Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2005

got pierced

just few days before lebaran, my big bro had an accident in sukabumi, west java. my big fam decided to see him. kasihan melihat dia, meringis kesakitan terus. nothing really bad happened, he just has two of his teeth stick off. gigi, lho! bagian depan pula. bagi saya, tak pernah rela rasanya kehilangan gigi depan. jadi teringat kejadian sekian tahun lalu. saya dan seorang teman menginap di hotel rama kuta, bali. suatu sore, saya berenang di kolam renang hotel. mungkin siangnya banyak turis yang turun dengan pasir di badan atau memang kolam tersebut lama tak dibersihkan, kolam itu keruh sekali. saya ambil posisi meluncur dengan gogle di mata. lompatan saya dalam sekali hingga tangan bisa menyentuh lantai kolam. saat itu gogle yang saya pakai bergeser. masih di sekitar lantai kolam, saya berusaha melepaskan gogle. saat itulah, gigi saya terantuk lantai. sedemikian kerasnya, hingga saya menemukan satu gigi bagian depan patah. patah hingga setengah! panik. saya segera beranjak

kereta api sedih

pada kereta api yang membawamu ke jantung rangkas bitung.tak ada kursi yang nyaman untuk diduduki.biarpun kau sebrangi semua gerbong yang ada.tak akan ada keistimewaan seperti yang kau harapkan pada menit kesembilan belas kau berada di dalamnya.di antara penumpang yang berhimpit dengan pakaian-pakaian lusuh yang dulunya mereka beli.entah di departmen store kabupaten entah mereka jahit sendiri.kau akan merasakan empati yang sangat.kau akan merasa kesenangan yang bersahaja seperti yang mereka rasai.kau akan merasa kesusahan yang sama dengan kesusahan yang mereka hadapi.kau akan berbahasa, bergestur, dan bercahaya mata yang sama coba kau sambangi gerbang-gerbongnya. pada gerbong entah kelima atau keenam.akan kau dapati wajah-wajah sedih yang dominan.karena pada kereta api yang gerungnya terdengar sangat menyedihkan ini.kau dapati seorang serdadu duduk pilu memandang hamparan sawah tanpa petani di atasnya.dia baru saja mendengar kabar tentang isterinya yang lama dia tinggal

One Pacific Place, SCBD

Sambisari Temple

Ratu Boko Temple

Jeeping About Yogyakarta

Jeep hasil pinjeman. Sangat berjasa untuk menemani berkeliling pelosok Yogyakarta.

River Trough

Siang itu sebetulnya kami bersemangat sekali untuk mendatangi tukang pijat di sebuah kampung. Begitu mobil diparkirkan, kami rebutan menuju rumah si tukang pijat. Ketika tiba di rumah si tukang pijat, nyali kami seorang demi seorang ciut setelah tahu bahwa pemijatnya adalah seorang nenek tua. Hanya Ibeth yang pasrah menerima keberuntungan, kebetulan dia yang paling pertama memasuki rumah si nenek itu. Dari pada bengong, kami bermaksud mengitari kampung. Pelet masih setia jadi guide. Ketika melewati sebuah jembatan yang sangat bagus, kami melihat genangan air di bawah. Sungai! Meskipun sungainya kecil, tapi genangan itu membuat adrenalin kami untuk bermain air sedemikian membumbung. Kami nekad saja meskipun letaknya jauh di bawah jembatan.

Back to Selo: the Mission Accomplished

Merbabu is so tempting. Next trip, anyone?

The Summit: Together

The Summit: Puncak Garuda

Lega, bahagia, puas rasanya setelah menginjakkan kaki di puncak Merapi. Semua penderitaan dalam pendakian hilang.

Merbabu View, on the Way to Merapi Summit

Di belakang adalah gunung Merbabu. Cantik dan fotogenik. Lumayan memberikan pemandangan yang asyik, saat nafas ngos-ngosan mengejar puncak Merapi. Merbabu memang letaknya berhadapan dengan Merapi.

The Summit, Very Soon

Puncak Garuda, puncaknya gunung Merapi, sudah di depan mata. Tinggal satu atau dua jam perjalanan lagi, kami segera tiba di sana. Saat-saat yang mendebarkan. Veri tak ikut naik. Ia menawarkan diri untuk jaga tenda saja. Heran juga. Dari kiri ke kanan: Edo, Tyty, Yan, Pelet, Elizabeth, Usep.

Batu Gajah: Free Style

Edo dan Tyty bergaya suka-suka di atas Batu Gajah.n Pelet dengan dress code lebarannya.

Batu Gajah: Meeting Point 2

Perjalanan kami di hadang oleh sebuah batu raksasa. Para pendaki menamainya Batu Gajah. Hari sudah sore, kami sepakati untuk membuka tenda di sekitar batu besar ini. Besok paginya, kami baru lanutkan perjalanan menuju puncak. Once, vocalis band Dewa, baru saja meluncurkan singlenya: Dealova. Saya belum hapal benar tapi sangat suka dengan lagu itu. Tak ada yang hapul seluruh lirik lagu Dealova. Setiap pendaki dari kami menyumbang sepotong demi sepotong dari lirik lagu itu hingga akhirnya utuh jadi satu lagi. Bersama-sama kami sering menyanyikan lagu tersebut. Untuk menghibur diri saja agar tak terlalu memikirkan rasa letih. Ada tiga buah tenda yang kami buka: Tyty dengan Elizabeth, Veri dengan Pelet, aku bertiga dengan Edo dan Yan.

Ready to Climb

Namanya naik gunung, tak perlu memikirkan apakah warna ini match dengan warna itu, apakah pakaian ini cocok dipadupadankan dengan pakaian itu. Yang penting adalah fungsi, kenyamanan, dan aman.

Selo

Kami tiba di daerah Selo sangat pagi. Ini kampung terakhir sebelum kami melakukan pendakian. Di kawasan ini ada pasar dimana kami bisa membeli beberapa perlengkapan, terutama air minum. Puncak Merapi sangat jelas terlihat. Namun beberapa menit kemudian tertutup kabut. Sebentar kemudian terang lagi. Begitu seterusnya. Karena masih harus menunggu seorang teman, pendakian sempat tertunda kira-kira tiga jam.

Long Road to the Top