Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2006

AiDS Campaign

AiDS Campaign

Berikut adalah poster-poster kampanye anti aids dari Jerman. Dari gambarnya, target audience dari kampanye ini sepertinya adalah para pria penyuka pria.

Happy Helloween!

Mimpi Nenek Tua

Ah, entah jam berapa. Mungkin jam 2 lewat. Saya biarkan jendela terbuka untuk medapatkan angin. Di luar sunyi. Menjelang pagi. Saya meneruskan pekerjaan yang sejak beberapa hari ini membunuh liburan lebaran saya. Hingga badan berasa kelu, Saya niatkan untuk istirahat sejenak. Sambil menelungkup, saya giring pikiran kepada kondisi meditasi. Diawali oleh semburat-semburat cahaya, pandangan saya kemudian dilengkapi berbagai cuplikan gambar bergerak yang tak dapat saya kenali peristiwa-peristiwa apa. Hal-hal yang umum dialamai oleh orang-orang yang sedang bermeditasi. Guru meditasi saya bilang, itu kotoran meditiasi. Tak boleh dilekati. Lalu saya kembali ke kesadaran awal. Selanjutnya, antara kesadaran dalam meditasi dan tidur, saya dibawa sesosok gaib yang tak terlihat. Terbang melintasi banyak ruang dan tempat-tempat asing. Tak ada kekuatiran. Saya membiarkan diri lepas dan menikmati sensasi petualangan. Pada sebuah ruang yang lapang, ada sebuah dipan dengan sosok kurus berbaring

Denias Senandung di Atas Awan

Bring it On, All or Nothing

Well, saya menonton komplit serial film ini: Bring it On, Bring it On - Again, hingga Bring it On - All or Nothing. Bukan karena saya terobsesi untuk menjadi one cheerleader man . Film tentang kehidupan anak sekolah selalu menarik perhatian saya. Siapa pun akan setuju jika seri pertama lebih menarik, lebih menghbiur, lebih bisa mengajak penonton untuk goyang dan bersenandung. It's about cheerleader world: competition, beauty contest, and high moves. Tapi bukan berarti harus mengenyampingkan acting pemain, koreografi, dan alur cerita. Film ini sama sekali tak punya sisi kelebihan. Konflik dibangun dan diselesaikan dengan sangat sederhana. Tak ada greget.

Time to Leave

Another french movie. Apa yang akan Anda lakukan jika tiba-tiba dokter memvonis bahwa hidup Anda bersisa tiga bulan lagi? Mau berjuang untuk mengalahkan vonis itu atau menerimanya dengan segala kelapangan? Film ini mestinya bisa berbuat banyak untuk menghanyutkan perasaan penonton ke dalam kegalauan dan kesenduan yang dialami tokoh utama. Namun dengan gaya bertutur yang kurang melankolis, film ini berasa datar saja. Atau ingin menggiring penonton pada ketegaran menghadapi hal terburuk dalam hidup? Tidak juga. Bintang kita bermain sendiri tanpa menyebarkan semangat menghadapi kematian. Ada rantai komunikasi yang hilang antara tontoanan dan yang menonton. Atau memang sengaja komunikasi itu tak dibangun untuk memberi batas kenyataan dan cerita khayalan? Ini film tentang seorang homoseksual dan toleransi yang tinggi antara tokoh utama kita dengan keluarga, kekasih, kolega, orang asing... Tentang emansipasi masa lalu, kini, dan masa depan yang tak pernah ada. Tentang mem

