Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2017

Hari Pertama - STUST

Sesaat sebelum conference dimulai. Bertemu dengan sahabat saya Andi, dosen fakultas yang sedang melanjutkan studi S-3 di Southern Taiwan Univeristy of Science Technology. (STUST).

Tentang Kopi Liong Bulan

Tulisan seseorang yang viral. THE END OF THE LEGEND Sebuah berita duka bagi saya dan bagi banyak orang Bogor, penggemar kopi Liong Bulan. Kopi legendaris ini tutup selamanya -tutup umur, setelah bertahan 72 tahun di kota Bogor. Lahir pada tahun 1945, sekitar kemerdekaan Indonesia di dekat Pasar Anyar Bogor, di belakang bioskop President yang telah mati lebih dari 20 tahun yang lalu. Membuka toko di Jl. Pabaton di sebelah Pasar Anyar, ia di sana sampai tutup umur sepuluh hari lalu. Sang empunya, usianya pun sudah lanjut, 60-an tahun nampak sering duduk saja merangkap sebagai kasir. Kadang-kadang saya ajak ngobrol soal kopi ini, tetapi tak responsif, wawancara pun tak terjadi. Dua perempuan muda bertugas menggiling biji kopi, menimbang kopi, melayani permintaan para pembeli yang banyak berdatangan. Kopinya murah, Rp 12.500 per 1/4 kg. Maka masyarakat kelas bawah selalu ramai berdatangan dari pukul 09 sampai pukul 15 saat toko buka. Belakangan saya sering menemukan toko ini tutup dan

Apakah Saya Pembunuh?

Mimpi. Saya berada di sebuah ketinggian bersama beberapa orang, melihat ke bawah. Sepertinya berada di sebuah pesawat terbang. Lalu sebuah benda yg saya kira bom diluncurkan mengarah ke sebuah bangunan bertingkat. Duar! Saya mendekati bangunan bertingkat yang sudah runtuh. Di tempat lain, sejumlah orang mengerumuni sesosok mayat. Pria, seseorang yang saya kenal. Mantan pemimpin yang dzolim. Satu per satu anaknya datang. Saya tiba-tiba gelisah. Polisi akan dengan mudah menemukan siapa pelaku pengeboman. Saya bercermin. Bagaimana dengan saya? Apakah saya terlibat dengan hadirnya saya bersama para pengebom padahal saya tak tahu apa-apa? Apakah saya pembunuh? Terbangun.

Ketika Ramah Tamah Menyapa Seseorang Dianggap Pelecehan Seksual

Akhirnya, setelah sholat Jumat, pertemuan saya dengan Dekan dan wakil-wakil dekan, saksi, dan teman yang menuduh saya melakukan pelecehan seksual terhadapnya, digelar. Awalnya, karena marah dan merasa terganggu, saya tak mau datang. Namun, akhirnya saya berubah pikiran ketika sejumlah sahabat mengingatkan saya agar datang, agar kasus segera berakhir, dan urusan menjadi jernih.  Seperti telah diduga, pertemuan itu menjadi sangat lucu karena rekan saya yang menuduh saya itu, memiliki standar entah dari planet mana. Dia keukeuh kalau menyapa dia di tengah kerumunan orang dan menawari dia kursi untuk duduk itu dianggap pelecehan seksual. Dia juga keukeuh kalau pria, keluar dari kamar mandi sambil merapikan celana itu dianggap pelecehan seksual. Untung saja orang-orang lain yang mengundang dan diundang pertemuan tersebut masih waras. Kasus dianggap selesai. Dagelan pun usai. Semoga. Selain berkasus dengan saya, si rekan saya ini pun membuat surat lainnya yang ditujukan ke Rek

Trotoal untuk Siapa?

Pembangunan infrastruktur di Jakarta memang terlihat sedang digenjot, khususnya di Jakarta, termasuk trotoal. Untuk pejalan kaki, seharusnya trotoar menjadi sangat nyaman karena menjadi lebih lebar dan baik. Sayangnya, setelah jadi, trotoar malah dimiliki oleh sebagian orang. Pejalan kaki, tetap saja di badan dan bahu jalan.

Ban Gembos

Saat berangkat ke kampus, melewati jalan sempit, saya berpapasan dengan sebuah mobil. Harus hati-hati biar tak saling menyerempet. Tapi di sisi kiri saya ada gerobak tukang air yang pemiliknya entah ada di mana. Tak sengaja saya menyenggolnya. Beberapa menit kemudian, saya baru menyadari ada sesuatu yang salah dengan jalannya mobil saya: agak miring, dan kemudi tidak lurus. Seorang sopir ojek memberi tahu saya tentang ban mobil yang gembos. Untnungnya, tak jauh dari situ ada bengkel. Selamatlah. Agak sedih juga karena ban robek dari samping, tak bisa ditambal. Padahal masih baru. 

