Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2016

OktoberFest, Sebentar Lagi

Minggu pertama Oktober, ada deadline paper dan laporan penelitian, banyak banget! Padahal saya sangat moody. Sudah tahu deadline, kalau mood sedang off, sulit untuk diajak kompromi. Well, ada dua laporan penelitin yang harus selesai. Ada empat konferensi yang juga menagih untuk paper. Semua menumpuk di Oktober minggu pertama! Benar-benar OktoberFest.

Susahnya Cari Makan di Shanghai

Susah mencari makanan yang pas buat saya makan. Ada restoran Jepang yang saya jajal siang tadi. Menunya ternyata banyak mengandung babi atau bebek. Makanan Jepang yang biasa tampak di restoran Jepang di Jakarta, nyaris tidak ada. Well, akhirnya pilihan jatuh le udang goreng tepung. Malam ini, saya keluar rumah. Niat hati mencari makan. Kembali mengunjungi mall yang sebelumnya saya kunjungi. Setelah menelurusi setiap lantai di mall itu, akhirnya saya memutuskan untuk memesan jentang goreng saja, di McD. Cari aman.

Tentang Membenci Ahok

Beberapa waktu lalu, beredar video-video yang dibuat mahasiswa berisi ajakan untuk menolak Ahok karena dianggap kafir. Mereka benar, jika Quran menyatakan agar umat Muslim untuk tidak memilih pemimpin non-Muslim. Mereka bilang, mereka sedang berdakwah. Bagi saya, mahasiswa-mahasiswa itu, lupa, bahwa di bawah Quran, ada Pancasila dan UUD 45 karena mereka tinggal di Indonesia. Hukum di mana mereka berada, mengikat. Mereka harus patuh pada hukum yang berlaku. Kita tidak hidup sekedar untuk beragama saja, tapi untuk juga bernegara dan bermasyarakat. Bayangkan, seorang mahasiswa ilmu keperawatan berapi-api membenci manusia yang berbeda suku. Bayangkan, seorang mahasiswa kependidikan menghujat manusia lain yang berbeda keyakinan. Bayangkan jika mereka kelak terjun ke masyarakat mengamalkan ilmunya. Bayangkan, jika orang-orang seperti mereka ada di tengah masyarakat kita yang multikultur.

Hujan-hujanan

Waktu tadi pagi pamit mau jalan, nyonya rumah nawarin payung tapi saya tolak. Ketika ternyata hujan tak ada putusnya, saya merasa bodoh sekali. Semua orang di jalan yang saya temui pakai payung semua. Mungkin begini musim hujan di Tiongkok. Saya hanya mengandalkan jaket untuk nutupin badan biar tidak terlalu basah, dan tidak tembus tas karena betisi laptop.

Tahun Seminar

Begitu seorang sahabat saya tahu saya sedang di Tiongkok untuk sebuah seminar, dia bertanya: "Nggak bosen ikut seminar?" Saya hanya tertawa. Tentu, tidak bosan. Bagi saya, tahun ini adalah tahun seminar. Saya memiliki pulhan draft paper yang harus dipublikasikan. Tak apa saya bekerja sangat keras, tak apa saya mengeluarkan uang yang banyak untuk ini. So, selama ini sudah enam seminar saya ikuti: - Bandung dua kali, Oktober nanti akan ada satu kali lagi - Surabaya, mengantar enam orang mahasiswa - Bali, panitia penyelenggara - Yogyakarta satu kali, akan ada satu kali lagi - Malang Tahun ini, sembilan kali saya rasa sudah cukup. Sebelumnya, saya tak pernah sekalipun ikut seminar di dalam negeri. Tahun inilah saya ingin fokus di sini, biar lebih murah, biar bisa lebih banyak seminar yang bisa saya ikuti. Jika pun seminar yang di Tiongkok inj saya hadiri, ini karena biaya tiket dan hotel ditanggung panitia.

People I Met in Shanghai

The Bund

Penasaran dengan the Bund. Maka ketika diajak oleh teman saya ke sana, tentu saja saya setuju. So, setelah makan malam di restoran Jepang, kami berempat ke sana. Ternyata, sebuah pinggiran sungai yang karena pemandangan di seberangnya menarik, berupa landscape kota, banyak orang datang untuk melihat. Tak heran begitu banyak orang yang datang. 