Dorm 2

Saya tak suka film horor. Apapun alasannya. Saya tak ingin bermain-main dengan adrenalin untuk alasan yang tidak jelas. Namun, jika kemudian saya menonton film 'Dorm 2' buatan Thailand ini sampai habis, itu karena saya memang menyukai film -film bertema anak-anak. Sebetulnya, bagaimana saya bisa memulai menonton film ini karena sejak awal saya tak curiga bahwa film ini bergenre horor. Untungnya tak terlalu banyak adegan yang mengejutkan. Saya bisa menonton film ini dengan santai. Seorang anak yang menjelang remaja, menyaksikan ayahnya yang sedang melakukan hubungan seks dengan wanita yang bukan ibunya. Karena kekuatiran saya ayah, anak itu lalu dikirim ke sebuah sekolah berasrama. Selain mendapatkan gerombolan teman-teman baru, anak pendiam ini pun mendapatkan 'teman' satu teman khusus yang lalu menjadi sahabatnya. Uniknya, sang sahabat ini hanya bisa dilihat oleh mata kepalanya sendiri. Ibu asrama digambarkan orang yang sangat tertekan. Bukannya, tan

Lie with Me

Tidak terlalu penting juga menonton film ini. Terlalu sederhana. Terlalu biasa. Tak ada yang menarik untuk dibicarakan. Kecuali, satu hal yang tak terlalu umum di film-film buatan Amerika: mempertotonkan alat kelamin.

Crank

jika mau ke bioskop, kadang memang penting membuat perencanaan mau nonton apa. Jika tidak, hasilnya Anda hanya akan menonton film yang justeru sebetulnya ingin Anda hindari. Saya tak mengatakan bahwa film action bukan film favorit saya. Beberapa judul film action saya suka. Tapi jika film itu lebih banyak menyajikan kebrutalan, mending saya tak menontonnya. Contohnya, hingga sat ini saya tak akan pernah tertarik menonton Kill Bill. Saya menyuaki film laga berjudul 'Transporter' yang juga dibintangi oleh Jason Statam. Tapi 'Crank' terlalu brutal.

20 Nuits

Libur lebaran beberapa hari. Ketika semua orang keluar rumah untuk berbagai keperluan, saya memilih di rumah menghabiskan detik demi detik umur menonton DVD. Salah satunya adalah film '20 Nuits'. Film ini digrap oleh para sineas Prancis. Tokoh utama pria diperankan oleh seorang aktor asal Vietnam, sedangkan tokoh utama wanita dibawakan oleh seorang aktris Prancis. Karena - setting -nya di Jawa Tengah, beberapa pemeran pendukung adalah seniman dan warga Jawa. Jangan lihat acting para pemainnya. Jalinan ceritanya justeru yang unik karena mengangkat mitos dan kehidupan sehari=hari masyarakat jawa. Lumayan menarik. Bayangkan: mistis Jawa bercampur dengan mistri Vietnam dan sensualitas a la Prancis! Hasilnya sebuah film yang tak akan lolos sensor dari LSF kita.

Lebaran Blues

Sepertinya banyak orang sudah mulai berkemas menyiapkan hari lebaran. Ya, ini hari terakhir bekerja. Yang belanja, yang pulang kampung. Saya tak pernah secara gempita menyambut lebaran, kecuali hari dimana saya harus mengakhiri puasa. Sejujurnya, saya tak menyukai hari lebaran. Saya tak pernah punya kenangan indah dengan lebaran. Saya tak pernah rindu akan lebaran. Lebaran adalah mimpi buruk. Lebaran bagi saya lebih baik tak perlu melaluinya.

When the Hero Goes to be Metrosexual

Kampanye iklan yang kreatif dan unik untuk sebuah merek pakaian pria. Maka Superman pun perlu identitas baru.

Aceh Trip: Governor Wanna Be

Desember nanti, pesta demokrasi akan diselenggarakan di Aceh. Yang istimewa, selain berlangsung pemilihan gubernur, pemilihan ini juga untuk memilih bupati/walikota dan camat. Di mana-mana digelar berbagai spanduk, poster, umbul-umbul, sampai billboard berisi wajah-wajah para calon pemimpin.

Aceh Trip: Becak

Becak yang dikenal di Banda Aceh berbentuk sepeda motor yang menggandeng semacam gerobak yang telah dilengkapi roda. Becak ini bisa mengangkut orang dan bisa juga barang. Beberapa becak menggunakan pelindung.

Aceh Trip: Bohemian Rhapsody

Mereka bukan sepasang kekasih yang sedang kasmaran sehingga hujan panas sedia ditanggung bersama. Kelihatannya mereka pekerja dari sebuah projek. Pekerjaan sektor imformal menjadi sebuah pilihan bagi kaum urban untuk bisa survive.

