Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2011

Menghirup Bogor

Mampir ke rumah sebentar, saya dan keluarga langsung meninggalkan Jakarta. Renacananya mau jenguk Ibu saya. Sejenak mampir ke deretan Factory Outlet di sepanjang jalan Pajajaran dan pertokoan Jembatan Merah. Tempat yang menyimpan banyak kenanagan. Saat saya kecil dan remaja, menyebut Jembatan Merah bukanlah merujuk pada jembatan yang berdiri kokoh di jalan RE Martadinata. Namun lebih pada pertokoan di sekitarnya. Jika melihat sekarang, kawasan ini telah kehilangan denyutnya. Sudah tak memiliki pesona lagi. Depan pasar Depris, Jembatan Merah Menunggu pembeli. PKL di sekitar Jembatan Merah Becak abadi di sekitar Jembatan Merah 

Jakarta, May 2011

Pikiran saya agak tenang begitu dokumen terakhir untuk kelengkapan Ethic riset saya selesai. Iya, rupanya banyak sekali surat-surat dan form yang harus disiapkan. Tiap mahasiswa tentu beda kasus, tergantung dari jenis metode penelitian yang akan dipakai saat pengumpulan data kelak. Tinggal menunggu aba-aba dari Supervisor. Begitu mereka bilang ok boleh kirim, saya akan tinggal tekan tombol 'submit'. So, saya tinggal berangkat ke Jakarta dengan hati sejuk.  Meninggalkan Perth untuk waktu sebulan, ternyata bukan perkara mudah. Dua perasaan yang saling bertolak belakang bergumul dalam hati saya. Exciting karena mau bertemu keluarga dan hendak bepergian ke NY. Ada juga perasaan berat. Rupanya, saya mulai jatuh cinta dengan Perth.  Penerbangan JetStar mengalami keterlambatan sekitar 30 menit. Rasanya berhari-hari saja. Basil malu-malu ketika menyambut saya di Bandara Soeta. Ia mau digendong, tapi tak berani menatap wajah saya secara langsung. Ah, kangennya dengan anak

Yelogonga Park

Saya terkagum dengan pemandangan yang membentang di depan mata, sekaligus juga miris. Dengan langit yang agak mendung dan udara Autumn yang ngilu, saya seperti sedang berada pada sebuah lokasi shooting. Dramatis sekali. Di sekeliling saya, pohon-pohon meranggas habis terbakar, hangus dan kesepian. Yelogonga Park letaknya hanya sekitar 100 meter dari tempat saya tinggal. Sangat menyenangkan buat mereka yang suda jogging dan bersepeda. Taman regional ini sangat luas di sepanjang danau Joondalup.

Selamat pagi, Joondalup...!

Saya patungan sewa apartemen dengan satu orang Persia yang sangat rajin berolah raga dan hanya makan makanan sehat. Ke kampus jalan kaki meskipun ada bis gratis, tiap pagi olah raga. Hari minggu lalu, sempat-sempatnya dia mengajak saya jogging, kegiatan yang sudah lama tak saya lakukan. Saya pikir pekerjaan saya sebagai interviewer lapangan terlalu membutuhkan banyak jalan kaki. So, kalau ditambah dengan jogging, saya hanya kuatir berlebihan. Hahah. Alasan saja. Dan Joondalup adalah kota sunyi yang nyaman untuk ditinggali jika memang suka kesunyian. Tentu saja jika rumah yang kita tinggali pun menyenangkan. Pathway untuk jogging di Yellgonga Regional Park, Joondalup Jalan ke kampus, melewati taman belukar khas Australia Barat Lying at Yelogongga Park Selamat pagi, Joondalup...!

