Skip to main content

Kisah Penjual Es Mambo

















Kali lain, saya menjadi penjual es mambo keliling. Saya menjadi distributor tunggal dari usaha pembuatan es mambo milik keluarga. Adik saya masih kecil-kecil. Kakak-kakak saya sudah bekerja, kuliah, dan lainnya tinggal di asrama. Waktu itu saya sudah duduk di bangku SMP. Peternakan ayam sudah tutup. Serangan tetelo membuat hampir semua ayam mati.

Menurut banyak orang, gaji Bapak dari pabrik ban terbesar di Bogor waktu itu tergolong tinggi. Namun Bapak masih perlu mencari uang tambahan untuk menyokong keperluan keluarga besar kami. Bapak ingin semua anaknya mengecap pendidikan setinggi-tingginya. Bapak melakukan apa saja, mengkaryakan siapa saja di rumah, dan mengajarkan hidup yang sangat sederhana agar cita-cita bersama itu tercapai. Bapak lalu membeli sebuah freezer untuk membuat es mambo.

Siang sepulang sekolah, saya biasanya ke pasar untuk membeli bahan-bahan dasar untuk membuat es mambo. Kacang hijau, gula, coklat bubuk, rupa-rupa pewarna, buah-buahan, kantong plastik, dan lain-lain yang tak saya ingat. Mulai dari siang, sore, hingga malam hari, es mambo dibuat. Ibu yang biasanya bikin adonan. Beberapa anak tetangga juga biasanya ikut membantu. Kami memasukkan adonan ke dalam kantong plastik, menggunakan corong. Plastik lalu diikat. Ibu memberikan upah kepada siapa yang membantu, untuk setiap batang es mambo. Saya tak pernah mendapat uang jajan jika ke sekolah. Uang yang saya terima hanya cukup untuk ongkos. Upah membungkus es mambo ini saya pakai untuk jajan.

Sangat pagi, sebelum berangkat sekolah, dengan termos-termos besar di kiri kanan tangan, saya mendatangi warung-warung langganan. Saya lupa, berapa jumlah batang es dalam setiap termos. Setiap hari saya keliling kampung, menyambangi warung-warung untuk titip jual es mambo. Namun, hari Minggu biasanya tugas demikian Ibu saya yag melakukan karena saya ikut kelas karate.

Sambil menaruh termos berisi es mambo baru, sekalian mengambil termos bekas pakai yang sudah kosong. Menghitung berapa yang laku. Jika musim panas, es mambo laku keras. Tapi jika musim hujan tiba, banyak es mambo tidak laku terjual. Uang hasil penjualan itu untuk ongkos sekolah kami sehari-hari, sehingga beban Bapak tidak terlalu berat.

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Forum Rektor se-Asia

Saya dan sahabat-sahabat dari Fakultas Ekonomi UNJ, sedang jumpalitan menyelenggarakan forum rektor se-Asia. Nama acaranya "Asian University Presidents Forum 2009". Persiapan sudah sejak setahun lalu. Perjuangan yang merepotkan karena harus berbagi waktu, tenaga, dan pikiran untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang juga menuntuk konsentrasi. AUPF ini berlangsung dari 18 tanggal hingga 21 Oktober. Event ini diadakan di hotel Borobudur. Namun tak sekedar di hotel ini saja kegiatan berlangsung karena kami juga memilih beberapa lokasi lain untuk bermacam kegiatan seperti Town Hall gubernuran, Gedung Arsip, Cafe Batavia, Segarra Ancol, Museum Sejarah, dan Istana Bogor. Untuk event ini, saya mengambil peran sebagai External Relations. Itu job utamanya, tapi ketika waktunya tiba, apa saja dikerjakan untuk membantu bagian-bagian lain yang keteteran. Bekerja dengan orang-orang yang belum pernah bekerja dan orang-orang yang pernah bekerja dengan latar belakang motivasi yang beragam, lumaya

Super Deal 2 Milyar, Super Rekayasa?

ANTV bersimbiosis dengan STAR TV. Secara revolusioner statsiun TV ini melakukan pembenahan. Maka program-program unggulan diluncurkan. Berminat dengan kemilau dan bakat Farhan, mereka berani mengontrak secara ekslusif lelaki asal Bandung yang sebelumnya tumbuh subur di lading kreatif Trans TV, dengan nilai rupiah yang menjuntai. Namun program talk show yang dikomandani Farhan setiap malam itu hingga kini belum bisa dikatakan sukses. Lalu, muncullah acara kuis Super Deal yang mempesona jutaan pemirsa karena nilai hadiahnya yang mencapai 2 milyar Rupiah. Siapa yang tak ingin ketiban rejeki sebanyak itu? Kali ini, Nico Siahaan yang berkesempatan membawakan acara. Untuk meningkatkan awareness public terhadap acara kuis Super Deal, baliho besar-besar dipasang nyaris di setiap perempatan jalan Jakarta, entah kalau di luar kota. Lalu secara mengejutkan, sepasukan guru yang menjadi peserta kuis tiba-tiba tampil dan berhasil mendapatkan uang senilai dua milyar! Fantastis