Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2006

Bujang Gendut!

Belum kawin juga? Inget umur! Gendut. Olah raga, dong! Masih indekos? Kapan punya rumah? Kayaknya loe bau, deh. Jorok! Heran. Kok bisa, sih, loe ngga suka jazz? Bagaimana bisa berwibawa kalo makanan pedas aja nggak suka? Dear, oh, dear. Bersyukurlah dengan apa yang kalian miliki sekarang. Pegang erat-erat supaya bisa kalian miliki selama kalian kehendaki: pasangan hidup, kekayaan, kesohoran, pangkat, selera tentang musik, makanan, ... Seakan mereka akan abadi menjadi milik kalian. Seakan semua itulah yang membahagian kalian. Namun apakah yang menjadi patokan tentang status sosial dan standar moral yang kalian miliki bisa juga menjadi patokan bagi saya? Dengan itukah kemudian kalian merasa punya hak untuk menghakimi dan menjalimi saya yang tidak seberuntung kalian? Karena saya masih bujang? Karena saya berperut gendut? Karena saya belum punya rumah? Karena badan saya tidak wangi? Karena saya lebih suka new age ? Karena saya tak memilih camu-camu? Ah, saya marah, ya?

Dilayani Ibu

Saya mengunjungi ibu. Kabarnya baik. Rambut putihnya bertambah lima helai dari terakhir saya bertemu. Kerut di wajahnya juga bertambah lima garis. Namun cahaya yang terpancang makin bersinar lima ribu kali lebih terang dari biasanya. Ibu bertanya tentang kabar saya. Saya bercerita tentang pekerjaan, atasan saya, klien-klien saya, mantan-mantan atasan saya, tentang sahabat-sahabat saya, tentang prinsip 'mengalir' yang sedang saya pelajari. Ibu bertanya tentang perjalanan saya ke luar kota pekan lalu. Saya bercerita tentang Sukabumi, tentang Bandung. Lalu ibu bercerita tentang dua sepupu yang dalam waktu dekat akan menikah. Ibu bercerita tentang jalan tol Cipularang yang amblas. Ibu bercerita tentang Betti La Fea, Armando, dan Marcella. Ibu bercerita tentang Cut Memey dan kawin siri. Ibu menyiapkan saya makan siang. Saya melahap buku. Ibu menyiapkan saya kamar untuk tidur siang. Saya meniduri buku. Saya membiarkan Ibu melayani. Kata Ibu suatu ketika, "Melayani anak juga ibad

Senandung Bandung

Saya tak pernah bilang, 'ya, saya pasti ikut' untuk setiap ajakan yang terima. biasanya saya akan bilang, 'saya tertarik, saya akan usahakan ikut.' mendekati waktunya, ketika dipastikan saya betul-betul bisa, baru saya akan katakan bisa.' saya tak ingin banyak berjanji. For some people, the way i respond can be annoying karena terkesan menggantung. mungkin saja begitu. tapi tentu saja bukan maksud saya seperti itu. Saya hanya ingin menjalankan prinsip hidup mengalir. jika kemudian, misalnya, atas berbagai alasan saya harus tidak disertakan dalam ajakan tersebut, saya ambil resiko. Saya tak perlu kecewa. Saya mencoba merasa tak terlalu dibutuhkan atau terlalu tak dihiraukan. silakan. Sombong? N ot at all. i just, here i am. You'll see i am in my presence, only. So, ketika mendapat ajakan beberapa minggu sebelumnya untuk join pada trip [seorang teman menikah] ke bandung hari minggu lalu, saya katakan hal yang sama di atas. Saya percaya

Saturdary Solidarity

ketika saya selalu berharap: please god just find me good environments and people, salah satu jawabannya adalah saya dipertemukan dengan yudhistira juwono, lelaki saleh yang bertanggung jawab atas penggalangan dana dari penjualan gelang merah ' solidaritas kebersamaan '. last saturday was my first time i met him. walaupun hanya dalam hitungan menit saya bergaul, saya merasa begitu yakin bahwa orang yang saya temui adalah manusia pilihan berhati malaikat. dia curahkan jiwa, raga, ide, waktu, tenaga, untuk melayani banyak orang. orang-orang asing yang tak ia kenal bahkan. kami bersama dalam rangka peresmian sekolah dasar yang berhasil direnovasi, sd cirampo, jampang tengah, jawa barat. jika tiga bulan sebelumnya pihak sekolah tidak dipertemukan dengan pemilik yayasan tunas cendekia ini, mungkin bangunan sekolah itu masih akan menjadi onggokan bangunan rubuh. dana yang digelontorkan, tentu saja hasil dari penjualan gelang merah yang hingga awal tahun ini telah

