Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2016

Garut, Lagi

Kembali ke Garut, kali ini untuk raker universitas. Sepertinya panitia kesulitan cari hotel yang bagus, sehingga yang didapat hotel yang buruk pelayanannya. Tidak ada internet di kamar maupun ruang meeting, makanan sering telat, dan menu tidak variatif. Ngok-lah.

Berbohong, Atau Penjara

Belajar dari banyak kasus pidana di portal berita, televisi, dan medsos. Jika pun Anda diadukan dan ditangkap polisi, terlepas Anda melakukan kegiatan yang disangkakan atau tidak, jangan pernah mengaku. Biarkan polisi yang membuktikan dan pengadilan yang memutuskan. Eh, kecuali tertangkap tangan. Tentu kita jangan belajar dari Nikita Mirzani ya. Semua menyangkal. Jessica dalam kasus Mirna. Indra Bekti dalam kasus Gigih. Saipul Jamil dalam kasus DS. Dan, si Borokokok Setnov dalam kasus Papa Minta Saham, meskipun terang benderang dalam rekaman dia ada di sana, tapi demi lepas dari jerat hukum, dia harus mampu berbohong. Urusan hati tersiksa karena tidak jujur, biar urusan dia sendiri dengan Tuhan. Itu jika percaya adanya Tuhan. Sejauh ini, media mengajarkan kepada kita, how to lie, dengan contoh-contoh nyata. Saat dosen memeriksa berkas ujian mahasiswa, dan menemukan jawaban sejumlah mahasiswanya kembar satu sama lain, dosen hanya bisa menduga kecuali dia melihat langsung bahwa

Dan ...

Untuk kesekian kali, nama saya jadi agenda untuk dibahas di rapim kampus. Sinting. Sepertinya  bagi sebagian orang, saya seperti ancaman. Padahal secara de facto, de jure, saya bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa. Bagaimana mungkin mereka menengadah melihat saya? Sampai suatu ketika nanti, saya akan memiliki banyak hal yang orang-orang tidak miliki. Nah, pada saat itu, mereka boleh cemburu, benci, marah, djolim. Give me sometime.

Revisit IKEA

Kembali mengunjungi IKEA, bukan untuk belanja atau main-main. Hari ini saya datang bersama mahasiswa MM kelas International Marketing. Mengasuh mahasiswa, dan anak.

Gara-gara Facebook

Facebook makan korban lagi. Sayalah korbannya.  Awalnya saya memposting di wall Facebook, pegumuman dosen-dosen se-Indonesia yang proposal hibah risetnya lolos menurut Dikti. Pengumuman itu terbit tanggal 27 Januari, dan saya posting tanggal 14 Februari. Itu saya sudah lewat dari dua minggu. Tahu-tahu, Senin pagi kemarin saya dipanggil oleh atasan saya, bahwa saya dilaporkan oleh seseorang ke pimpinan kampus. Wtf! Tidak sekedar itu, hal yang menjijikan, oleh pimpinan ditanggapi dengan menggelar rapat khusus membahas 'kelancangan' saya itu. Ngok!  Heran, ini universitas apa kelompok arisan, ya? 

To Be A Professor

Memasuki hari ketiga menunggu sejak saya mengirimkan sebuah email ke seorang profesor di sebuah universitas di Australia. Well, mungkin dia sedang ke luar kota atau sedang sibuk. Alasan saya menghubungi dia karena ingin mengajak yang bersangkutan untuk menjadi co-author untuk paper-paper yang sedang saya tulis, maupun utuk penelitian lain yang sedang saya persiapkan. Selain itu, juga meminta dia untuk jadi supervisor, untuk post doc program yang ingin saya lamar. Empat taktik Jadi, ada empat taktik yang ingin saya coba di tahun ini. Semoga sehat, ada waktu luang, dan mood tak berubah. Pertama, mencari coauthor; Kedua, melamar beasiswa post doc, sehingga jika lulus, saya bisa mulai fellowship tahun depan; Ketiga, berusaha menulis paper sendiri sebaik mungkin, baik penelitian sendiri, maupun penelitian skripsi mahasiswa, diterbitkan lewat jurnal-jurnal terindeks Scopus ber-impact factor rendah maupun dipresentasikan pada seminar-seminar yang tak harus mengeluarkan ongkos mahal; Ke

Mendadak Kadin

So, introduced by a friend of mine, officially now I am an officer for the Indonesia Trade Chambre. The first meeting was held today. And I felt so strange being among 50ies entrepreneurs, but me. A new challenge to see another world. Banyak cara untuk mengabdi pada Indonesia.