Skip to main content

Me, the Tarot Reader



Sejak beberapa waktu lalu saya merasa tiba-tiba dapat berkah bisa menerjemahkan kartu tarot, saya niat sekali untuk memiliki kartu tersebut. Saya sengaja berburu ke Kino Kuniya Plaza Senayan, tak ada. Maksud saya, memang banyak tarot yang dijual di sana. Tapi versi yang saya cari tak ada. Ganti hari, saya berkunjung ke Kino Kuniya yang di Plaza Indonesia. Puji Tuhan, saya mendapatkannya.

Malam itu, hari berikutnya, dan hari berikutnya, saya terus berlatih membaca kartu-kartu tersebut melalui sahabat-sahabat saya. Percintaan, karir, kesehatan.

Apa yang bisa saya ungkapkan dari kartu-kartu yang terbuka itu, kadang membuat saya heran tentang keajaiban tarot. Bagaimana mungkin, sebuah kisah nyata yang sedang dialami oleh orang-orang itu, bisa terungkap seperti apa adanya sesuai dengan deretan kartu yang saya baca. Biasanya, di awal ramalan, saya minta mereka untuk tidak bercerita dulu. Tentu saja, untuk menghindari kontaminasi ramalan.

Kecuali masa depan yang masih belum pasti, sejauh ini, saya bisa katakan bahwa apa yang saya baca umumnya sesuai dengan keadaan.

Untuk memperkaya pengetahuan dan mempertajam mata batin, saya juga banyak membaca referensi tentang tarot dan bermeditasi, termasuk berkonsultasi (belum, seh) pada pakarnya dan terus berlatih.


Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Forum Rektor se-Asia

Saya dan sahabat-sahabat dari Fakultas Ekonomi UNJ, sedang jumpalitan menyelenggarakan forum rektor se-Asia. Nama acaranya "Asian University Presidents Forum 2009". Persiapan sudah sejak setahun lalu. Perjuangan yang merepotkan karena harus berbagi waktu, tenaga, dan pikiran untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang juga menuntuk konsentrasi. AUPF ini berlangsung dari 18 tanggal hingga 21 Oktober. Event ini diadakan di hotel Borobudur. Namun tak sekedar di hotel ini saja kegiatan berlangsung karena kami juga memilih beberapa lokasi lain untuk bermacam kegiatan seperti Town Hall gubernuran, Gedung Arsip, Cafe Batavia, Segarra Ancol, Museum Sejarah, dan Istana Bogor. Untuk event ini, saya mengambil peran sebagai External Relations. Itu job utamanya, tapi ketika waktunya tiba, apa saja dikerjakan untuk membantu bagian-bagian lain yang keteteran. Bekerja dengan orang-orang yang belum pernah bekerja dan orang-orang yang pernah bekerja dengan latar belakang motivasi yang beragam, lumaya

Super Deal 2 Milyar, Super Rekayasa?

ANTV bersimbiosis dengan STAR TV. Secara revolusioner statsiun TV ini melakukan pembenahan. Maka program-program unggulan diluncurkan. Berminat dengan kemilau dan bakat Farhan, mereka berani mengontrak secara ekslusif lelaki asal Bandung yang sebelumnya tumbuh subur di lading kreatif Trans TV, dengan nilai rupiah yang menjuntai. Namun program talk show yang dikomandani Farhan setiap malam itu hingga kini belum bisa dikatakan sukses. Lalu, muncullah acara kuis Super Deal yang mempesona jutaan pemirsa karena nilai hadiahnya yang mencapai 2 milyar Rupiah. Siapa yang tak ingin ketiban rejeki sebanyak itu? Kali ini, Nico Siahaan yang berkesempatan membawakan acara. Untuk meningkatkan awareness public terhadap acara kuis Super Deal, baliho besar-besar dipasang nyaris di setiap perempatan jalan Jakarta, entah kalau di luar kota. Lalu secara mengejutkan, sepasukan guru yang menjadi peserta kuis tiba-tiba tampil dan berhasil mendapatkan uang senilai dua milyar! Fantastis