Prasangka

yes. kadang kita berprasangka untuk sesuatu yang kita tidak tahu pasti. prasangka membuat hati dan pikiran kita tertutup dari kebenaran. melihat ke belakang, tak ada suatu kejadian apapun y ang bisa dijadikan sebuah tonggak. tak ada perselisihan, tak ada percekcokan. tentu saja membingungkan. hingga beberapa hari lalu saya beranikan mengiriminya sebuah email. saya mulai bertanya. apa yang terjadi? sebuah email jawaban datang keesokan harinya. panjang sekali. sebuah kumulatif perasaan yang dia ditimbun rupanya. saya kaget, sedih, terharu. ketaksukaan dari sebuah prasangka yang sesungguhnya tak berhubungan dengan saya sama sekali. ada seorang teman saya yang lain, saya sebut joe, melakukan sebuah perbuatan yang merugikan eddi. karena eddi menilai kalau saya sangat dekat joe, eddi berasumsi saya tahu perbuatan joe, mungkin turut mendukung atau bahkan berkonspirasi. ah, terjawab sudah kebingungan saya itu. mudah-mudahan saya selalu berprasangka baik terhadap apa pun dan siapa pun.

memanggil jiwa

kesal. ketika mengharap orang-orang di sekitar saya melakukan seperti yang saya inginkan namun kenyataannya mereka mengabaikan. padahal tentu saja hal ini bukan untuk kepentingan saya pribadi. namun ketika ketika saya dan orang-orang itu berada pada tingkat kesadaran berbeda, tidak perlu kaget jika hasilnya tak akan maksimal. lalu, ketika kemarahan tak bisa tersalurkan, saya memanggil mereka. bukan, bukan fisik mereka. saya memanggil jiwa mereka. saya ajak mereka bicara. saya omeli mereka. hingga unek-unek saya keluar semua. plong.

berseteru dengan ibu

seorang sahabat mengeluh berkali-kali tentang hubungan dengan ibunya yang tak harmonis. menurutnya, ada saja hal yang selalu diangkat ibunya untuk dijadikan masalah. selain itu, dia merasa ibunya lebih perhatian dan sayang sama saudara-saudaranya yang lain. well, perasaan dia sajakah? saya menemukan ini bukan cerita pertama yang saya dengar. beberapa teman lain pun ada yang punya kasus serupa. ketika sahabat saya itu meminta saran saya, tentu saja saya bingung. saya tidak tahu pasti persoalannya. apakah benar ibunya yang menjengkelkan atau sahabat saya itu yang memang trouble maker. yang jelas, saya tak punya pengalaman seburuk itu. ibu saya baik-baik saja kepada semua anaknya. tak pernah beliau memberikan kasih sayangnya berbeda dari satu anak ke anak lainnya. namun akhirnya saya memberinya perumpamaan. anggap saja ibu adalah yang paling benar. anggap saja ibu yang paling sempurna. anggap saja ibu sedang mendidik kita. anggap kita anak kecilnya (terus). anggap kita memang selalu sal

Positif Positif

Saya pernah berpikir, mengapa pada suatu ketika saya dikelilingi oleh orang-orang yang menurut saya sangat menjengkelkan? Namun di saat lain saya dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyenangkan? Kini saya sadari, tabiat dari orang-orang yang mengelilingi saya adalah cermin dari tabiat saya sendiri. Maka, saya ingin terus memperbaiki diri supaya keberadaan saya bisa menyenangkan semua orang. Saya hanya akan berpikiran positif. Saya hanya akan berbuat hal-hal yang positif. Saya hanya akan berprasangka positif. Biar hanya energi positif saja yang bisa saya produksi. Karena saya ingin dikelilingi oleh orang-orang bertabiat positif juga.

