Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2011

Dapat Visa Amerika!

Siang itu, karena ditagih harus memberikan laporan ke kantor saat itu juga, saya balik rumah. Padahal di kampus sedang seru merapikan proposal yang mesti kelar akhir minggu karena saya sudah dijadualkan seminar proposal akhir bulan. Untung jarak kampus ke rumah dekat. Tiba di rumah, jantung saya berdegup ketika mendapati sebuah paket ditujukan untuk saya: dari konjen Amerika! Pasti passport. Betul saja. Satu minggu sebelumnya, saya memang datang ke konjen Amerika melamar untuk mendapat visa. Dengan rasa penasaran, saya langsung buka. Eh, alhamdulillah. Permohonan visa saya dikabulkan. Sekarang, visa untuk lima tahun untuk berkunjung ke Amerika sudah di tangan. Senang sekali rasanya. Saya merasa mimpi tadi malam sebagai omen untuk kemenangan hari ini. Yeah, baru kali ini rasanya saya menghubungkan sebuah kejadian dengan mimpi.  Semoga segala urusan untuk berkunjung ke sana untuk conference bulan Juni nanti, dimudahkan jalannya oleh Allah. Insyaallah.

Mimpi Kunang-kunang dan Kupu-kupu

Saya di sebuah kota. Bertemu dengan seorang public figure Jakarta dan pasangannya. Kami saling sapa dengan akrab, seolah saja kami sudah saling mengenal dekat. Saya mengikuti mereka seakan kami memang sudah punya rencana untuk pergi ke suatu tujuan. Tiba-tiba malam. Langit benderang dengan puluhan kunang-kunang. Ah, ukuran mereka besar dengan aneka bentuk transparan. Ada yang menyerupai gelas piala, cangkir... Mereka hinggap di ujung-ujung ranting pohon yang tak berdaun. Semarak sekali terlihat. Saya juga melihat seekor kupu-kupu berukuran besar turut hinggap di sana. Bisik saya, oh, sirama-rama... Teman saya yang public figure itu dengan riang mencoba menangkapi kunang-kunang. Orang-orang lain yang lalu lalang ikut pula mengambil gerakan. Saya berusaha menghalau. Saya ingin kunang-kunang bisa terus menerangi malam-malam di kota itu. Tapi apa daya, orang-orang terlalu bersenang-senang hingga tak mungkin bisa menghentikan mereka.

Bertemu 'the Queen' from Burma

Setiap Kamis dan Jumat, biasanya saya gunakan untuk bekerja. Namun karena ada deadline riset, saya undurkan ke Sabtu dan Minggu. Namanya kerja partuh waktu, begitulah enaknya.  Minggu, saya mengunjungi satu wilayah tak jauh dari kota Perth. Ada dua bangunan flat yang harus saya 'garap'. Tibalah saya mengetuk pintu rumah seorang nenek asal Burma. Nenek itu menolak saya wawancara karena katanya, dia tak pernah mendengarkan radio. Projek riset (pekerjaan, bukan riset akademik saya) yang sedang saya garap memang berhubungan dengan para pendengar radio.  "Kamu berasal dari mana?" tanya si Nenek yang mengaku berasal dari Burma. Saya sudah terbiasa dengan pertanyaan sederhana itu. Saya jawab singkat sambil memuji cara dia membuat tanda salib dari kertas yang dia tempel di pintu. Basa-basi demikian seringkali perlu untuk membuat percakapan lebih lancar, meskipun saya sadar orang itu telah menolak saya wawancarai. Tapi siapa tahu, dia akan berubah pikiran. Saya menem

PSSI, Seharusnya...

Hal yang perlu dilakukan PSSI adalah menerjemahkan seluruh peraturan yang dibuat oleh FIFA yang akan digunakan untuk mendasari pemilihan pengurus yang baru. tanpa memodifikasi. Modifikasi hanya akan membuat pihak-pihak yang pro-perubahan akan apriori. Sebaiknya, bukan PSSI yang melakukan penerjemahan untuk menghindari ketidakpuasan pihak lain. Tunjuk pihak ketiga yang dinilai netral dan profesional. Setelah terjemahan selesai, diseminasi kepada publik, lampirkan versi aseli dari FIFA. Kumpulakn seluruh ide dan komentar dari warga. Setelah dirasa cukup waktu, jika perlu ada revisi, lakukan dengan sangat terbuka dan beralasan. Lalu sahkan. Risuh kongres di Riau, karena ketidakikhlasan pengurus PSSI sekarang yang menjabat untuk berbagi, melakukan perubahan, dan bersikap adil. Mereka tidak jujur dan licik. Mereka menghendaki organisasi milik pribadi yang hanya mereka sendiri yang boleh menguasai. Bagi mereka, PSSI adalah periuk nasi, harga diri, dan borok yang bertahun-tahun ditut

