Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2017

Mengejar Scopus

Ada enam buah paper yang ingin saya kirimkan ke sebuah conference. Prosiding dari conference ini akan diindeks oleh Scopus. Lumayan jika semuanya lolos. Dua buah paper sudah saya kirim, sisanya dalam tahap penyelesaian. Deadline semua paper akhir bulan ini. Semoga saya tak menghadapi halangan yang berarti.  Setelah semua ini, saya akan lebih meningkatkan kualitas paper dan akan fokus untuk mengirimkan ke jurnal-jurnal terindeks Scopus. Hampir gila rasanya mengejar pencapaian ini, demi syarat guru besar. 

Belajar Memanah, Lagi

Mulai dari Mimpi Kecil

Hari ini, saya merasakan sebuah pencapaian. Terkesan sederhana, tapi cukup mengesankan. Beberapa waktu lalu, saya punya obsesi untuk tampil di halaman pertama Google Scholar kampus saya. Jadi, ketika seseorang buka Google Scholar khusus dosen-dosen UNJ, di halaman pertama itu ada nama saya. Hal ini terjadi karena pas hari ini, dua buah paper saya terbit di Google Scholar. Bukan itu alasannya. Dari dua paper yang terbit ini, mensitasi paper-paper saya yang sebelumnya sudah terbit. Dengan demikian, jumlah sitasi saya bertambah, meskipun saya sendiri yang mensitasi.  Obsesi saya yang lain, bisa masuk sepuluh besar peneliti UNJ yang paper-nya terbit pada jurnal atau terbitan lain yang terindeks Scopus. Mulai tahun lalu Dikti mulai tradisi ini. Setahu saya, mereka menghitungnya per Juli setiap tahun. Tahun lalu nama saya belum masuk. Tahun ini, siapa tahu? Ada beberapa paper saya yang saya harapkan segera terdeteksi.  Begitulah. Mimpi-mimpi kecil. Sebelum mimpi-mimpi besar. 

Belajar Panahan

Belajar panahan di Pulomas.

Lomba Berenang @Planet Senen

Basil ikut lomba berenang. Untuk yang kedua kali. Masih belum berhasil jadi juara. Tak apa.

Agus dan Jakarta

Keluar dari TNI lalu bertarung di pilkada DKI, dan kalah. Antara kecewa dan ikhlas. Kecewa, karena perjuangan singkat menuju kursi gubernur anak sulung ini tak membuahkan hasil. Haruslah ikhlaslah daripada sakit jiwa. Tapi seperti prediksi saya, menjadi gubernur bukanlah motif utama Agus keluar dari TNI. Dia dan keluarganya, dan tim di belakangnya, sudah siap kalah. Bukan dalam jangka sependek ini seharusnya untuk masuk ke panggung politik. Lihat Probowo. Dulu hampir setiap hari beriklan di TV atas nama ketua perhimpunan tani agar bisa mendapat awareness dari masyarakat, partainya laku, dan omongannya didengar. Kini, Hari Tanoe hampir setiap menit di stasiun-stasiun TV miliknya, beriklah. Penonton RCTI dan MNC TV pasti sudah kenal dia, dari Aceh sampai Papua, dari anak balita hingga jompo. Kedua orang ini, merasa mampu memimpin bangsa, lalu mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mempopulerkan diri. Sementara Agus, cuma hitungan bulan, tanpa iklan mahal, telah menuai popularita

Siklus

Isteri saya mewanti-wanti untuk tidak memasang status galau di sosmed, segalau apapun hati saya. Sabar, pesannya. Iya, saya sekuat tenaga menahan diri untuk tetap sabar meskipun banyak ketidakadilan saya temui, diskriminasi, fitnah. Saya tak boleh mengumbar kemarahan, kebencian. Harus sabar, ikhlas. Saya harus menunjukkan kelas saya. Bahwa kekejian tak harus dibalas dengan kekejian. Sementara doa sudah saya ucapkan, biar semesta berkonspirasi menunjukkan jalan. Semoga kebaikan untuk orang-orang jahat itu. Sejujurnya, saya merasa sakit. Tapi rasa sakit hanya boleh ditunjukkan oleh orang kalah. Saya harus menang. Lihat saja, waktu akan membuktikan. Sekali lagi, isteri saya mengingatkan. Ada siklus dalam hidup saya yang membuat saya menemui kejadian-kejadian hebat begini. Diam diusik, bergerak dianiaya. Bahkan ketika saya sedang menolong orang-orang itu, saya ditukik, dari depan, belakang, samping, atas, bawah. Tak banyak yang bisa saya lakukan kecuali mundur rapi karena pada dasarnya,

Tanpa Mobil

Mobil masuk bengkel untuk klaim asuransi. Banyak boncel. Rada susah mengatur perjalanan. Mau ke sana sini, harus dihitung matang karena alasan kepraktisan, jarak, urgensi. Terlalu lama hidup dengan kendaraan sendiri, jadi sangat ketergantungan. Tidak nyaman pergi-pergi tanpanya. Saya, harus mulai terbiasa pesan gojek atau uber. Atau, naik metromini sekalian.