M.E.L.A.Y.A.N.I

Pada suatu pertemuan terakhir, saya sempat pidato kecil di depan kelas yang saya ajar. Di hadapan para mahasiswa, saya berujar: "Silakan, jika ada yang ingin menyampaikan kritik dan saran, supaya saya bisa melayani Anda lebih baik lagi di masa yang akan datang..." Sejenak saya tertegun. Mengapa tiba-tiba saya menggunakan kata 'melayani'? Apakah Itu kata spontan saja atau memang muncul dari lubuk hati terdalam? Apa maksudnya pula? Berhari-hari setelah kejadian itu, saya mencoba menyelami arti kata melayani itu. Apakah dalam peristiwa sehari-hari yang saja jalani sudah melakukan pelayanan? Kepada siapa? Untuk apa? Pertanyaan-pertanyaan yang kemudian menuntun saya untuk terus sadar dan menyadari. Lalu satu per satu kejadian muncul ke permukaan: Seorang mahasiswi saya mengirimkan SMS. "Pak, tolong telpon saya. Pulsa saya habis. Ada yang mau saya tanyakan. Penting." Sungguh geli. Namun saya tak perlu banyak mempertimbangkan, saya telpon dia. Ter

apatah

matahari ditimbun mendung angin tiris di ranting belimbing rindu ini milik siapa jikalau matiku tak berkekasih biarlah khilaf menjadi pusaraku

it's a hard time!

next week will be deadline for so many things. i'll play a god for some people. or i'll die caused by some people. it is what i concern about. facing all. bad and good. hard and light. i put my responsibility on them. i do. i feel it's a hard time. but i believe, everything has own destination. i have one either. very obvious. yet i can not do by myself. along with me, the universe is leading the way to reach all the goal. wish me luck!

Mengalirlah Sungai

Berdiri pada tepian sehelai sungai Bau semak tempias dari kulit bambu yang memagari Kau berbasuh membiarkan tubuhmu dijilati riaknya Berbilang tahun lalu kita pernah ditelannya Mengenang sebatang sungai yang gemuruhnya terdengar hingga ke lubuk Di helanya hawa hulu hingga sejuknya membawa kelahiran dan kenangan Entah pada delapan atau sembilan umurmu Mengalirlah sungai sungai ke utara Mengalirlah dengan suka cita hingga tak ada duka kau bawa Sungai-sungai yang rendah mengalirkan Yang senantiasa lembut menyejukkan Sungai adalah wajah dan kau akan bercermin di sana Sungai adalah ibu hingga kau terlena dalam senyap seperti selubungnya Sungai yang membentang pada usiamu entah delapan atau sembilan Mengalir rendah redup rendam ke utara Hingga tak ada duka kau bawa

rindu pulang

rindu akan genangan air bening di sepanjang pematang dengan ikan-ikan kecil hitam hijau kuning belang bunga-bunga perdu berkaca sesuka-sukanya pada utas akar rambutan aku membayangkan lautan pada salur dedaunnya aku menuliskan impian pada kampung halaman sebelum kutinggalkan ketika sore tiba dan semua pe-er selesai kubuat mak akan mengupas jagung menghaluskan bumbu adik mengerek layangan kakak menyapu teras hingga bapa pulang mak akan merapikan gelung memoleskan bedak adik di halaman kakak bermain bakiak hingga bapa pulang

mengalir, sebenar-benarnya mengalir

berdiri pada suatu titik, kecuali gravitasi apa saja yang mengendalikanmu bergerak ikuti arahnya niat. dorongan. hasrat. keinginan. ajakan karena ke sanalah kamu dikehendaki tanya nuranimu: inikah pelayanan yang ingin kamu buat? inikah prioritas dari hidupmu sekarang? itulah mengalir yang sebenar-benarnya mengalir siapa diri ini hingga selancang-lancangnya membuat beribu janji padahal semesta raya bisa berkehendak lain

