Skip to main content

Mimpi Dapat Hadiah Seorang Puteri

Terbangun tengah malam: mimpi. Saya mengikuti sebuah permainan kuis dalam sebuah event. Saya sedang menunggu giliran tampil. Peserta akan satu per satu dipanggil sambil membawa sesuatu untuk dipresentasikan. Saya membawa sebuah majalah yang sebagian isinya berhalaman kosong.

Entah bagaimana, tiba-tiba saya sudah masuk ke sebuah babak dimana peserta yang sedang bermain harus berhadapan dengan sebuah pilihan dan siapa mengacungkan tangan untuk mengambil pilihan itu sebagai hadiah. Dalam pikiran saya, terbersit apa pun pilihan itu, akan saya ambil. Karena menunggu yang lain belum tentu akan lebih baik dari yang pertama dan belum tentu akan ada kesempatan lain bagi saya. Saya perlu memanfaatkan peluang. 

Belum selesai pembawa acara menyebutkan pilihan baru, saya sudah mengacungkan tangan. Voila! Tiba-tiba semua peserta, termasuk pembawa acara dan penonton tertawa. Saya dihadiahi seorang puteri dari seorang konglomerat tajir di tanah air! Saya tak mengenal perempuan itu. Tapi peserta dan hadirin yang berada di sana seolah semua sudah mengetahui bagaimana sang puteri yang akan dihadiahkan ke saya itu.

Saya tak mau berprasangka. Saya akan menerima hadiah saya itu apa adanya. Saya berpikir ini hanya sebuah permainan. Tokh saya tak perlu menikahinya. Meskipun sebentar-sebentar terlintas bayangan, badan si puteri yang mungkin sangat besar atau wajah yang mungkin sangat buruk... Saya menunggu, berdebar. Saya yakin, akan menerimanya apa adanya. 

Saat deg-degan menunggu si puteri muncul, ngok, terbangun.

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.