Rumah Keenam

Bismillah, hari ini saya akan pindah rumah. Lagi. Lebih mahal, sangat mahal bahkan. Tapi saya berharap rezeki bisa mengalir lebih deras supaya saya bisa konsisten membayar sewa. Bukan sengaja mencari yang fancy. Namun karena berbagai pertimbangan, seperti misalnya, jarak rumah ke kampus harus tidak jauh karena kesibukan utama saya memang di kampus. Biar cepat sampai, cepat pulang karena rencananya, bulan depan, istri dan anak saya akan berkumpul kembali di Perth. Jadi, punya ruang tinggal yang lebih lega adalah mutlak. Namun, kami tidak akan sendiri, karena harus berbagai dengan tenant lain.  Saya bertemu seorang Bapak yang juga sedang kesusahan mencari rumah sewa, suatu ketika. Sementara dia masih sendiri, keluarganya belum dibawa, dan saya cuma perlu satu kamar tidur untuk ditinggali, maka kami sepakat untuk menyewa rumah bersama. Biar mahal, jika bayarnya patungan berasa tidak terlalu tinggi. Untungnya dia tak keberatan untuk tinggal bersama sama dan keluarga. Saling memanfaa

Blogspot Hidup Kembali

Saya sudah kuatir banyak, namun syukurlah, akhirnya Blogspot bisa digunakan lagi setelah seharian kemarin, Jumat, sempat semaput. Kuatir karena setelah membaca berita Kompas.com , penyedia layanan blog ini akan ditutup karena sejumlah alasan. Semaputnya Blogspot hari Jumat itu sama sekali tak ada pemberitahuan. Saya coba cek bagian status admin pun kosong tak ada informasi. Saya hanya menduga mereka melakukan maintenance atau bisa pula taktik pemasaran agar para pemilik account yang kurang aktif mau menengok sejenak accountnya, karena berita-berita di internet menunjukkan gelagat Blogspot akan tutup. Kalau benar tutup, bagaimana nasib blog saya ini yang sudah memiliki ratusan judul?

Casualties in Travelling: Salah Pilih Bulan

Bukan sengaja begadang, tapi karena terbangun tengah malam dan sulit tidur lagi. Namun ternyata saya patut bersyukur. Saya sedang online, tiba-tiba ada email masuk. Kamar yang sudah saya pesan untuk beberapa malam di sebuah hostel di NYC, ternyata dibatalkan karena hostel tersebut ditutup oleh pemerintah setempat. Segera saya melakukan konfirmasi dan booking kamar di hostel lain. Alhamdulillah, masih ada kamar kosong. Padahal satu per satu hostel sudah kehabisan kamar. Saya pikir bisa tidur lagi. Ternyata tidak. Saya kembali membuka email dan mendapati sebuah konfirmasi kedatangan dari hostel yang belum lama saya pesan. Astaga! Saya salah pilih bulan! Saya sangat tidak hati-hati. Untung ada email dari manajemen hostel tersebut, jika tidak? Segera saya cari kamar lain di hostel lain. Syukurlah masih ada meskipun dengan harga yang lebih tinggi. Well, dari pada tidak dapat sama sekali. Begitulah. Jika hal-hal dilakukan dengan tergesa-gesa. Tentu saja saya sempat panik karena

Mimpi Pulang dan Nyaris Ditembak

Gawat. Dua kali terbangun tengah malam karena mimpi, setelah itu tak bisa tidur lagi dengan baik.  Mimpi saya malam ini, saya lari ke atap sebuah gedung karena diuber seorang penjahat bersenjata. Di atas gedung sebetulnya sudah siap siaga sejumlah tentara Amerika yang memang sudah merencakan aksi ini untuk menangkap orang itu. Sayangnya, saya begitu pe-de bisa diselamatkan oleh para tentara itu. Begitu penjahat tiba di atap, saya tak siaga, para tentara pun sedang lengah karena penjahat tiba terlalu cepat, saya kena todong pistol. Sementara saya tak bisa memberi isyarat apa pun kepada para tentara, saya sudah pasrah akan ditembak mati oleh penjahat itu. Namun orang itu berubah pikiran. Tanpa diketahui oleh tentara, ia melarikan diri dan membiarkan diri saya tak berdaya... Terbangun, deh.  Malam sebelumnya, mimpi saya tentang kepulangan saya ke Indonesia. Saya berada dalam pesawat yang sedang landing, tidak di Cengkareng melainkan di jalan di depan rumah Ibu saya di Bogor. Lho,

New York: Siap, Grak!

