karena sudah terlalu sore, tidak sempat keliling mencari kamar yang lebih kecil dan lebih murah. Apalagi, perjalanan dari Bogor hingga Anyer, selain jauh, juga macet total karena truk pengangkut kertas yang tumpah di jalan tol. Lumayan bikin badan pegal. Sekitar jam 5 sore kami tiba di Anyer. Ada waktu menjelang malam, kami putuskan untuk bermain di laut. Gagal mencelupkan Basil. Meskipun senang main air dari keran dan ember, tapi begitu melihat air berlimbah di kolam renang, apalagi laut, nyali Basil langsung ciut. Keesokan pagi, cuaca serah. Pantai ramai dengan para pengunjung. Meskipun Basil tak terlalu happy , tapi tetap saya gendong hingga jauh ke tengah laut supaya dia bisa berinterkasi de

Kencing Sambil Nyetir

Ada sebuah kecelakaan yang mencegat perjalanan kami dari Bogor ke Anyer. Tepat setelah masuk tol Karang Tengah langsung disambut kemacetan yang luar biasa. Sebuah truk pengangkut kertas mendapat kecelakaaan. Tak kuasa menahan kencing sementara tak tahu harus menepi dimana, akhirnya saya mengambil kantong plastik dan buang air kecil sambil pegang kemudi. Nekad.

Halo Bogor

Saatnya bertemu nenek Basil. Bogor sedang banyak diguyur hujan. Macet pula, seperti biasa. Menginap semalam. Tapi sebelumnya, sempat mampir di sejumlah factory outlet. Beli koper buat persiapan ke Oz.

"What A Man Can Be, He Must Be"

Saya sedang mempelajari teori kebutuhan yang ditulis oleh Abraham Maslow tahun 40-an ketika menemukan kalimat "what a man can be, he must be". Istilah ini bukan lahir dari pemikiran dia, tapi hasil comotan dari seorang penulis lain bernama Kurt Goldstein. Diceritakan, pada tingkat terakhir dari kebutuhan dasar manusia, ada yang dinamakan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Level tertinggi ini, tentu saja bisa dicapai oleh seseorang jika kebutuhan-kebutuhan dasar yang lebih rendah sudah terpenuhi, seperti misalnya: makan, rasa aman, cinta, dan kenyamanan. Agak lama saya mengunyah bagian ini, untuk kemudian merefleksikan ke dalam diri saya. Saya bisa jadi apa, maka saya harus jadi yang saya mau. Misalnya, saya ingin melawat ke China, maka saya mesti mewujudkan keinginan saya. Setelah itu tercaoai, apakah saya berarti telah memenuhi seluruh kebutuhan dasar saya? Hmm, rasanya contoh ini kurang tepat. Contoh lain, saya ingin jadi guru. Lalu jadilah saya guru. So what? Tap

Razia HP Siswa oleh Guru: Pemerkosaan Hak Azasi

Sejumlah pejabat di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional belum lama ramai membuat wacana untuk melakukan razia telpon selular siswa sekolah. Meskipun saya tpaham dengan alasan mereka, agar anak-anak sekolah tidak bersentuhan dengan video-video dan gambar porno menyusul bocornya video mesum mirip selebritis, tapi saya tidak setuju jika harus melakukan razia. Pertama, telpon selular adalah barang pribadi yang sangat hakiki bagi seseorang. Maka, menghargai dan menghormati hak pribadi mestinya dinomorsatukan. Jangan sampai demi mengejar tujuan tertentu yang dianggap baik namun kemudian justeru memperkosa hak-hak azasi siswa. Meskipun siswa masuk kategori anak-anak atau remaja, tapi bukan berarti guru, kepala sekolah maupun institusi lain bisa berbuat seeanknya. Kedua, seberapa efektif jika razia dilakukan padahal anak-anak masih bisa mengakses video dari rumah maupun dari warnet? Jika memang berniat, beri sangsi pada pemilik warnet yang memberikan fasilitas akses gambar dan video por

Israel dan Luna Maya

Ketika teroris lokal banyak mati terbunuh saat penyergapan saat Densus 88, sebagian masyarakat kita kagum dengan kesigapan tim ini. Sebagian lain, prihatin. Dengan mengusung isu HAM, mereka protes. Ada lagi yang mengatasnamakan perjuangan, malah mengutuk aksi pencegahan polisi tersebut. Bahkan ada yang menghujat presiden karena menurut mereka, maraknya kegiatan teroris disebabkan karena kepemimpinan beliau yang kurang hebat. Di sisi lain, ada yang mengelu-elukan para tersangka teroris yang tewas sebagai pejuang agama yang mati sahid di jalan Tuhan. Lalu, ketika penyerbuan tentara Israel terhadap para relawan di teluk Gaza terjadi, banyak pihak mengutuk. Sebagian kecewa karena ulah brutal para tentara itu telah membunuh dan melukai orang-orang yang justeru sedang mengusung misi kemanusiaan bagi para korban perang. Sebagian lain dengan mulut dan tulisan penuh kebencian dan sumpah serapah, menghujat Israel sebagai bangsa yang tak bermoral. Bahkan ayat-ayat dari kitab suci di- copy paste u