Aceh Trip: Labi-labi

Angkutan umum yang populer di Banda Aceh adalah labi-labi, sama seperti angkot di berbagai belahan kota di tanah air lainnya. Saya belum pernah mencobanya. Setiap orang yang dekat dengan labi-labi, pasti pada ganjen mendadak. Soalnya, semua kaca jendela labi-labi berupa cermin. Tapi jangan keasyikan berkaca apalagi sampai harus memonyong-monyongkan bibir, karena para penumpang dari dalam angkutan terseubt akan sangat jelas melihat keluar.

Aceh Trip: Pasar Tumpah

Saya menyebutnya pasar 'tumpah'. Bayangkan, padahal sudah ada bangunan pasar yang bagus, tapi dibiarkan kosong di belakangnya. Yang penuh terisi adalah lahan kosong di antara bangunan pasar dan jalan raya. sebetulnya tipikal pasar di Indonesia. Hal ini terjadi karena adanya kolusi antara pedagang tradisional dengan pejabat lokal. Coba kalau semua pihak tertib. Lingkungan akan bersih, nyaman. Pembangunan berjalan sesuai target.

Do You Miss Me

- Get Your Own

Aceh Trip: Perjalanan Menembus Awan

Karena sebuah pekerjaan di Aceh, Selasa dini hari saya sudah berada di bandara untuk terbang ke kota Serambi Mekah itu. Selepas sahur, walaupun mata sangat berat, saya bertahan untuk tidak jatuh tertidur. Kalau itu kejadian bisa celaka. Saya bisa tertingal pesawat dan jadual meeting mesti mundur keesokan harinya. Jadual penerbangan ke Aceh tak banyak pilihan. Maka, ketika jalanan masih gelap gulita, saya memutuskan lebih baik menunggu di lounge bandara. Beberapa kali saya pernah tertinggal pesawat. Alasannya, karena datang ke bandara telat. Itu biasanya kalau harus berangkat pagi. Masih mending jika kota yang akan dituju memiliki jadual penerbangan yang banyak. Jika tidak? Bisnis bisa melayang. Dan saya tak ingin kejadian begitu terulang. Ini kunjungan saya untuk kedua kalinya ke Aceh. Banyak kesan yang saya dapat dari alamnya, orang-orangnya, dan keinginan untuk selalu kembali dan keinginan untuk segera meninggalkannya. Jangan berharap terlalu tinggi, untuk apa pun. Saya terbiasa den

Menghapus Nama

Saya pernah merasa perlu menghapus sejumlah nama dalam kehidupan saya. Entah karena putus cinta atau sakit hati karena pertemanan atau karena alasan lain. Cara demikian kadang bisa mengurangi beban hati. Andai menghapus memori sedemikian mudahnya, saya akan melakukannya dengan cara apapun. Namun tentu saja hanya waktu yang dapat melakukan. Waktu yang akan mengubur kenangan tentang orang-orang itu. Jika saya diperlukan tidak adil, saya selalu terdorong untuk menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Tapi kadang penjelasan saya tak juga dianggap penting bagi sang lawan. Dari pada terobsesi, saya memilih menghapus nomor telepon atau jejak lain yang akan menggiring ego saya untuk terus mengejar orang-orang itu untuk 'memecahkan' masalah. Buang waktu. Buang energi. Biarkan saja. Dan saya semoga terlepas dari penyakit hati. Minta maaf, then good bye. Make it simple. Jika orang tersebut susah amat memaafkan, bukan urusan saya lagi.