Ketika Sebuah Usaha Monopoli Merugi

Sebuah berita online mengganggu pikiran saya: "Hanya 142 dari 381 PDAM Raih Laba". Mending jika sekedar break event point. Tapi bagaimana jika merugi? Saya tak membaca artikel tersebut lebih jauh. Keburu sesak nafas. Sebuah usaha yang notabene monopoli di bidangnya, tapi tak untung, pasti banyak kekeliruan yang terjadi di sana. Tak perlu terlalu menyalahkan pihak internal PDAM, karena masalah bisa datang dari external perusahaan juga. 1. Debit air yang sedikit. Karena kemarau, jumlah air sedikit. Untuk menyalurkan air ke pipa-pipa saluran ke rumah tangga dibutuhkan tenaga mesin yang tentu saja perlu bahan bakar yang tidak sedikit. 2. Mismanagement. Penempatan orang-orang yang tidak layak pada posisi kunci perusahaan bisa mengarahkan perusahaan pada kehancuran.  3. Korupsi. Pihak-pihak yang memiliki akses terhadap keuangan perusahaan, dengan gegabah memanfaatkan uang perusahaan untuk kepentingan-kepentingan perusahaan. 4. Kebocoran pipa saluran. Sangat biasa kita m

Si Tampang Pas-pasan dari Semester Dua

"Jangan banyak tingkah, loe . Udah muka pas-pasan masih aja bertingkah". Kalimat ini diucapkan oleh seorang teman kuliah pada semester satu atau dua ketika saya dan sejumlah teman lain bercengkrama keluar dari sebuah kelas siang. Saya, masih dengan muka sumringah, sempat menoleh dan beradu pandang. Tapi saya tak merisaukan ucapan teman perempuan saya itu. Dia tampak ketus dan aneh, saya biarkan saat itu. Meskipun heran tentu saja, karena saya sama sekali tak pernah mengganggu dia, tak punya masalah dengan dia sebelumnya, tak mengusik pacarnya, apalagi neneknya. Bahkan saya merasa memiliki hubungan yang sangat dekat dengan setiap pribadi di kelas itu. Sekian tahun berlalu dan peristiwa itu masih saja membekas. Tidak, sama sekali saya tidak membenci dia apalagi untuk punya alasan mengutuk dia. Saya cuma heran, ucapan kasar seperti itu harus keluar dari mulut seseorang yang kebetulan mahasiswi,  tanpa alasan yang jelas. Verbal bully , biasanya menunjukkan posisi si lem

Seharusnya, Miyabi 'Dipoles' Seperti Tiara Lestari

Tekait dengan tsunami yang melanda Jepang, sebuah judul berita online menarik perhatian saya: Apa kabar Miyabi? Apakah dia selamat dari bencana itu? Konon dua film nasional sudah dibintangi artis porno asal Jepang ini. Kehadirannya di layar perak tanah air tidaklah mulus. Sejumlah aksi protes bermunculan dimana-mana menentang keterlibatan dia.  Konon pula, Miyabi telah bertobat untuk tidak lagi terlibat dalam film-film kategori xxx. Jika memang demikian, mestinya pihak produser film di Indonesia yang mengontrak dia terlebih dahulu menyiapkan sebuah strategi komunikasi agar kehadirannya di kancah hiburan Indonesia tidak menjadi kontroversi yang merugikan. Kontroversi harus, tapi tidak menjadi bumerang. Syukur-syukur jika orang jadi simpatik. Saya jadi teringat dengan upaya saya dan sejumlah sahabat melakukan strategi komunikasi terhadap 'kelahiran' Tiara Lestari, model majalah Playboy beberapa waktu lalu yang ingin berkarir di Indonesia. Sejumlah langkah disiapkan,

Konflik dengan Three Australia: Stand Up for All My Rights!