Hoax dari Loteria Nacional S.L

Email ini, masuk ke inbox Yahoo saya dan dapat dipastikan sebagai hoax, bohong, penipuan: Attn:Email Account Owner, It is a profound gratitude communicating with you through this medium. We Loteria Nacional Promotions wish to inform you that your email address with Ticket Nr: C:38 R:9,Reference Nr: 5687SPL876 won prize fund of 1,200,000.00 Euros categorically in our lottery program.We request you to pay serious attention to this notification by contacting the foreign taransfer manager. Please contact the FOREIGN TRANSFER MANAGER of Continental Seguros S.L.,with the below information. Your Names ....................... Your Address ..................... Your Country ..................... Your Phone No .................... Your Occupation :................. Your Age ......................... Sex .............................. Continental Seguros S.L Contact:Dr.Juan Miguel Perez Tel: +34 639 032 542 E-Mail:continentalsecur@aim.com Secure E-mail: pay

Orang-orang 'Kembar' di Sekitar Kita

Jika diperhatikan, seringkali kita bertemu dengan orang-orang yang kita anggap mirip baik ciri-ciri fisik, gaya, maupun sifat-sifatnya. Seseorang yang kita kenal di satu lokasi, ternyata memiliki 'kembaran di lokasi yang berbeda. Atau seseorang yang kita kenal di masa lalu, ternyata 'duplikat'nya kita temui di masa sekarang. Fenomena apa? Well, saya tidak akan menjelaskan secara ilmiah seolah-olah saya seorang ahli. Saya cuma mau berdiskusi tentang rahasia hidup. Saat ini saya bersahabat dengan seseorang yang setelah sekian lama saya amati, ternyata memiliki kemiripan dengan seorang sahabat saya di masa lalu, yang entah kenapa sulit sekali menemukan dirinya meskipun saya sudah melacaknya dengan google maupun dengan jejaring sosial. Saya maklumi karena sahabat saya yang satu itu memang tidak begitu tertarik dengan internet. Lalu saya berpikir, mengapa orang baru ini datang dengan kemiripan sahabat saya di masa lalu itu? Sejujurnya, saya tidak memiliki persoalan yang rumit d

Menghitung Hari ke Tanggal 14

Menghitung hari sebelum tiba waktunya untuk terbang ke Jakarta. Membayangkan bisa berkumpul dengan keluarga, bertemu sahabat-sahabat, berburu kuliner jalanan, kemacetan... Antara excited dan miris. Ketika Januari-Februari lalu saya pulang, perasaan campur aduk itu juga ada. Lalu, pelan-pelan rasa kangen Perth menyeruak. Berdebar karena akan memulai projek PhD. Sekarang pun tidak ada bedanya. Tapi saya berusaha sebisa menetralisir perasaan. Karena sesungguhnya, antara nyaman dan tidak. Tidak nyaman karena saya meninggalkan proposal yang belum selesai. Padahal waktu sangat berharga sekali sementara hal-hal penting banyak yang perlu dilakukan segera.

Fraud: Mr. Adada Mohammed

Hello Friend, I am Mr. Adada an Oil merchant in Iraq; i have been diagnosed with esophageal cancer. It has defied all forms of medical treatment, and right now I have only about a few months to live, according to medical experts, just recently my doctor inform me i have a few weeks to live due to the esophageal cancer. I have not particularly lived my life so well, as I never really cared for anyone (not even myself) but my business. Though I am very rich, I was never generous, I was always hostile to people and only focused on my business as that was the only thing I cared for. But now I regret all this as I now know that there is more to life than just wanting to have or make all the money in the world. I have decided to give alms to charity organizations, as I want this to be one of the last good deeds I do on earth. The last of my money which no one knows of is the huge cash deposit of fifteen million dollars $15, 000, 000,00 that I have with a finance/Security Company abroad.

Fraud: Ahmed Omar

URGENT Respond I am Amed Omar ,son of late Mr and Mrs Yusuf Omar . My father was a very wealthy GOLD and COCOA merchant who based in ACCRA GHANA and ABIDJAN respectively, The economic capital of cote D'Ivoire. He was poisoned to death by his business associate on one of their business outings. When my mother died on the 21st october 2000 , My father took me so special because I am motherless. Before the death of my father on the 25th November 2007. He sincerely called me on his bed side and told me that he had a sum of 8.5M US DOLLARS (Eight Million five hundred thousand USA DOLLARS)He kept in one of the Security Company Here in Abidjan. He also used my name to Deposit the consignment as his only Son for next of kin. He also explained to me that it was because of this wealth that he was poisoned by his business associates, That I should seek for a foreign partner in a country of my choice where I will transfer this money and use it

Fraud: Dr Haris Hakim

Dear Friend, TOP SECRET I am Dr Haris Hakim, the director in charge of auditing and accounting section of Bank of Africa,Ouagadougou Burkina faso West Africa with due respect and regard.I have decided to contact you on a business transaction that will be very beneaficial to both of us at the end of the transaction. During our investigation and auditing in this bank ,my department came across a very huge sum of money belonging to a deceased person who died in a plane crash and the fund has been dormant in his account with this Bank with out any claim of the fund in our custody either from his family or relation before our discovery to this developement. The said amount was EIGHTHEEN MILLION united states dollars.($18000.000.00) Meanwhile all the whole arrangement to put the claim over this fund as the bonafide next of kin to the deceased;get the required approval and transfer this money to a foriegn account has been put in place and directives and needed informat