Saatnya membuat daftar apa saja yang sudah saya siapkan untuk trip saya ke New York bulan depan. Visa, jelas sudah disetujui. Urusan ini yang pertama kali saya bereskan sebelum yang lain. Iyalah. Bagaimana mungkin saya bisa berkunjung ke Amerika jika visa tidak disetujui. Jadi, begitu saya mendapat kabar dari panitia cenference bahwa abstrak saya lolos seleksi, saya segera menyiapkan karya ilmiah yang akan dipresentasikan di sana. Sambil saya juga mencari informasi mengenai pembuatan visa Amerika. Sangat bersyukur karena di Perth, ada kantor konsulat mereka. Cukup mendaftar online, membuat jadual wawancara, dan membayar pendaftaran melalui kantor pos. Ketika hari wawancara tiba, saya bawa semua dokumen yang diminta. Ternyata sangat mudah dan sederhana. Tak sampai seminggu, saya sudah menerima passport dengan sticker visa menempel di dalamnya yang dikirim langsung ke alamat rumah. Saya tercengang mendapati visa saya berjangka lima tahun. Setelah visa di tangan, saya mulai geri

Rintihan Kuntilanak Perawan - Bagian 7

Bagian terakhir. Mari selesaikan penghakiman ini: Si Geulis dan Ulet Keket mengikuti si Tete Besar. Rupanya dia menemui si Botak. Lalu si Botak diajak serta ke villa tua oleh si Tete Besar. Dua perempuan ayu itu mengendap-endap. Mereka menghampiri aki-aki bersorban putih yang memanggil dengan gerakan tangannya. Aki-aki itu memberi pesan dan secarik kertas, lalu pergi. "Kemana aki-aki tadi?" tanya si Geulis kepada Ulet Keket. Ah, mereka pasti pura-pura. Mereka tahu kemana perginya. Tapi malah nyari di bawah kaki, seolah aki-aki yang menyapa mereka di depan villa tua itu sendal jepit.  Di dalam villa, si Botak sudah tanpa pakaian duduk di sebuah kursi. Bagaimana ceritanya? Sekali lagi, ini film sulap yang bukan sulap. Hingga film berakhir, tak jelas di mana ada rintihan, siapa yang jadi kuntilanak...

Membedah "Rintihan Kuntilanak Perawan" - Bagian 5 & 6

Menghakimi film "Rintihan Kuntilanak Perawan", dilanjutkan: Bagian 5. Si Culun mulai menggerayangi tubuh si Tete Besar. Saya menyangkan pemilihan actor yang tidak sepadan dengan tinggi badan si Tete Besar. Badan si Culun jadi tampak kerdil dibandingkan dengan badan si Tete Besar. Ternyata, si Tete Besar tak sudi dijamah-jamah. Ia mendorong si Culun hingga terpental dan menguber dia sambil memegang bor listrik. Atau bor berbaterei karena saya tak melihat ada kabel menjuntai.  Di tempat lain, si Geulis dan si Botak memanfaatkan situasi ditinggal orang tua. Ketika sedang tertidur pulas, si Geulis tebangun karena ada tetesan air (atau darah) dari langit-langit. Dia teriak ketakutan. Dia tahu dari mana sumber ketakutannya itu. Tapi ketika ditenangkan oleh si Botak, si Geulis sama sekali tak melihat ke arah langit-langit. Acting gagal.  Sudah pagi. Si Geulis masuk ke kamar si Tete Besar. Eh, ada dia tidur. Bukannya semalaman di cariin ? Bla bla bla ngomong. Ad

