Skip to main content

Wajib Berjilbab di Pandeglang

Saya perlu membuat dokumentasi tentang kehidupan guru untuk sebuah assignment. Saya lalu memilih Pandeglang. Dibantu seorang sahabat lama yang juga seorang guru, saya diperkenalkan masuk lingkungan sebuah SMP Negeri di kabupaten Pandeglang.

Cuaca Agustus sangat baik. Udara segar mengisi paru.

Saya takjub dengan sejumlah aturan yang berlaku di kabupaten itu. Murid lelaki dan perempuan dipisahkan kelasnya. Baik murid maupun guru perempuan wajib menggunakan jilbab, apa pun agama mereka. Aturan tersebut dibuat untuk mendukung rencana pemerindah daerah menjadikan Pandeglang sebagai Kota Santri.

Saya juga melihat di beberapa pelosok, mesjid dan mushola berdiri dan dibangun demikian megah. Unsur-unsur eksterior kampung dan kota identik dengan arkitektur kubah mesjid.

Untung saja saya tidak tinggal di daerah itu. Saya sangat sangat tidak setuju dengan otoriterism kepemimpinan yang mewajibkan ini itu kepada warga atas nama kepentingan tertentu dengan mengesampingkan kepentingan warga lain yang minoritas.

Agama saya juga sama dengan mayoritas agama penduduk kabupaten Pandeglang. Saya juga mendukung agar setiap warga menjalankan agamanya dengan takwa. Namun tanpa membuat pengesahan yang berwawasan sempit dan tradisional.

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Forum Rektor se-Asia

Saya dan sahabat-sahabat dari Fakultas Ekonomi UNJ, sedang jumpalitan menyelenggarakan forum rektor se-Asia. Nama acaranya "Asian University Presidents Forum 2009". Persiapan sudah sejak setahun lalu. Perjuangan yang merepotkan karena harus berbagi waktu, tenaga, dan pikiran untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang juga menuntuk konsentrasi. AUPF ini berlangsung dari 18 tanggal hingga 21 Oktober. Event ini diadakan di hotel Borobudur. Namun tak sekedar di hotel ini saja kegiatan berlangsung karena kami juga memilih beberapa lokasi lain untuk bermacam kegiatan seperti Town Hall gubernuran, Gedung Arsip, Cafe Batavia, Segarra Ancol, Museum Sejarah, dan Istana Bogor. Untuk event ini, saya mengambil peran sebagai External Relations. Itu job utamanya, tapi ketika waktunya tiba, apa saja dikerjakan untuk membantu bagian-bagian lain yang keteteran. Bekerja dengan orang-orang yang belum pernah bekerja dan orang-orang yang pernah bekerja dengan latar belakang motivasi yang beragam, lumaya

Super Deal 2 Milyar, Super Rekayasa?

ANTV bersimbiosis dengan STAR TV. Secara revolusioner statsiun TV ini melakukan pembenahan. Maka program-program unggulan diluncurkan. Berminat dengan kemilau dan bakat Farhan, mereka berani mengontrak secara ekslusif lelaki asal Bandung yang sebelumnya tumbuh subur di lading kreatif Trans TV, dengan nilai rupiah yang menjuntai. Namun program talk show yang dikomandani Farhan setiap malam itu hingga kini belum bisa dikatakan sukses. Lalu, muncullah acara kuis Super Deal yang mempesona jutaan pemirsa karena nilai hadiahnya yang mencapai 2 milyar Rupiah. Siapa yang tak ingin ketiban rejeki sebanyak itu? Kali ini, Nico Siahaan yang berkesempatan membawakan acara. Untuk meningkatkan awareness public terhadap acara kuis Super Deal, baliho besar-besar dipasang nyaris di setiap perempatan jalan Jakarta, entah kalau di luar kota. Lalu secara mengejutkan, sepasukan guru yang menjadi peserta kuis tiba-tiba tampil dan berhasil mendapatkan uang senilai dua milyar! Fantastis