Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2010

Paragraph to kill

Seorang sahabat saya melongo begitu melihat dalam salah satu paragrap dalam proposal riset yang saya buat terdapat belasan refensi, baik jurnal maupun buku. Saya terkekeh karena memang begitulah tuntutannya. Selain harus banyak browsing jurnal, membacanya, dan mengutipnya dengan 'pintar' untuk membangun setiap paragrap yang diinginkan, saya juga perlu keluar masuk perpustakaan untuk mendapatkan artikel atau inspirasi yang diinginkan. Kadang seru, kadang jenuh. Sementara supervisor riset biasanya cuma memberi komentar. Nah, komentar ini yang akan menentukan pekerjaan selanjutnya lebih berat atau ringan. Namun begitu, saya masih harus bersyukur jika membandingkan dengan kasus seorang sahabat saya yang lain. Ia harus mengambil satu mata kuliah hanya untuk membuat satu paragrap!

Ups & Downs: Proposal Riset yang Melelahkan

Sabtu malam masih di kampus, menuliskan semua ide yang berseliweran di kepala sebelum menguap hilang tanpa jejak. Saya lagi ngebut menyelesaikan proposal sebelum pertengahan Juni, seoptimal mungkin. Makanya saya tak mau menyia-nyiakan waktu. Apalagi sejumlah penemuan literatur dan logika baru seolah telah berulang kali meruntuhkan konstruksi proposal saya. Bikin down. Tak perduli panas atau dingin, lapar atau kekenyangan, yang pasti saya merasa perlu terus bekerja. Saya merasa harus bertanggung jawab dengan pilihan saya untuk sekolah S3 meskipun kalau boleh jujur, saya bukanlah orang pintar yang dengan mudah bisa menyerap informasi. Saya masih terus tertatih-tatih untuk bisa mengunyah pengetahuan-pengetahuan baru. Namun tentu saja semangat saya tak pernah padam untuk bisa meraih apa pun yang terbaik. Meskipun kelak hasilnya tak sebagus yang diharapkan, tak harus jadi kecewa. Tak sekali saja saya berujar betapa beratnya semester pertama ini. Beberapa sahabat menenangkan, bahwa proses b

Rumah Baru

Di ruas Barnes St Innaloo, ada tiga buah rumah dengan desain sama. Well, sebetulnya memang konsep perumahan di Australia Barat rata-rata sistem cluster terdiri dari beberapa rumah saja dengan desain yang sama rasa setiap clusternya. Ada yang cuma tiga, ada yang hingga 7 unit. Tidak seperti di Indonesia yang satu cluster bisa 100 unit dengan desain kembar. Lokasi rumah yang saya sewa dengan dua orang teman lain asal Australia ini tepat di pinggir jalan. Bahkan halte bis tepat di sebelah pintu masuk komplek. Rumah-rumah ini baru setahun lalu dibangun. Saya cukup membayar 120 AUD per minggu, di luar biaya gas dan lsitrik. Meskipun resminya di rumah itu ada tiga kamar, tapi sehari-hari hanya berdua saja karena salah seorang lain lebih sering menginap di rumah pacarnya. Alhamdulillah, sejauh ini setelah dua minggu lebih saya menempati rumah itu, rekan serumah saya berhati baik. Tidak cunihin , tidak mata duitan. Memang bukan orang yang rapi dan resik. Piring habis pakai biasanya tak langsun

Mau Panjang 'Umur' dengan Nama Harum atau Busuk?

Ketika sedang menulis penelitian, saya menemukan banyak jurnal yang ditulis dan dipublikasikan sejak puluhan tahun lalu. Saya membayangkan berapa usia para penulisnya kala itu. Bisa jadi sebagian dari mereka sekarang sudah meninggal. Biarpun begitu, ternyata buah pikirnya tetap menjadi rujukan banyak orang untuk penelitian maupun praktek keilmuan. Tak hanya pada jamannya, tapi juga sekarang, dan mungkin hingga akhir jaman. Saya kira inilah yang dimaksud dengan 'panjang umur'. Lalu saya berkhayal bisa berkarya seperti orang-orang itu suatu ketika. Setiap tahun orang-orang menyalami kita dan berujar 'semoga panjang umur'. Tanpa mau berteori tentang umur, saya kira umur setiap orang sudah tertentu berapa. Tapi sebetulnya jika menggunakan konsep yang saya gunakan, kita bisa memperpanjang umur dengan karya dan apa pun yang kita perbuat selama kita hidup. Mau karya besar mapun kecil, karya termasuk maupun terlupakan, karya nyata maupun sekedar ide. Persoalannya adalah tinggal

"Sudah sekolah tinggi dan jauh, tahunya berumur pendek..."