TIARA: Playboy Tak Punya Tempat Di Indonesia

Dengar dari sejumlah teman jurnalis, sehubungan dengan bakal diluncurkannya majalah Playboy versi Indonesia, Tiara Lestari sedang gencar dicari dan ditunggu komentarnya. Tentu saja perempuan Solo itu bukan seorang pejabat dari kementerian Perempuan ataupun petinggi dari penerbit majalah itu. Tiara Lestari dicari karena pernah tampil di Playboy. I hardly hold my curiousity. Then i sent a short email to her, to the most wanted person related to next launching of Playboy Indonesia Magz, TIARA LESTARI. So far, not even a media from anywhere could grab her. Not for interviews nor pictures. She's ghost! I am not a journalist, just a friend. I had such as a good feeling that she would answer my questions. She even didn't answer my email, she called me! - Heh, kamu lagi rame dicari wartawan kayaknya. + Why? - Why not? + Yeah, actually some of my friends from Jakarta said so. - Don't you want to talk to them giving some statements?

My Best Friend's Wedding

They met each other in Singapore. Then for years they separated by distance because the girl lives in Indonesia and the boy lived in Korea. For years they had no dates. Only phone with millions billing, only voices, only longing, only trust, only virtual kisses. Months ago, the boy's home, left his job contract because he's chosen the girl for his future. And today, they gonna go to marry. What a love story. Selamat menempuh hidup baru untuk Dina dan Yana!

Lelaki Ibu

Sekitar tahun 2003, klub fotografi yang saya ikuti mengadakan pameran foto puisi. Saya menciptakan sebuah karya kolase yang terdiri dari sejumlah foto yang saya 'rusak', diimbuhi puisi. Karya tersebut saya beri judul 'Memasung Ibu'. Pameran tersebut diliput oleh Arbain Rambey (saat itu menjabat redaktur foto) dan dimuat pada harian Kompas. Bahkan karya saya itupun dikoleksi beliau. Puisi saya yang berjudul Memasung Ibu itupun disertakan. Lalu seorang asing bernama Damhuri Muhammad terinspirasi oleh puisi tersebut untuk dijadikan cerpen. Beberapa hari lalu, kami saling 'bertemu' dalam sebuah milis. Cerpen : DAMHURI MUHAMMAD Kupasung Ibu pada gurat angin, 1 ) Angin malam yang mengeringkan peluh di kuduk saat kepalaku menyuruk di bawah selangkangan perempuan seusia ibu. Perempuan yang tak menyadari kalau ia juga punya anak laki-laki seusiaku. Tak kuhiraukan aring bau kencing di liang selangkangan itu, sebab setiap lenguhku mengusung aroma kh

Why Some People Naked to Entertaint Some People

Menjelang terbitnya majalah Playboy edisi Indonesia, orang sudah mulai ribut memperbincangkan. Minimal tiga buah milis yang saya ikuti, ribut membahas topik ini. Ada yang pro dan ada juga setengah-setengah. Nyaris tak ada yang setuju. Mereka membahas mulai dari adat ketimuran, moral bangsa, hingga hubungannya dengar nude art. Is a nude art equal pornography? No one could answer smartly. For so many excuses, some of us did nude for entertaining people. In a play, on the stage, photograph, film, etc. Some people need money. Some people need popularity. Some people need a big name. Some people need an existency. Some people lost. Why don't we just respect for any option they chose? Benar, tentu saja tak semua orang bisa setuju. Bahkan di negara bebas sekalipun, pro kontra tetap saja ada. Jika kemudian kita tak bisa membendung industri media karena berbagai alasan, kenapa kita tak benahi saja distribusinya? Misalnya tak boleh dijual di asongan atau kaki lima, namun hanya boleh

Flowing Like Wind

because i'm living in now, not in the past not even later. so i dedicate my time and energy only for now time. all the chances are what i have and what i face right now! Masih Januari, namun ajakan outing dari beberapa komunitas di mana saya sering bermain, begitu menggoda. Bahkan sampai bulan April nanti jadual mingguan seperti tak ada hentinya. Ketika hal ini terjadi pada beberapa waktu lalu, saya seperti orang kalap yang mencoba semua jenis kegiatan. Tidak ikut dalam kegiatan mereka sepertinya hidup saya ada yang kurang. Maka saya pergi melintas lautan, mendaki pegunungan, menyelami belantara hutan, menjelajah daerah terpencil, membaui mall, mencumbui segala kehidupan malam, larut dalam berbagai agenda budaya dan seni.Saya sangat sibuk, beredar dimana-mana. Itu dulu. Seiring waktu, saya ingin melakukan perubahan. Saya tak mau kehilangan esensi dari 'mengalir' yang sesungguhnya. i'm trying to flow, like wind. Mengendap ketika semua tampak rendah, membumbu

