Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2011

Lagi, Jadi Cleaner

Begitu tiba kembali di Perth, segera saya membuat daftar apa saja yang harus saya lakukan. Salah satu yang terpenting adalah menghitung uang yang tersisa di tabungan: agak mengkuatirkan. Namun tak mau gelisah.  Menunggu panggilan untuk terlibat di pekerjaan yang biasanya- field interviewer, setelah cuti panjang-ternyata belum juga ada tanda-tanda. Saya teringat seorang mantan boss, waktu saya kerja sementara menggantikan seorang sahabat. Saya kirim pesan ke dia, siapa tahu ada lowongan. Alhamdulillah. Hanya dua hari setelah itu, ia menghubungi. Ada pekerjaan jangka pendek yang bisa saya ambil jika mau. Tentu saja saya mau.  Tahun lalu, sekitar satu setengah bulan, saya menjadi cleaner, bersih-bersih kantor setiap sore hingga malam. Kali ini pun pekerjaan yang ditawarkan sama. Apapun asal halal. Pagi ini, diantara rintik hujan dan hawa dingin, saya menyetir jauh ke selatan untuk bekerja membersihkan sebuah panti jompo.  Menjadi cleaner untuk para mahasiswa PhD di Australia

Winter: Cerita Hujan

Sudah seolah tidak pernah ada selesainya. Sejak tadi malam hingga malam lagi, Perth terus diguyur. Untuk kota gurun seperti ini, hujan pastilah sangat baik air persediaan air untuk setahun penuh tettap terjaga, danau-danau tetap terisi, dan sungai terus tergenang. 

Scarborough Beach

Arah pulang, saya memilih jalur pesisir ke utara berharap bisa mampir sejenak di Scarborough Beach. Angin laut sangat deras. Segerombol orang bermain selancar, sisanya berjalan dan berlari di sepanjang garis pantai. Ketika saya parkir, matahari sudah layu kemerahan.  Basil tampak segar setelah sepanjang perjalanan tidur pulas. Ia sibuk bermain dengan imajinasinya, meskipun sekali-kali merengek setiap kali pandangannya ia lempar jauh ke tengah laut. Basil memang belum punya keberanian untuk bisa berdekatan dengan gelombang laut. 

Herdsman Lake, Osborn Park

Ada satu urusan di sekitar Osborn Park. Saya melihat sebuah danau dengan lingkungannya yang terjaga baik. Bersama istri dan Basil, sejenak menikmati alam sunyi yang damai itu. Hebatnya Australia Barat, bahkan di tengah kota pun orang masih bisa dimanjakan oleh apiknya pemandangan alam. Paru-paru serasa bersih kembali.

Perth, Lagi

Kembali ke Perth. Rencana, ada seorang sahabat yang akan menjemput di bandara. Tapi setelah satu jam ditunggu tak terlihat batang hidungnya (maklum, jadual kedatangan Jetstar yang jam 1.30 pagi itu, bikin mata susah melek), saya putuskan untuk naik taksi ke kota, biar nanti disambung naik kereta. Tadinya sempat berencana naik bis, tapi baru ada jam 4am. Saya sempat bandingkan, jika dari bandara ke kota, saya mungkin akan membayar sekitar 36 dolar, berdasarkan pengalaman lalu. Sementara naik bis, perorang 18 dolar. Kalau berdua, sama saja dengan ongkos taksi. Saya harus berpikir sehemat mungkin. Tiba di stasiun, baru ngeh kalau jadual kereta pertama ke Joondalup jam 5.25am. Ada dua alternatif, menunggu atau kembali cari taksi. Tapi istri saya memilih alternatif pertama. Baiklah.  Prasasti di lantai stasiun Perth Jari tangan Basil terjepit pintu otomatis penumpang  Dini hari. Saya anggap, udara masih hangat meskipun sudah memasuki winter. 

Buntut Borobudur

Sebelum meninggalkan Jakarta nanti malam, saya sempatkan ke Cafe Bogor di Hotel Borobudur untuk menikmati sop buntut-nya. Jarang-jarang menemukan sop buntut seenak itu di tempat lain.

Terbang Kembali ke Jakarta

Saatnya pulang ke Indonesia...

Orchard Rd

Selera orang tentang tempat-tempat favorit saat berkunjung ke suatu kota atau negara bisa saja berubah. Namun Orchard Road ternyata masih memiliki denyut yang tak terkalahkan.

Boat Quay

Espalanade Park

Raffles Place

Sing Sing Singapore...

Masih jetlag, sudah harus terbang lagi. Kali ke Singapore, mengajak Ibu dan keluarga saya holiday. Basil mengamati pemandangan bandara Soeta, siap take off Changi, sejenak setelah mendarat

Aktifis Falun Gong, PA

Ternyata, aktivitas Falun Gong ada juga di Philadelphia. Saat itu saya sedang mengitari Independence Square dan menemukan mereka menggelar event. Sebuah tenda, sederet meja dengan gembar-gembor kedjoliman pemerintah Cina terhadap pengikut gerakan ini. Sejujurnya, saya sendiri belum paham benar dengan apa yang mereka lakukan, kecuali bermeditasi. Kalau cuma bermeditasi, mengapa harus ada yang cacat fisik segala rupa, ya?

The Museum of Art, PA

Bye Bye Amerika

Sopir yang menjemput saya tak berhenti bicara di telpon entah dengan siapa entah dengan bahasa apa. Ada lima penumpang lain dalam mini bus itu. Lalu lintas padat. Jam 6pm, saatnya orang pulang kerja. Selama perjalanan dari Manhattan ke bandara, pikiran dan perasaan saya campur aduk. Ada sensasi yang berkecamuk, antaran senang karena akan pulang dan sedih karena sepertinya belum cukup menjelajahi tanah Amerika. Bye, bye, Amerika. Dengan visa yang berlaku hingga lima tahun ke depan, tinggal menulis paper dan mencari tempat seminar yang tepat, saya insyaallah bisa kembali ke tanah impian banyak orang ini. Well, hanya untuk sejenak berkunjung, bukan untuk hidup di sana. Siluet deretan gedung di Manhattan island

Back to Manhattan

Kembali ke NYC, mampir ke Tone on Lex untuk packing dan bersiap kembali ke tanah air. Langit mendung, sebentar gerimis, sebentar diam. Saya akan kangen hiruk pikuknya. Mungkin, siapa tahu, kelak saya punya rezeki untuk benar-benar kembali ke pulau mahal ini. Saya sudah order online mobil jemputan, biar tak repot masuk keluar subway dan mengejar bis. Apalagi pada jam sibuk seperti itu. 

Lincoln Memorial, DC

Rocky

Film tahun delapan puluhan, "Rocky", dianggap berjasa dalam mempromosikan kota Philadelphia. Selain jadi icon souvenir, untuk mengenang moment itu, pemerintah kota telah membuat patung dan tapak kaki pemeran tokoh Rocky, Sylvester Stallone. 

Mural Arts

Saya terkagum-kagum dengan banyaknya karya seni mural di sejumlah dinding bangunan di Philadelphia. Keren. Karya ini dibentuk dari potongan keramik dengan imbuhan pesan-pesan sosial. Mural at China Town

China Town, PA

A City on Display, PA