Tekanan dalam menjalani kuliah PhD dan di luar negeri bisa datang dari mana saja, termasuk dari pasangan. Pasangan dari sahabat saya berkomentar jenaka: "Sudah sekolah tinggi dan jauh-jauh, tahunya berumur pendek..." Lucu, tapi jadi bikin miris. Kerja keras untuk meraih mimpi, setelah mimpi dalam genggaman ternyata dibawa mati. Belum lama, istri saya mengirim SMS. Pengen buru-buru naik haji karena kuatir mati muda. Ah, ada apa dengan orang-orang ini? Berhari-hari, tanpa sengaja ternyata hal ini mengganggu pikiran saya. Untuk apa sebenarnya saya pergi jauh meninggalkan pekerjaan, meninggalkan keluarga hanya untuk mengejar mimpi? Apakah saya berlebihan? Tokh saya akan mati juga. Saya teringat dengan obrolan dengan seorang sahabat kecil saya. Dia menikah di usia 20-an tahun, mengingatkan saya berulang kali agar segera mengikuti jejaknya. Dia bilang, "Mumpung masih muda, cepat kawin, lalu punya anak. Bayangkan kalau telat kawin, anak masih kecil kita sudah tua..." Saya

Razia Miyabi

Ramai-ramai tentang rencana kelompok Front Pembela Islam (FPI) untuk melakukan razia terhadap bioskop-bioskop yang akan memutar film 'Menculik Miyabi', membuat saya mual. Sama halnya ketika majalah Playboy diterbitkan di sini. Saya sangat tidak setuju. Lebih baik munafik dari pada terang-terangan bilang iya. Mestinya kita semua merapatkan barisan untuk tidak setuju. Tapi apa mau di kata? Jika produk sudah ada di pasar, artinya sudah ada sistem yang 'mengiyakan'. Maka mulai kita mempintarkan diri untuk melihat kasus secara proposional. Pertama, saya tidak setuju dengan rencana razia yang akan dilakukan oleh FPI karena itu bukanlah kapasitas mereka. Sebagai anggota masyarakat, jika mereka keberatan, mereka sebaiknya minta bertemu anggota DPR atau DPRD dan membicarakan apa yang menjadi keberatan mereka. Mestinya, sejak awal wacana ini muncul, DPR/DPRD harus sudah tanggap dengan mengantisipasi segala macam keresahan masyarakat. Sebelum ada kerusuhan dan permusuhan, lakukan

Kita Membutuhakn Polisi dan Hakim yang Tegas, Bukan Presiden yang Hebat

Beberapa hari terakhir ini saya berpikir: kapan Indonesia bisa sejahtera? Apa benar keterpurukan suatu bangsa karena tergantung pemimpinnya? Masalah sepertinya merongrong dari segala arah mata angin dan menyerang seluruh sendi bernegara dan bermasyarakat. Sampai akhirnya saya yakin bahwa keterlambatan Indonesia menjadi negara yang maju karena lemahnya para penegak hukum dalam menjalankan fungsi mereka. Saya menunjuk dua intitusi negara yang sangat memiliki peran penting untuk mewujudkan kondisi negara yang diharapkan, yaitu kepolisian dan pengadilan. Jika ada suatu kasus dimana presiden harus menentukan sikap, dia hanya bisa berucap. Sementara yang harus bekerja adalah polisi dan pengadilan. Bahkan, presiden bisa saja melakukan kesalahan. Namun jika polisi dan hakimnya profesional, tidak gila harta, tidak gila jabatan, rasanya negara akan aman. Melihat ketegasan polisi dan pengadilan, masyarakat pun akan melihat dan menilai. Justeru dengan begitu, masyarakat akan berpikir, pejabat ting

Tamu dari Jakarta

Ada rombongan dosen dari Fakultas Teknik UNJ ke Perth. Saya luangkan waktu untuk menemani berkeliling kota di malam hari.

Lunch Bareng

Jarang-jarang punya waktu makan siang bareng dengan rekan-rekan sesama mahasiswa PhD asal Indonesia di ECU, di halaman kampus pula.

Research! Full Stop!

Sebagian orang heran, yang lain kagum. Sebagian mencibir, yang lain maklum. Tapi saya tidak perduli. Pertanyaan yang sederhana namun sangat berarti: mengapa setiap hari, bahkan weekend, dari pagi sampai malam saya di kampus? Banyak alasan yang saya miliki. Namun yang utama tentu saja karena saya merasa perlu segera menyelesaikan proposal riset. Setelah itu, saya membayangkan jadual saya elbih kendur sehingga bisa dengan leluasa mengerjakan yang lain, misalnya mencari pekerjaan sampingan atau bahkan meneliti topik baru. Alasan kedua, karena saya masih sendiri. Sementara di rumah bingung juga mau melakukan apa. Nonton TV? Mana ada acara bagus yang ditayangkan siang hari di tv-tv Australia. Keluyuran di kota? Selain tak banyak yang bisa dilakukan, sayang saja harus menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak jelas. Tentu saja yang paling aman adalah di kampus. Duduk berlama-lama di meja sendiri, mau bekerja, mau tidur, mau chatting , semuanya halal. Semua ada di ujung jari. Mau baca jurn