Fall Rain Fall

seorang teman menulis email di milis, mengomel karena hujan mengganggu acaranya dan dengan lantang ia menghujat tuhan. selusin balasan dari miliser lain menyayangkan tindakan gegabah teman saya itu. mungkin saja hujan memang sedemikian menjengkelkan, ketika sebuah rencana telah sedemikian sempurna direncanakan ternyata gagal. tak ada yang kebetulan. saya percaya apapun yang terjadi, apapun yang terbentuk, memiliki tujuan baik untuk satu dan lainnya. saya punya rencana datang ke kantor pagi sekali pada hari yang sama, tapi hujan di luar deras sekali. tak punya kendaraan lagi. saya sangat tergantung sama kendaraan umum. untuk menutupi pakaian saya, jaket saja tidak cukup. lalu saya berinisiatif menggunakan payung. payung ini baru, sama sekali belum digunakan. padahal sudah dibeli setahun lalu, kado dari seorang sahabat yang dibelinya di singapore. jika tidak hujan, saya tak akan pernah sebersyukur seperti pagi itu. tyty, terima kasih untuk payung yang sangat indah ini. di depan

hujan ini

membiarkan jasadku hanyut dalam gurindam siang aku terjatuh dalam gulung gelung tanpa akar hujan ini baunya mengisi ruang hingga menyesaki pori-pori dari antara sela jendela, aku melihat daun-daun limo memanggil hujan ini membabi buta mencumbu bahuku diseretnya aku dalam nafsu yang tak bisa kueja mengoyak kesempurnaanku sebagai lelaki pada birahi kedelapan aku nyatakan hujan ini sudahi ada luka yang segera ingin aku sembuhkan menunggu hujan reda hingga kusaksikan segenap aroma menguap menghabiskan hujan ini sudahi

She Said, 'Yes'!

We set a hidden camera, candles and white roses cover the floor, romantic songs on the tape, and bersembunyi seperti  anak-anak kecil sedang bermain petak umpat. Tiba-tiba pasangan yang memang kami harapkan masuk ruangan. Sebuah jeritan kecil membuat kami menahan nafas. Tak berapa lama, suara berat pria berteriak gembira: "She said, yes!!!" Segera kami keluar dengan gegap gempita dan norak-norak bergembira. Last night was a surprise party. My friend invited some people to join and arranged everything in silence. He planned to propose his girl friend. Tak terlalu banyak orang, mungkin sekitar selusin saja. Menjelang detik-detik mereka masuk ruangan,  tidak saja saya yang deg-degan, tapi saya rasa semua tamu yang berada di sana juga. Kami sempat bergurau jika ternyata lamaran ditolak, apa yang akan terjadi? Perlukah kami melompat dari ketinggian lantai 9 apartemen tempat dia tinggal itu? Atau, si perempuan menerima cincinnya tapi menolak lamarannya? Haha. Fortunately

It's Friday 13th!

After midnight, i just signed out from my friend's house. I stopped a cab and came in. Once the cab turned to other line accorded to my direction, in sudden a motorcycle with no lamps crashed the cab! The motorcycman rolled down on the road. Fortunately he wasn't really bad hurted. But both of the vehicles were broken. Nothing I could do. I was so bloody shock. I said it was lesson number 1: This morning, i passed a house next to my office. I forgot that on the fence a monkey chainned. That monkey clawed my forehead with two scratches as traces! I said it was lesson number 2:

Oh Lord

Eksperimen melakukan montage dua negatif digabung, lalu dicetak di dark room.