Membedah "Rintihan Kuntilanak Perawan" - Bagian 3 & 4

Mari kita lanjutkan membuat daftar cacat film ini: Bagian 3. Si Tete Besar berkenalan dan seorang Tokek Belang di lantai dansa. Adegan pindah ke sebuah toilet. Mereka tampak mulai melakukan hubungan intim di lantai. Si Tokek Belang sudah melorotkan celana panjangnya. Tak jelas apa yang mereka lakukan karena tiba-tiba sudah ada di luar ruang berdiri berhadapan di samping sebuah mobil. Sim salabim. Tak jelas juga mengapa sekonyong-konyong si Tokek Belang teriak sambil menatap muka seseorang berambut panjang, yang saya duga adalah si Tete Besar. Tahu-tahu si Tokek Belang lari tapi tak cuma dua langkah sudah melengking karena disabet sesuatu pungguhnya hingga berdarah. Lalu dadanya, lehernya. Tak terlihat ada luka di wajah. Si Tokek Belang mati karena dadanya ditancap hak sepatu oleh yang menyerangnya. Hebat juga, sekali injak, meskipun tanpa tekanan yang luar biasa, tapi bisa mematikan. Ketika polisi memasukkan tubuh mati si Tokek Belang ke dalam kantong mayat siangny

Membedah "Rintihan Kuntilanak Perawan" - Bagian 1 & 2

Tak sengaja saya menemukan "Rintihan Pocong Perawan" di Youtube, bersambung-sambung komplit. Film  ini, entah siapa yang jadi editor. Agak lompat-lompat tak indah potongannya. Satu frame dengan yang lainnya tidak saling  nyangkut . Penuh kejaiban yang bikin sakit mata.  Sambil menunggu kantuk, saya tonton sambil menulis catatan daftar cacat film yang maunya horor tapi malah tak lucu. Mari kita menghakimi. Film ini dipotong menjadi tujuh bagian. Terima kasih kepada pihak yang meng-up load film ini sehingga kita bisa menontonnya dengan gratis. Dibintangi oleh si Geulis Angel Lelga dan Tera Patrik, si Tete Besar.  Bagian 1. Film dibuka dengan ucapan-ucapan terima kasih kepada orang-orang yang tak penting bagi penonton: nyonya ini, tuan ini, nyonya itu, tuan itu... Apa sebaiknya diletakkan di bagian belakang saja? Lalu nama-nama pemain tampil: Angel Lelga, Andreano Philip, Chaterine Wilson, Tera Patrick. Entah deal apa yang dilakukan si Ulet Keket hingga nam

Jurnal Sabtu

The three leader candidates for PPIA WA Robby, my blog sneaker The bridge, between Barrack St and Beaufort St Hampir saja hari Sabtu kemarin diisi dengan kerja ketika Supervisor saya sudah mewanti-wanti akan ada kerja tambahan. Untungnya, malam dia memberi tahu bahwa saya tak perlu terlibat. Maka, saya konfirmasi ke sejumlah sahabat untuk bisa ikut semua acara yang sudah dijadualkan. Misalnya, rapat agung PPIA WA untuk pemilihan ketua yang baru, makan siang rame-rame di Northbridge, dan makan malam, lagi-lagi rame-rame, dengan seorang sahabat dari Malaysia. Padat acara. Namun begitulah cara terbaik untuk sekedar kabur dari rutinitas belajar. Biar otak tak terlalu panas memikirkan disertasi. Satu hal lain yang menyenangkan, seorang sahabat baru di PPIA WA, yang ternyata adalah pembaca blog saya. Sempat heran, ada juga yang bersedia membaca blog kosong ini.  Dan hari Minggu ini, kembali