Week End Escape

Rasanya bahagia sekali bisa menikmati week end tanpa diganggu banyak urusan. Akhir pekan lalu, saya menghabiskan waktu dengan mengikuti kelas meditasi, again. Semakin sering saya melakukannya, semakin banyak pengalaman ganjil penuh kenikmatan yang saya rasakan. Kata guru meditasi, itu namanya 'kotoran' meditasi. Jangan terjebak untuk tetap di sana. Kalau masa-masa itu lewat, apakah kenikmatan lain yang lebih nikmat? Sepulang dari kelas itu, beberapa sahabat bertanya. "Sudah dapat pencerahan apa?", "Bagaimana meditasinya?" Saya percaya, tak akan ada jawaban yang memuaskan mereka selama mereka tak menggunakan 'bahasa' yang sama. Saya tak bisa menjelaskan dengan sederhana. Karena meditasi itu rumit dan tidak mudah.

Pasrahkan, Semua Indah Adanya

Salah satu klien saya akan menyelenggarakan sebuah acara buka bersama. Saya perlu hadir untuk melakukan sejumlah observasi. Waktunya bersamaan dengan kewajiban saya mengajar. Hati saya berucap. Saya ingin semua kegiatan lancar dan saya tetap bisa memenuhi tugas-tugas. Ya, mungkin keinginan yang berlebihan. Namun, puji semesta, acara klien saya mundur dan saya tetap bisa hadir di hadapan mahasiswa-mahasiswa bengal yang sangat saya cintai. Beberapa hari lalu, saya mendapat sebuah pemberitahuan bahwa kantor saya memenangkan sebuah pitching untuk sebuah pekerjaan di Aceh. Karena tanggal terus bergerak menuju dateline, saya mesti buru-buru mengatur perjalanan ke Kota Serambi Mekah itu. Lagi-lagi, saya berucap. Saya akan ke sana dengan hati yang tenang jika semua kewajiban saya di Jakarta sempurna saya jalani. Dalam waktu dekat saya juga punya sebuah kelas meditasi di Ciloto, Bogor. Saya tak ingin serakah untuk bisa hadir di semua tempat. Biarlah hanya yang betul-betul menghendaki saya saja

Philippines, Here I Go!

Apa yang perlu terjadi di setiap akhir tahun, selalu membuat saya gundah. Saya terbiasa melakukan sesuatu. Tahun lalu, saya melakukan seminggu meditasi di Vihara Mendut. Tahun sebelumnya saya melakukan perjalanan Singapore, Malaysia, hingga Thailand dengan railing. Backpacking. Untuk tahun ini pun. Maka ketika banyak orang sibuk membeli tiket untuk pulang kampung menjelang lebaran, saya sibuk pula mencari tiket. Bukan untuk pulang kampung, tentunya. Tapi untuk melepas pergantian tahun! Seperti tradisi tahunan, untuk akhir tahun kali ini pun sebetulnya sudah direncanakan jauh-jauh hari. Saya sudah mengincar China atau Vietnam atau India. Saya membuat bendera-bendera kecil bertuliskan nama-nama negara itu yang saya tempel di dinding. Supaya berpergian ke salah satu negara tersebut menjadi anchor di kepala saya. Semoga juga semesta turut bekerja keras agar keinginan saya bisa tercapai. Namun sesuatu melintas di kepala saya ketika saya siap booking . Phil

DogCycle

Dua hal yang selalu saya idamkan sejak kecil dan tak pernah saya miliki adalah seekor anjing dan sebuah sepeda. Hingga saat ini pun, saya masih akan menyimpan kedua keinginan itu. Sayangnya, saya belum akan mewujudkan keduanya kecuali jika saya telah memiliki sebuah rumah dengan halaman luas. Hmm. Kapan, ya?

Fraud: Wendy Witkamp

Email ini, masuk ke inbox Yahoo saya dan dapat dipastikan sebagai hoax, bohong, penipuan: Entah berapa kali saya mendapat SMS kejutan seolah saya pemenang dari undian berhadiah dari Matrix atau bahkan Flexi, dua brand selular yang saya langgani. Pada awalnya, tentu saya senang. Tapi tak pernah bisa sampai hanyut tertipu untuk menelpon dan mengikuti instruksi dari para penipu. Dengan berbagai logika, saya bisa singkirkan akbiat-akibat buruk yang mungkin timbul. Saya pernah dengan sangat ekspresif setiap kali menerima kabar baik atau bahkan buruk. Namun, ketika jalan meditasi saya tekuni, emosi-emosi berlebihan bisa saya kontrol. Semua saya takar dengan keseimbangan yang sama. Syukurlah. Sore ini saya dikejutkan oleh email yang datang dari GOOGLE INFO. Memberikan bahwa saya memenangi lotre pemilihan account Gmail dari seluruh dunia. Tak tanggung-tanggung, saya berhak mendapatkan uang cash sebesar satu juta euro! Hari, gini! Untung saya tidak langsung kalap jumpalitan. Sege