Saatnya Memilih

Saatnya menyumbangkan suara untuk Jakarta. Semoga jagoan saya menang. Saya tak akan menyebutkan siapa paslon yang saya pilih, sampai mereka benar-benar juara.

Nyoblos @Pilkada

Mengajak anak-anak ke pencoblosan. Dan, mereka sangat bingung tapi excited ketika ikut menyemplungkan jarinya ke tinta setelah masuk bilik suara.

Sarwahita Kini

Gedung yang berdiri megah ini dulunya bernama Sarwahita. Lalu diruntuhkan dan dibangun gedung baru. Sempat terbengkalai karena orang-orang di belakangnya terjerat hukum bersamaan dengan bergulirnya kasus Nazaruddin orang Demokrat itu.  Pembangunan dilanjutkan. Siap dipakai tahun ini. 

Terapi Urin Lagi

Saya ada serangan gaib yang secara simultan menyerang saya. Lalu saya ingat dengan pesan ibu saya dulu sekali, untuk melakukan terapi urin. Katanya, jika ada seseorang yang berlaku jahat dengan mengirimkan 'sesuatu' yang gaib, akan mental. Saya teringat pengalaman beberapa tahun lalu ketika saya merasakan hal yang sama: Saya sedang sendiri, tapi tidak sendiri. Atas saran Ibu saya, saya mulai terapi urin. Alhamdulillah, pada hari ketiga, seseorang yang tak pernah saya curigai, tahu-tahu telepon meminta maaf. Nah. Bismillah. Pagi ini, hari ketiga saya melakukan terapi urin. Ini hanya syarat. Wallahualam. Entah keajaiban apa yang akan terjadi di hari ini. Jika Allah mengijinkan, semesta akan bekerja sesuai dengan kodratnya.

47

Happy birthday to me. How old am I? What do I have so far? To have a family, a career, a healty life... but not too wealthy. Saya sadari tidak semua hal bisa saya dapatkan. Tapi apa pun yang saya miliki sekarang, saya syukuri.

Tour de Mosques

Happy birthday to me. Ada sebuah keinginan yang lama belum terpenuhi, yaitu mengunjungi tujuh masjid bersejarah di Jakarta, dalam satu hari! Hari ini, didukung oleh isteri dan anak-anak saya, keinginan itu terwujud, meskipun mereka agak kewalahan juga. Maka, dimulai lai masjid di Matraman, lalu ke Sunda Kelapa, Al Azhar hingga terakhir, sebuah masjid di daerah Kemayoran, meskipun tidak masuk dalam daftar masjid bersejarah. Pada setiap masjid yang saya kunjungi, saya melakukan sholat dua rakaat. Alhamdulillah, hari ulang tahun yang sangat berkesan.

Paus dan Tenggiri

Too heavy for swimming. But this rainy day was too interesting.

Jurnal Jumat

Ada janji jam 9.00. Saya batalkan. Rasanya lebih enak di rumah sambil menonton sinetron India. Saya pikir, saya baru mau ke luar rumah siangan, ke Tanah Abang. Eh, malah sulit bergerak pula. Sekalian saja sholat Jumat dekat rumah, bareng anak-anak.  Setelah jumatan, baru jalan. Niatnya mau ke Museum Tekstil di Tanah Abang untuk mencari literatur tentang tekstil nusantara. Tapi karena menyetir tidak fokus, malah banyak salah arah. Ujung-ujungjurJunya saya putuskan ke UI Salemba. Saya ingin mencari tempat yang nyaman untuk menulis. Tiba di Salembam, ternyata cafe yang saya tuju tutup. Agak bingung mau ke mana lagi. Akhirnya saya putuskan untuk ke kampus saja. Padahal sudah sore.  Sempat beli buku di Spectra Salemba. Kado untuk sendiri. 

TIM Kini

Mampir ke TIM untuk berbuka puasa.

Berkunjung ke KPK

Tiba-tiba dapat undangan dari KPK. Ah, ternyata hanya hearing dari perwakilan LSM dan perguruan tinggi. 

