Kota terakhir bisikku. Inilah kota terakhir yang bisa menjadi pamungkas pengembaraanku bila kelak aku memutuskan
Pengembaraanku bukanlah pilihan yang setara denganmu
Aku mencintaimu, karena engkau masa depan dan kesetiaan
Aku ingin memilikimu untuk tambatan dan peristirahatan
Kau nyata kau hidup kau segala
Jiwaku adalah sorot mata camar di atas giblartar
Mampukah aku menukar semua kesenangan untuk melihat sisi dunia, menanggalkan sayapku, melepas jiwaku, membutakan mataku, dengan pulang dan meminangmu?
Pada kota ini aku sedang bicara
Masih hitungan hari sebelum aku memutuskan untuk mencintaimu atau tidak
Wajahmu kukenali melekat di setiap rupa permukaan
Pada pahatan angelo pada punggung pagoda
Pada setiap ringkik geisha dan nelayan pantai karibia
Aku mencintaimu tapi ijinkan aku untuk tidak memilih
Kau bukanlah Madrid atau Agra
Kau bukan Sahara bukan Mandalay.
Petang yang jatuh di antara lorong kusam
Matahari muram di jemari dahan
Sederet nomor telepon di kepala selusin wajah terpantul di retina
Ini kota terakhir, gumamku
Tak akan ada kota lain bila aku memutuskan untuk mencintaimu
Kota asing dengan nama-nama jalan yang sulit kuhapal
Gedung-gedung berakar tunggal
Gemuruh metro berkolaborasi dengan bentuk arca dan bau dupa
Aku pengelana
Hasratku untuk banyak melihat
Minatku untuk banyak merasa
Namun aku belum memutuskan untuk mencintaimu atau tidak
Karena rinduku untuk selalu di atas kapal di atas pelana
Karena rinduku pada rupa pantai di segala samudera
Pada kota terakhir ini kelak harus kuputuskan untuk mencintaimu atau tidak
Aku di antara orang-orang bergegas dan tanpa gegas
Kota rupawan dengan lampu-lampu rupawan dengan pekik kegembiraan di semua perayaan Pesona yang menyulitkan aku untuk memutuskan mencintaimu atau tidak
Pengembaraanku bukanlah pilihan yang setara denganmu
Aku mencintaimu, karena engkau masa depan dan kesetiaan
Aku ingin memilikimu untuk tambatan dan peristirahatan
Kau nyata kau hidup kau segala
Jiwaku adalah sorot mata camar di atas giblartar
Mampukah aku menukar semua kesenangan untuk melihat sisi dunia, menanggalkan sayapku, melepas jiwaku, membutakan mataku, dengan pulang dan meminangmu?
Pada kota ini aku sedang bicara
Masih hitungan hari sebelum aku memutuskan untuk mencintaimu atau tidak
Wajahmu kukenali melekat di setiap rupa permukaan
Pada pahatan angelo pada punggung pagoda
Pada setiap ringkik geisha dan nelayan pantai karibia
Aku mencintaimu tapi ijinkan aku untuk tidak memilih
Kau bukanlah Madrid atau Agra
Kau bukan Sahara bukan Mandalay.
Petang yang jatuh di antara lorong kusam
Matahari muram di jemari dahan
Sederet nomor telepon di kepala selusin wajah terpantul di retina
Ini kota terakhir, gumamku
Tak akan ada kota lain bila aku memutuskan untuk mencintaimu
Kota asing dengan nama-nama jalan yang sulit kuhapal
Gedung-gedung berakar tunggal
Gemuruh metro berkolaborasi dengan bentuk arca dan bau dupa
Aku pengelana
Hasratku untuk banyak melihat
Minatku untuk banyak merasa
Namun aku belum memutuskan untuk mencintaimu atau tidak
Karena rinduku untuk selalu di atas kapal di atas pelana
Karena rinduku pada rupa pantai di segala samudera
Pada kota terakhir ini kelak harus kuputuskan untuk mencintaimu atau tidak
Aku di antara orang-orang bergegas dan tanpa gegas
Kota rupawan dengan lampu-lampu rupawan dengan pekik kegembiraan di semua perayaan Pesona yang menyulitkan aku untuk memutuskan mencintaimu atau tidak
Comments