Dinner Time about @NanjingEastRoad

Fudan University

Wayang Kulit di Shanghai Art Museum

Airbnb in Shanghai

Tanggal 14 September saya sudah tiba di Shanghai, padahal acara baru mulai tanggal 14 September. Artinya, saya datang dua hari lebih cepat, dan saya belum punya kamar untuk tinggal! Nekad. Sempat terlintas untuk tinggal di Grand Mercure, tempat conference akan diselenggarakan. Tapi melihat harganya, saya urungkan. Saya biarkan hati saya tak terganggu, sambil terus betjalan menikmati Shanghai. Lalu hujan yang awet. Saat itulah saya mencoba Traveloka dan Airbnb. Sampai akhirnya saya memilih sebuah kamar di sebuah apartemen di Xinzhuan. Di mana ini? Hahaha. Sebodo amat, yang penting dapat kamar. Tablet mati. Mana alamat yang akan dicari tidak jelas. Bertanya sana-sini pun tidak ada yang bisa bantu. Kecuali, seorang pria muda yang bahkan bersedia mengantar saya hingga ke apartemen yang saya tuju. Alhamdulillah. Apartemen tua, kamar sederhana. Semua hal di apartemen ini jauh dari unsur kemewahan. Namun bagi saya, hal ini bagian dari petualangan hidup, bisa mengalam

Number to Call

Kamar yang saya sewa, adalah salah satu kamar dari dua kamar sebuah apartemen tua. Tidak terlalu antik. Salah satu hal yang menarik perhatian saya adalah nomor-nomor entah punya siapa yang distensil di tangga dan dinding. Mungkin jasa sedot WC?

People Square

Begitu keluar bandara Fudong, saya menyadari tidak ada orang yang menjemput saya, karena tentu saja saya datang ke Shanghai dua hari lebih cepat. Mau ke hotel? Masih terlalu pagi. Lalu saya putuskan untuk jalan-jalan dulu. Ke mana? Bingung juga karena saya benar-benar tidak mempersiapkan diri untuk keluyuran. Tiba-tiba muncul ide untuk secara random memilih satu tempat, yakni People Square.  Setelah tanya sana-sini, saya dapat menaiki metro, sebuah jaringan kereta bawah tanah. Seseorang membantu saya membeli tiket. Seseorang lain membantu saya menunjukkan kereta mana yang tepat, Saya merasa diberkati.  Dua kali ganti kereta, tiba juga di People Square. Tapi sayang seribu sayang, hujan deras tiada henti. Tak ada yang bisa dinikmati.

Gerimis Menyambut di Shanghai

Gerimis menyapa begitu pesawat mendarat di bandara Fudong, Shanghai.

Pada suatu bandara

Menunggu pesawat berangkat di ruang tunggu bandara Soeta. Tiba-tiba beberapa petugas bandara menghampiri seorang penumpang pria berkebangsaan Tiongkok dan membawanya pergi. Sejumlah orang yang berada di sekitar penumpang itu bertanya-tanya. Belum sampai Tiongkok, tapi kuping saya sudah mendengar riuh gemuruh orang-orang bercakap entah Mandarin entah bahasa apa. Ternyata tentang pencurian handphone yang dilakukan oleh pria itu saat di antrian sinar x. Atas bantuan cctv, pria itu dalam hitungan menit sudah nenjadi tertuduh. Setelah ngobrol dengan petugas di ruang tunggu, saya jadi tahu bantak duduk persoalannya. Dan, kasus pencurian seperti ini dianggap serius. Nah lho. Alhasil, si pria ditahan entah untuk proses apalagi dan untuk betapa lama. Sementara isteri dan anaknya pulang sendiri. Begitulah drama hidup. Saya tanya ke seorang petugas bandara, mengapa orang itu harus ditahan padahal handphone sudah kembali. Katanya, orang itu bisa saja berpotensi melakukan pencurian lagi di dalam