The Secretary Parking Bay

Kalau datang ke kampus siang, akan sangat sulit mencari tempat parkir. Namun, ada spot favorit yang biasanya kosong karena tak ada lagi jabatan Sekretaris Rektor sementara tempat parkirnya masih. Dia sudah dipecat oleh Rektor. Nah, tak banyak orang berani mengambil tempat parkir ini. Hihihi.

Ban Robek

Jalanan sempit di dekat rumah. Orang-orang menaruh apa pun di atas jalan. Parkir lah, barang daganganlah, jemuran lah, termasuk gerobak-gerobak. Ngok, mobil saya membentur gerobk tukar air. Bukan bodi mobil yang kena, tapi ban depan sebelah kiri. Robek besar yang tak bisa ditambal. Ganti ban, beli ban baru. Ngelus dada.

Dituduh Melakukan Pelecehan

Saya sedang terkena musibah. Seorang dosen mengadukan saya, dan beberapa rekan dosen lain ke Rektor. Khususnya kasus saya, terkait pelecehan seksual. Waktu pertama kali saya mendengar, saya sempat bingung. Apa yang sudah saya lakukan terhadap orang ini? Sejujurnya, saya sangat jarang berinteraksi dengannya. Jika pun pernah, hanya sekelebat-sekelebat saya pertemuannya. Itu pun karena dia sedang berkasus di fakultas sehingga dengan siapa pun dia merasa tak nyaman.  Ada tiga tuduhan pelecehan itu. Kejadian pertama, ketika saya dan banyak dosen dari fakultas memenuhi undangan dari unit kerja lain untuk sebuah pekerjaan. Banyak dosen yang datang tapi kursi terbatas. Saya dapat tempat duduk karena datang lebih awal. Tetiba dia datang dan celingukan. Tak ada satu pun dosen yang menyapa dia. Saya spontan memanggil dan menawarkan tempat duduk. Ada yang salah? Kalau pun ada kesalahan, dia tak merespon apa-apa. Boro-boro bilang terima kasih, dia malah balik badan tanpa bersuara apa-apa. 

Bye Bye Endeavour

Saya bangun tengah malam, tak bisa langsung tidur lagi. Teringat banyak pekerjaan yang berderet minta diselesaikan. Jreng, hingga menjelang subuh setelah antrian pekerjaan sebagian saya selesaikan, mata sudah mulai berat. Meskipun belum tuntas, tapi saya harus kompromi. Tidur. Dan pagi ini menjadi tak terlalu bersemangat ketika membuka inbox. Ada pengumuman dari Endeavour! Hasil seleksi post-doc sudah keluar. Ngok. Gagal lagi. Hampa rasanya. Kecewa sangat. Tapi tentu saja tak perlu berlarut-larut, dua menit kemudian saya berusaha keras untuk menata hati. Hari ini pekerjaan-pekerjaan sudah menanti. Move on. Cari peluang lain. Saya menghibur hati. Sewaktu saya gagal seleksi program post-doc SAME yang diselenggarakan Dikti, tak lama dari pengumuman itu, saya berangkat ke Swiss dan hampir sebulan saya tinggal di sana. Saya juga punya kesempatan membantu pergerakan teman-teman di UNJ untuk bertarung menggulingkan rektor lama yang jumawa. Kegagalan kali ini, saya percaya bukan karen

DP apartemen cuma 1%?

DP apartemen cuma 1%?

Serangan Balik (2)

*Kepada Yth.* *- Bapak Presiden Republik Indonesia* *- Sivitas Akademika UNJ* *- Seluruh Rakyat Indonesia* *Dengan hormat,* Sebelumnya, kami penulis mendoakan agar Bapak Presiden RI, Joko Widodo, agar senantiasa sehat dan berada dalam lindunga n Allah SWT. Doa yang sama penulis panjatkan kepada seluruh rakyat Indonesia. Kami penulis menyampaikan permintaan maaf karena surat ini penulis tujukan tanpa menunjukkan identitas sebenarnya. Niat penulis hanya ingin menyampaikan fakta dan argumentasi berkaitan dengan kasus yang terjadi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), yang dahulu kita kenal sebagai IKIP Jakarta. Penulis bermukim di Jogjakarta dan merupakan alumni IKIP.  Baru saja beberapa hari yang lalu, tepatnya 27 Okt 2017, beredar sebuah berita di situs berita online yang mengangkat isu kelanjutan kasus yang terjadi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). "Berita mendalam yang disajikan dalam rangkaian tulisan dengan mengulas satu topik secara menyeluruh

Surveilence BAN-PT

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tak akan datang ke sebuah kampus jika di kampus itu baik-baik saja. Nah, hari ini mereka datang ke UNJ. Mengevaluasi banyak hal. Mau tak mau harus dihadapi. Menerima masukan. Mendengarkan kritikan. Semoga tidak menyebabkan akreditasi UNJ anjlok gara-gara ulah Rektor lama itu.