Osama O-mati

Kematian Osama bin Laden, disambut beragam pendapat. Ada yang bersuka cita, ada juga yang menghujat, hanya karena yang mematikan pria berjanggut panjang itu adalah Amerika. Entah jika yang menangkap dia itu tentara Pakistan sendiri atau bahkan Arab Saudia. Saya tentu senang Obama telah meninggal, berharap sebagian dari kekacauan yang terjadi di muka bumi meredup. Saya memimpikan planet ini damai dan tenang. Membiarkan perang hanya ada di masa lalu. Masa kini dan nanti, mestinya kita hadapi dengan lebih kalem.  Saya senang bukan karena kematian Osama, tapi meniadakan simbol yang identik atau diidentikkan dengan kekerasan itu berarti melumpuhkan kekuatan dari kekerasan itu sendiri. Semoga saja ancaman teror yang sempat terlontar dari para pengikut Osama tidak benar-benar terwujud. Sudahi. Saya muslim, tapi tak gelap mata. Saya tidak memuja Amerika, tak membencinya juga; tak mengagumi negara-negara Arab, tak menghakimi mereka juga; tak setuju tak anti-Israel pula. Saya hanya

Studi Banding, Perlu Lho...

Saat ini sedang ramai dipergunjingkan kunjungan kerja anggota dewan ke berbagai pelosok bumi. Semua komentar bernada sama: negatif. Sebetulnya, studi banding ke luar negeri itu perlu apa tidak, ya? Alasan anggota dewan bepergian ke luar negeri, biasanya setelah mereka membuat draft undang-undang. Untung mengesahkannya, lalu mereka melakukan studi banding. Entah benar ada pengaruhnya, apa sekedar akal-akalan. Wallahualam.  Ketika umur saya masih muda, saya sudah sering melakukan kunjungan ke beberapa negara. Betul, dari sana saya seperti memiliki catatan tentang hal-hal menarik yang mungkin bisa menginspirasi untuk melakukan perubahan di dalam negeri. Saya bisa merasakan empati perbedaan itu karena saya naik subway, jalan kaki, tidur di backpacker hotel, dan membeli makanan termurah yang ada di kota-kota tujuan. Di mana saya bisa banyak berinteraksi dan mencicipi the real taste of the destinations . Mungkin akan beda jika saya tidur di hotel berbintang dan kemana-mana menggunakan s

Hoax from Mr Michael Smith

Lagi, orang yang mencoba menipu: The Uk National Lottery. 33, Old Barclay Avenue. London, L31 RD. United Kingdom. Dear Winner We are pleased to inform you of the final announcement that you are one  of our  end of year winners of the UNITED KINGDOM NATIONAL LOTTERY international Lottery programs. held on the 2nd of May 2011.The on-line caber lotto draws was  conducted from an exclusive list of 21,000 e-mail addresses of individual and  corporate bodies picked by an advanced  automated random computer search from  the Internet, no tickets were sold. After this automated computer ballot, your  e-mail address emerged as one  of three winners in the category \\\"A\\\" with  the following winning information:  You have therefore been approved to claim a total sum of  £1,000,000 (One million pounds sterling). REF No: UK/9420X2/68 BATCH No: 074/05/ZY369 TICKET No: 20511465463-7644 SERIAL No: S/N-00168 LUCKY No: 887-13-865-37-10-83 To file for your

Mimpi Dapat Hadiah Seorang Puteri

Terbangun tengah malam: mimpi. Saya mengikuti sebuah permainan kuis dalam sebuah event. Saya sedang menunggu giliran tampil. Peserta akan satu per satu dipanggil sambil membawa sesuatu untuk dipresentasikan. Saya membawa sebuah majalah yang sebagian isinya berhalaman kosong. Entah bagaimana, tiba-tiba saya sudah masuk ke sebuah babak dimana peserta yang sedang bermain harus berhadapan dengan sebuah pilihan dan siapa mengacungkan tangan untuk mengambil pilihan itu sebagai hadiah. Dalam pikiran saya, terbersit apa pun pilihan itu, akan saya ambil. Karena menunggu yang lain belum tentu akan lebih baik dari yang pertama dan belum tentu akan ada kesempatan lain bagi saya. Saya perlu memanfaatkan peluang.  Belum selesai pembawa acara menyebutkan pilihan baru, saya sudah mengacungkan tangan. Voila! Tiba-tiba semua peserta, termasuk pembawa acara dan penonton tertawa. Saya dihadiahi seorang puteri dari seorang konglomerat tajir di tanah air! Saya tak mengenal perempuan itu. Tapi peser