Wheel of Emotion

Last night, some of my friends came to the gym. They had a plan to see lingery show at Centro but me. Teman-teman lama, teman-teman baru. Kelihatannya meriah. Biasanya saya tak ingin ketinggalan acara-acara kumpul seperti itu. Acara kumpul dengan teman bisa menjadi sebuah candu. Kita mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, kenyamanan-kenyaman yang membuat kita santai, aman, dibutuhkan, disayangi. Namun sangat jelas buat saya, malam tadi saya tak tertarik dan ingin pulang saja. Padahal, sekalian ada perayaan ulang tahun seorang teman. Well, Charlie. Happy birthday! Ada teman yang baru putus. Ada teman yang punya pacar baru. Ada teman yang dapat promosi. Ada teman yang merasa ibunya lebih sayang pada saudaranya yang lain. Ada teman yang melamar pasangannya. Ada teman yang sibuk mempersiapkan hari pernikahannya. Ada teman yang anthusias membayangkan rencana-rencana perjalanannya mengunjungi sejumlah negara. Ada teman yang bersedih karena suaminya sakit. Ada teman yang bahagia karena t

From Canggu to Tulamben

After all hectic days in Bali caused by working, Bharata, Henny, and I went to Tulamben for diving and snorkeling. Saya dan Henny hanya snorkeling saja. Also, some new friends joinned, such as Anthony, Kay Ling, and Allan. Allan menjadi guide untuk penyelaman. Saya belum pernah ke Tulamben. Daerah Bali paling timur yang pernah saya kunjungi ialah Candi Dasa. Tulamben masih sekitar 22 km lagi setelah Candi Dasa. Dengan Kijang tua sewaan, saya membuntuti Allan yang menjadi penunjuk jalan dan memang sudah menetap lama di Bali. Along the way to Tulamben from Canggu, where we stayed for couple nights [thank to Endie who lent us her villa], we found great scheneries like beaches, stoned hill, mountain, and woods. Pemandangannya sangat unik. andai punya banyak waktu, mau saja saya sebentar-sebentar berhenti untuk sekedar memotret landscape-nya yang memang indah. Tulamben sangat jauh dari pusat kota ternyata, but it didn't disturb at all cause we got so much fun. Pantai tulamben be

With Tiara Lestari in Bali

Meditation class was just finished. The moment to come back to a normal life. Sehari saja melaluinya, semua beban di pundak tiba-tiba hilang. Lega rasanya. Bayangkan selama berhari-hari membatasi semua kegiatan dan asupan. Since now: free chatting, free eating, free for anything. That's first of January. It’s New Year with new vision of life. I turned on my cell phone. For days I was in an isolated situation included no cell phone allowed. So many people got desperately seeking me I guessed. Masih punya banyak waktu untuk bermain sebetulnya. Saya bisa ke Semarang atau ke Yogya. Ke Ambarawa atau bahkan ke Bali. Tanpa perdebatan dalam hati, saya memilih kembali ke Jakarta. Padahal biasanya, selagi ada di luar rumah, seefektif mungkin saya akan gunakan waktu untuk mengeksplorasi. Saya suka fotografi, saya sebetulnya bisa hunting foto sebanyak yang saya suka. Tapi saat itu saya sedang belajar mendengarkan hati. Dan hati saya menghendaki saya  pulang! Dengan mudah

Within A Silent I Saw Me

Just few steps from changing of year. This is me. Suatu ketika, ketika saya sedang googling mencari milis spiritual, saya menemukan milis 'mmd', meditasi mengenal diri. Saya masuk dan menjadi peserta pasif. Bukan yang saya bayangkan sebelumnya. Hal-hal asing yang dibahas. Lalu ketika mereka mengumumkan ada kelas meditasi yang akan diselenggarakan di daerah Ciloto Bogor, saya daftar. Namun tak kesampaian karena kelasnya dibatalkan. Jadual lain yaitu tujuh hari di vihara Mendut di Magelang. Sesungguhnya lebih dari tujuh hari. Something made me really excited, saya terdaftar dan menjadi peserta kelas meditasi! The meditation was called vivassana. I had no ideas what kind of activity it was, just about curious. Malam tanggal 24 Desember adalah permulaannya. Sebelumnya dilakukan pembukaan dengan tata cara budha, dilanjutkan dengan pemberitahuan tata cara meditasi dan sejumlah aturan. Sekalipun yang menyelenggarakan acara ini adalah vihara budha, namun bena