Tiba-tiba handphone saya tidak bisa digunakan untuk mengirim SMS. Saya pikir koneksi lagi jelek karena saat itu saya sedang berada dalam ruangan. Tak lama saya coba untuk menelpon seseorang pun masih tidak bisa. Saya berpikir koneksi Three, provider yang saya pakai selama ini memang bermasalah. Keesokan harinya ketika saya bertemu sejumlah sahabat, saya bahas masalah saya. Ternyata meskpipun mereka menggunakan provider yang sama, tapi mereka baik-baik saja.  Keesokan harinya, saya mengunjungi toko Three. Mereka menganalisa masalah saya dan menemukan bahwa ada tagihan tinggi yang sangat tinggi yang belum saya bayar: 1200 dolar! Saya tidak kaget, karena mungkin petugas itu cuma keliru saja. Tapi begitu saya disambungkan dengan seseorang di telepon dan beberapa kali orang itu menyebutkan angka yang fantastis itu, saya baru tersadar. Pada tagihan telepon saya, benar-benar ada angka 1200 yang harus saya bayar. Jika tidak, blokir akan terus dilakukan. Petugas di telepon itu pun meny

Konflik dengan Satpam Kampus: Stand Up for All My Rights!

Suatu ketika, saya diomeli satpam kampus karena lupa membawa kartu akses ruangan.  Setiap mahasiswa PhD punya ruang bekerja yang tak boleh dimasuki oleh orang lain yang tidak berwenang. Begitu menyadari kartu akses tak ada di tangan, saya langsung menghubungi satpam untuk membantu membukakan pintu dan mengijinkan saya masuk.  Lah, namanya lupa. Satpam malah menyuruh saya balik ke rumah untuk ambil. Dia juga menyamakan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa dengan dia, sebagai karyawan. Eit, nanti dulu. Dia bekerja dan digaji, saya belajar dan bayar SPP. Bagaimana bisa sama? Karena dia terus mengomel dan menyalahkan, saya ancam akan melaporkan ke pihak kampus dengan tuduhan tindakan tidak menyenangkan. Dia melongo. Begitu dia pergi, saya langsung menelpon koordinator mahasiswa. Saya merasa perlu membela hak saya sebagai konsumen dari sebuah lembaga institusi yang saya bayar. Saya mendapat dukungan atas tindakan itu. Pihak kampus ada di belakang saya. Tak lama si satpam datan

Bicara, Bukan dengan Bom

Prihatin sangat dengan teror bom buku yang melanda Indonesia saat ini. Bom yang diselipkan dalam buku dalam sebuah paket, bisa ditujukan kepada siapa saja secara individu dan sebuah bentuk yang menyerupai paket buku akan diduga sebagai bom. Maka, kekacauan inilah yang diharapkan oleh pembuat dan pengirim bom.  Hanya orang sinting tak bermoral yang sempat berpikir dan melakukan hal-hal tidak berguna itu. Berapa banyak waktu dan energi yang terbuang gara-gara teror ini? Bukankah lebih penting jika itu dimanfaatkan untuk bekerja? Mereka hanya orang-orang frustasi yang tak bisa berdialog dan berkompromi dengan keadaan, menurut saya. Apa sesungguhnya mau mereka? Mereka tidak setuju seorang Ulil bicara bebas perihal kebebasan beragama? Ajaklah Ulil berdiskusi. Jika Ulil masih tak mau berhenti, buatlah organisasi tandingan yang mempropagandakan hal kebalikan dari apa yang Ulil gembor-gemborkan. Jika para penebar teror ini tak setuju dengan apa yang dilakukan oleh kepala BNN, prot

Hitler vs Tifatul Sembiring

Sebuah scene dari sebuah film tentang detik-detik terakhir kehidupan Hitler sudah lama beredar di Youtube, berbahasa Jerman, namun dengan sub-title berbahasa Inggris. Hal yang lucu, terjemahan yang dibuat sengaja dibuat keliru yang cenderung jenaka. Misalnya, Hitler seolah marah gara-gara kehabisan tiket konser Lady Gaga. Untuk merayakan demokrasi di tanah air yang sangat enak, belakangan versi tanah air juga sudah mulai muncul. Sejumlah manusia Indonesia yang iseng dan kreatif, bercanda misalnya tentang SBY, Nurdin Halid, dan Tifatul Sembiring. 