Book I Read: Facing Athens

Dicari yang Mencari

Apakah saya sedang mencari pekerjaan baru? Beberapa tahun lalu, ketika saya mengajukan surat pengunduran diri pada atasan, dia berujar: "Tak akan ada tempat bekerja yang lebih enak dari pada di sini, " katanya serius. Saya sangat sebal. Jelas tak mungkinlah. Menurut saya waktu itu, tempat baru selalu akan lebih baik dari tempat lama. Lanjutnya, "Berpikirlah bahwa inilah pelabuhan terakhir dimana kamu bisa nyaman dan fokus pada pekerjaan." Saya menolak keras. Saya pikir, justeru saya harus selalu bersikap bahwa dimana pun dan kapan pun saya berada, bersikaplah untuk selalu siap 'mencari' pelabuhan lain. Sangat perlu memiliki cita-cita. Lalu di kantor lainnya, ketika saya pun berniat untuk melakukan perjalanan ke 'pelabuhan' lain, atasan saya bilang: "Dimana pun, bekerja itu akan selalu sama." Saya dengarkan. Saya pikirkan supaya saya benar-benar bisa paham. Namun tidak.Ketika saya bicara kebutuhan, tak akan ada hal yang bisa menghibur saya.

Stranger on YM

Saya selalu menghindari chatting melalui internet. Tidak begitu suka. Walaupun kiri kanan rekan kerja memanfaatkan fasilitas ini untuk beragam kepentingan, saya memilih untuk tidak. Suatu ketika saya memulainya dengan menggunakan Yahoo Messanger . Sekali dua, ya saya jalani ketika ada waktu lowong. Tapi tetap saja, saya tak mendapatkan chemistry apapun dengan teknologi ini. Sampai suatu ketika, saya membiarkan sejumlah nama baru masuk dalam list teman saya, bahkan orang-orang asing yang tak saya kenal sekalipun. Ah, menyenangkan juga. Bicara hal-hal baru dengan orang-orang baru tentang beragam hal. Walaupun kami belum kenal secara langsung. It is fine. Setelah itu ada kencan? Hmm... Perlu keberanian untuk bilang ya. Dan saya melakukannya! Tuhanku, padahal saya sudah bersumpah untuk tidak melakukannya lagi. Sejujurnya, saya paling tak suka blind date. Paling tidak suka. Bodoh. Buang waktu. Penuh resiko. Saya tak ingin mengecewakan dan juga dikecewakan. Mereka yang

Memeditasikan Hati

Banyak cara dilakukan orang untuk diam. Namun tak banyak yang benar-benar diam kecuali berpikir. Diam tanpa berpikir, yang ada hanya sebuah pengendapan jiwa ke ketenangan. Untuk melihat diri lebih dalam. Siapakah aku.

Memeditasikan Keinginan

Ketika panggilan itu tiba dan saya memang sangat menginginkannya, terjadilah. Hati berucap, semesta mempersembahkan. Saya mendaftar untuk sebuah kelas meditasi di daerah Cobodas, Bogor yang diselenggarakan week end lalu. Jika melihat jadual pekerjaan, sepertinya agak sulit untuk ikut. Namun, lagi-lagi saya ikhlas saja dengan apa yang memang seharsnya perlu terjadi. Jika saya dikehendaki, saya akan ada di mana pun dengan segenap jiwa dan raga. Tiba-tiba saja, semua hal yang saya kira bisa menghalangi, menyingkir dengan sendirinya. Dengan santai, saya melengang ke Cibodas.