Menulis dan Mempublikasi, Tanpa Jeda

Setidaknya, ada lima buah paper sudah pasti terbit tahun ini, baik lewat prosiding conference maupun jurnal. Hasil kerja keras tahun lalu. Meskipun sudah ada kepastian terbit, tapi masih perlu beberapa waktu lagi untuk bisa online terindeks. Sabar. Padahal tahun lalu saya menulis total 12 buah paper. Artinya, tahun ini, mudah-mudahan saya bisa penen publikasi sebanyak itu. Nah, kerja keras tahun ini, mudah-mudahan bisa dipanen tahun depan.  Baru selesai empat paper tahun 2017 ini dan terus menulis untuk mencapai target menulis 10 paper. Mudah-mudahan sehat terus dan terus terinspirasi, agar bisa menginspirasi. Untuk itu, saya selalu menyempatkan diri browsing google scholar untuk melihat orang-orang hebat berproses, melihat karya-karyanya, agar saya termotivasi. Saya selalu cemburu dengan mereka yang produktif menulis dan mempublikasi hingga belasan bahkan puluhan paper per tahun.  Ingin seperti itu. Berkarya, tanpa jeda. 

Ulama dan Wanita

AA Gym sempat semaput ketika kasus poligaminya menjadi berita besar di tanah air. Bisnisnya hancur. Pengikutnya bubar jalan. Namun seperti yang kita lihat bersama, pelan-pelan beliau melakukan recovery. Roda bisnisnya kembali berputar. Pengikutnya kembali banyak.  Saat ini, ulama (atau orang yang mengaku ulama) yang sedang menghadapi kasus berkaitan dengan peran wanita adalah Habib Riziek. Percakapan mesum-nya dengan seorang wanita menjadi viral. Banyak yang percaya itu benar. Jika pengikutnya, yang kebanyakan pria, tentu saja akan berusaha tidak percaya. Dengan segala bukti yang ditemukan di rumah si wanita, rasanya sulit tidak mempercayai bahwa percakapan dan foto-foto itu tidak benar. Jika kedua belah pihak membantah, polisi atau pengadilan tinggal minta perusahaan provider untuk meminta transcript tersebut, dengan mudah.  Jikapun transkrip itu dinyatakan benar, apakah pengikutnya akan percaya? Akankah masyarakat akan percaya? Mari kita pilah masyarakat ke dalam tiga kelomp

20/17 yang Kontroversial

Permenristekdikti nomir 20 tahun 2017 yang baru diterbitkan, menimbulkan reaksi beragam. Begini. Ada pasal yang menyebutkan bahwa seorang dosen berpangkat fungsional lektor kepala, wajib menerbitkan tiga buah artikel ilmiah pada jurnal nasional terakreditasi atau satu artikel pada jurnal internasional, ditamvah satu buah buku, dalam tiga tahun. Ada pasal lain menyebutkan bahwa seorang dosen yang berpangkat fungsional guru besar, wajib menerbitkan tiga buah artikel pada tiga buah jurnal internasional atau satu buah jurnal internasional bereputasi. Bagi mereka yang tidak terbiasa menerbitkan artikel, memang akan berat. Sebaliknta bagi mereka yang terbiasa nenerbitkan, akan santai aja. Justeru ini jadi semacam pengakuan. Meneliti itu pasion. Ada yang suka, ada yang tidak suka. Sedangkan menerbitkan hasil penelitian adalah bentuk dari aktualisasi diri.

Researh Area: Rest Area?

Banyak peneliti yang fokus hanya pada satu topik tertentu, misalnya volunteer tourism. Jika pun mereka memperluas area, akan memilih masih pada area yang sama, misalnya eco-tourism, masih di bawah payung tourism. Sementara saya, wah, lebar banget. Kadang nulis tourism, kadang financial literacy, kadang kewirausahaan. Payah. Mungkin belum terlambat jika saya memfokuskan diri di salah satu topik atau area. Tapi saya akan sakit. Sulit menahan diri. Impulsif. Liar. Jalang. Ah, pusing. Pada setiap saat saya tak dapat mengendalikan diri, saya selalu bilang, sebodo amat. Dapat dikatakan ini sebagai bentuk masa bodoh. Padahal, sekali lagi, ini sangat penting untuk dapat menjadi ahli di satu bidang. Selain itu, area riset seharusnya menjadi tempat penuh kenyamanan bagi seorang peneliti di mana dia bisa fasih dan bebas memoerdalam keilmuannya di satu budang tertentu. Saya? Ah, pusing. Dilema. Ide-ide baru mengalir deras. Jika dibendung, kepala senyut-senyut. Hati gelisah. Ah, pusing.