Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2014

Batam, Akhirnya

Bekerja di gedung rektorat ternyata memberi konsekuensi dimana saya harus banyak travelling, meninggalkan jadual rutin sebagai dosen. Kali ini ke Batam, berangkat Jumat, pulang Minggu. Dan Batam ternyata begini begitu, melengkapi kepenasaranan saya karena memang belum pernah berkunjung ke pulau ini.

And Mr.November Has Gone

Pernah saya memanggilnya Mr. November, karena ia lahir di bulan November. Ide itu muncul ketika di bioskop beredar sebuah film Hollywood berjudul sama. Kini ia telah tiada, salah seorang sahabat saya. Pergi tiba-tiba bulan Juli lalu. Maka saya kehilangan. Andai saya punya kesempatan untuk berbincang sebelum dia pergi. Tapi kita selalu mengharap sesuatu yang baik ketika kesempatan itu tidak ada. Dan dia salah satu orang baik yang pernah saya temui, itu kenapa saya dan sahabat saya ini bisa bersama cukup lama, di antara berbagai kesalahpahaman dan disagreement. Selamat ulang tahun, sahabat. Semoga kamu damai di sisi sang Pencipta.

Saya, Joko Widodo, dan Bahasa Inggris

Saya seorang dosen, lulusan S3 dari luar negeri. Meskipun disertasi saya ditulis dalam bahasa Inggris dan pernah menerbitkan buku berbahasa Inggris di luar negeri, tetap saja kemampuan berbahasa Inggris saya pas-pasan. Setiap kali saya mengirimkan hasil penelitian pada jurnal internasional yang bereputasi baik, para reviewer selalu mengomentari bahasa Inggris saya yang 'poor'. Tapi ini tak membuat saya merasa rendah. Dalam berbagai forum ilmiah, saya sering bertemu dengan para doktor dan bahkan professor dari negara-negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris. Menurut saya, kemampuan mereka berbicara bahasa Inggris pun jauh dari sempurna. Belepotan dengan grammar dan vocabulary yang menyedihkan. Namun mereka tak merasa rendah dan tak ada yang merendahkan. Kami akan lebih mengkritisi ide, bukan kefasihan berbahasa, meskipun ini penting juga. Saat Joko Widodo berpidato di sebuah forum internasional, sejumlah orang berkomentar miring karena kemampuan presiden kita berba

Orang Utan

Malam ini, saya mimpi jalan-jalan, mengendarai mobil, dengan setting berbeda-beda, dengan penumpang yang berbeda-beda.  Satu penggalan mimpi. Ada salah seorng anak saya duduk di belakang dan seorang pria bule di sebelah saya. Jalanan beraspal bagus dengan pemandangan luas menghijau. Mendekati Port Moresby. Saya menepi ketika tiba di sebuah semak. Ada seekor bayi orang utan berbaring lemah. Dalam mimpi saya, dua minggu sebelumnya datang ke tempat itu untuk menaruh hewan itu di sana. Sekarang, seolah saya ingin menjemput pulang kembali. Hewan itu tak terurus. Lalu saya gendong. Kami kembali melanjutkan perjalanan.  Pada sebuah desa, kami memasuki rumah sederhana dengan sumber air panas. Orang tua pemilik rumah, sebetulnya adalah penyewa. Ia mempersilakan saya menggunakan bak air panas untuk membersihkan si bayi orang utan. Dalam hati, kelak jika sudah kembali tiba di Jakarta, saya akan rawat dan ajak jalan-jalan kemana pun saya pergi. Pada penggalan mimpi yang lain. Saya dan

Mengharap Untung, Malah Buntung

Ada beberapa kejadian tidak menyenangkan yang saya alami di Solo ini. Pertama, tiket saya tidak diganti penuh oleh panitia pengundang. Bayangkan, saya diundang untuk bekerja membuat soal untuk guru-guru yang mengikuti kompetensi profesi, boro-boro profesionalisme saya dibayar, ini malah harus nombok.   Sangat tidak fair. Makanya sekalian saja saya tidak ambil uang penggantian tiket yang mereka tawarkan. Mending kalau nomboknya cuma sepuluh hingga dua puluh ribu, ini 1,3 juta! Tadinya, saya pikir saya akan mendapatkan honor tinggi. Secara kegiatannya di Solo non jauh di mato dari Jakarta. Eh, malah buntung. Well, pura-pura ikhlas saja. Haha. Perlu waktu tentu saja untuk bisa menerima penghinaan ini. Berikutnya, saya tidak membaca seksama tiket pulang ke Jakarta. Saya pikir, pesawat saya berangkat jam 5.15pm. Ternyata jam 4pm. Padahal, jam 4pm tadi saya masih di hotel mengerjakan berbagai kerjaan. Rugi dua kali. Tiba di bandara, saya harus nambahin 700 ribu lagi supaya bisa pulang m

Mendadak ke Solo

Tiba-tiba harus ke Solo memenuhi undangan dari Departemen Pendidikan Dasar dan Menengah untuk membuat kisi-kisi soal bagi guru SD hingga SLTA yang hendak mengikuti ujian kompetensi. Hah, Padahal conference yang saya ketuai sudah di depan mata, sedang sangat sibuk untuk menyiapkan macam-macam. Acara dimulai sejak Rabu jam 2pm, padahal saya masih harus mimpin rapat jam 3pm, yang kemungkin akan selesai jam 5pm. Mana cari tiket pesawat yang bisa menerbangkan saya malam kemarin juga sudah tidak ada. Semaput, deh. Sempat terpikir untuk tidak pergi saja, tapi saya diingatkan untuk terus jalan karena dampaknya bisa saja ke institusi. Dengan banyak pertimbangan itu, akhirnya saya pergi. Dapat tiket Garuda, sangat pagi. Saya tidak tahu kalo tiket yang saya beli, yang seingat saya kelas ekonomi, ternyata munculnya kelas bisnis. Oalah, bisa bermasalah sama panitia, nih. Dan benar saja. Tiket saya tidak dibayar penuh. Panitia bilang, mereka sudah tahu biaya resmi yang dikeluarkan oleh Garuda.