Jenis Bacaan Mempengaruhi Suasana Hati

Apakah jenis bacaan yang dikonsumsi seseorang mempengaruhi kesehatan? Saya rasa iya. Setiap kali membaca berita seorang pejabat terlibat kasus KKN, suasana hati jadi gundah dan kesal. Setelah seminggu mengurangi membaca berita korupsi dan terutama PSSI, saya merasa hidup lebih tenang, nyaman, dan positif. Ppikiran dan badan jadi lebih sehat, tidak memendam amarah apalagi culas, dan sangat plong.  Mungkin hanya kesimpulan iseng yang kurang berdasar. Tapi saya rasa memang memiliki hubungan. Biarlah, biarkan saja. Hal terpenting, apa yang saya dapatkan sekarang. Saya ingin benar-benar menikmati hidup mumpung masih tinggal di Australia. Menjauhi masalah, menghindari konflik sebisa mungkin. Menjalankan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa, pun sebagai karyawan sebuah perusahaan. Dua hal ini saja sudah menyita waktu. Jika masih ada waktu senggang, saya masih akan bisa tamasya mengunjungi tempat-tempat asyik di sini dan bergaul dengan teman-teman yang asyik saja. Bukan berarti s

Gathering di Flat Zaki

Kumpul-kumpul kecil di rumah pasangan Zaki-Hayyu, dua mahasiswa baru ECU, 11/03, di daerah Inglewood.

Protes di Yaman

Source: latimes.com, hyperboreanvibrations.blogspot.com, globalpost.com,

Hoax from Wahid Adada

Sebuah email masuk ke inbox Yahoo saya. Tentu saja isinya bohong: Dear Friend,  As you read this, I don't want you to feel sorry for me, because, I believe everyone will die someday. My name is MR Wahid Adada a Crude Oil merchant in IRAN,i have been diagnosed with Esophageal cancer . It has defiled all forms of medical treatment, and right now I have only about a few months to live, according to medical experts. I have not particularly lived my life so well, as I never really cared for anyone(not even myself) but my business. Though I am very rich, I was never generous, I was always hostile to people and only focused on my business as that was the only thing I cared for. But now I regret all this as I now know that there is more to life than just wanting to have or make all the money in the world. I believe when God gives me a second chance to come to this world I would live my life a different way from how I have lived it. Now that God has called me, I have willed and gi

Protes di Libya

Source: Ibtimes.com Source: Worldbulletin.com Source: Thecommongroundblog.com Source: Madaboudmahound.blogspot.com

Protes di Mesir

Source: Life.com Source: Life.com Source: Trend4art.com Source: Ojoecollege.blogspot.com Source: Siddiqin.wordpress.com

Protes di Tunisia

Source: innercitypress.com Source: the-pessoptimist.blogspot.com Source: Dawn.com Source: Nehandaradio.com

Nurdin, O, Nurdin

Saya tidak bisa membayangkan menjadi sosok pribadi Nurdin Halid akhir-akhir ini yang dihujat dan dijadikan musuh banyak orang karena sejumlah kekeliruan yang dia lakukan. Terlibat satu kasus korupsi saja bisa bikin hati ciut dan mestinya malu bukan main. Dia melakukannya berkali-kali! Seakan tidak ada kapoknya masuk bui dan dijadikan bahan berita. Dia sudah kecanduan tersangkut perkara hukum sepertinya.  Manusia ini penuh prestasi. Mengagumkan. Namun bukan prestasi yang membanggakan seorang Ibu yang pernah melahirkannya, karena pencapaian yang ia buat penuh intrik dan maksiat. Karena dia merasa bisa membeli kebebasannya, dia tak pernah takut terjerat (lagi). Konon, dia telah bebas dua kali dari tuntutan jasa karena kasus korupsi. Itu kan prestasi gemilang yang kalau bukan karena uang, mana mungkin dia aman. Ia yang pernah dua kali terpilih jadi ketua PSSI, banyak pula melakukan kebohongan. Misalnya, mengganti Statuta FIFA sesuai dengan versi-nya.  Sudah saatnya kita membungkam

Biarkah Ahmadiyah Hidup

Mengapa kita tak belajar dari umat Kristen yang menyikapi sekte Saksi Yehovah dan Mormon dengan kepala dingin? Suatu ketika, saya ditemui dua orang dari Saksi Yehovah. Mereka keliling kampung dari satu rumah ke rumah lain mengabarkan tentang beberapa kekeliruan ajaran Kristen. Saya, meskipun bukan Kristen, tapi pernah belajar agama Nasrani ini, terbengong-bengong. Oh, ya?  Hal sama, ketika saya bertemu dengan misionaris Mormon. Mereka melakukan kegiatan serupa dengan Saksi Yehovah. Mereka memiliki kitab bernama Mormon, yang dianggap memiliki keontetikan isi alkitab  hasil penyelamatan seorang pendeta yang lantas dipercaya sebagai orang suci. Kedua sekte ini, menurut sejumlah Kristen yang saya tanyai, sesat.  Tapi, beragama kan memang urusannya dengan keyakinan. Siapa percaya apa, itu adalah hak dan tanggung jawabnya. Lalu, mengapa ada sebagian orang Islam yang alergi dengan perbedaan keyakinan?  Mengapa kita biarkan Ahmadiyah hidup. Jika mereka keliru, biarlah jadi

Ketika Karir Mendadak Runtuh Karena Issue Rasial

Rumah mode Dior baru saja memecat perancang Galiano yang sangat terkenal karena karya-karyanya yang dianggap monumental di bidang fashion gara-gara saat mabuk dia tak bisa mengontrol omongan hingga keluarlah ungkapan 'I Love Hitler..." Orang mabuk biasanya berkata jujur. Anda boleh mencintai siapa saja meskipun orang tersebut dibenci banyak orang. Tapi jangan Hitler. Karena prestasinya dalam membantai manusia, terutama warga Yahudi, Hitler dianggap sebagai manusia tergelap yang pernah diciptakan Tuhan di muka bumi. Jika Galliano dipecat, tentu saja sangat masuk akal. Tak perlu sampai keputusan pengadilan tiba. Jika dalam kitab hukum dia terang-terangan masuk kategori penistaan terhadap suatu ras, maka perusahaan sebaiknya segera ambil tindakan keras. Apalagi, actor sekelas Natalie Portman yang baru saja mendapatkan Oscar bereaksi cepat untuk ogah berhubungan dengan pria berambut gondrong itu. Bukankah itu pertanda buruk jika Dior tetap mempertahankan Galliano?

Media Group Meradang, Menerjang, Mengerang, Bangkrut...

Media Group, grup perusahaan media yang menaungi Media Indonesia dan Metro TV meradang ketika Dipo Alam, Sekretaris Kabinet menyerukan boikot kepada sejumlah media termasuk dua media tadi karena sering mengkritik pemerintah. Jika saya amati, Media Group sangat punya alasan untuk protes. Bayangkan saja, iklan utama yang diperoleh oleh Media Indonesia adalah dari pemerintah berupa pemberitahuan-pemberitahuan lelang yang penuh sesak halaman demi halaman dari surat kabar itu. Saya pernah heran kenapa hanya di koran itu iklan lelang ramai. Setting apa? Mantan atasan saya kalau mau lihat iklan lelang, cukup beli Media Indonesia. Hal sama juga terjadi dengan Metro TV. Program talk show televisi ini banyaknya adalah pesanan dari pemerintah dan LSM.  Kalau diboikot, pasti mereka merugi, bangkrut. Mengapa Dipo Alam berang? Kalau kita berpikir waras, akan memaklumi juga dasar pemikiran dia. Seolah: "Lho, kok, mengkritik? Padahal kalian hidup dari gue?" Menurut sejumla

Selamat Ulang Tahun, Basil...

Hari ini, anak saya, Basil, merayakan ulang tahun ketiga. Dia sudah ngeh apa itu ulang tahun. Seharian, kata istri saya, dia sangat bergairah menjalani hari. Terutama ketika sore hari, ketika puluhan bungkusan kado disebarkan ke semua tetangga dekat rumah. Tidak ada pesta, tidak ada keriaan. Kami didik Basil tidak dengan pesta, tapi justeru berbagi. Sayang saya tidak ada di Jakarta. Well, mungkin tahun depan dan tahun-tahun berikutnya, kami bisa bersama melewati momentum seperti itu.  Selamat ulang tahun, Basil. Jadilah anak yang membanggakan Tuhan. 

Black Swan

Obsesi terhadap sesuatu, seringkali membuat segala hal terjadi sesuai dengan prasangka. Orang baik dikira jahat, maka jadilah jahat. Persoalan sepele dianggap rumit, maka jadilah rumit. Jika orang itu masih punya nurani, yang terjadi adalah pergumulan si baik dan si jahat dalam hati yang dapat mengakibatkankan kebinasaan. Dengan menonton film ini, saya jadi maklum mengapa Natalie Portman, si tokoh utama, bisa membawa pulang piala Oscar. Acting-nya luar biasa mencekam. Filmnya sendiri memang sulit ditebak jalinan ceritanya. Penuh kejutan. Trailer yang dibuat benar-benar mengacaukan plot. Balet yang selama ini dikenal sebagai tarian gemulai yang bagi sebagian orang mungkin membosankan, ditampilkan layaknya film detektif yang gelap dan misterius. Saya perlu sekian jam untuk bisa memahami betul apa maksud dari film ini dan bagaimana jalan cerita yang sebenarnya. Mempesona.