Skip to main content

Philippines, Here I Go!

















Apa yang perlu terjadi di setiap akhir tahun, selalu membuat saya gundah. Saya terbiasa melakukan sesuatu. Tahun lalu, saya melakukan seminggu meditasi di Vihara Mendut. Tahun sebelumnya saya melakukan perjalanan Singapore, Malaysia, hingga Thailand dengan railing. Backpacking.

Untuk tahun ini pun. Maka ketika banyak orang sibuk membeli tiket untuk pulang kampung menjelang lebaran, saya sibuk pula mencari tiket. Bukan untuk pulang kampung, tentunya. Tapi untuk melepas pergantian tahun!

Seperti tradisi tahunan, untuk akhir tahun kali ini pun sebetulnya sudah direncanakan jauh-jauh hari. Saya sudah mengincar China atau Vietnam atau India. Saya membuat bendera-bendera kecil bertuliskan nama-nama negara itu yang saya tempel di dinding. Supaya berpergian ke salah satu negara tersebut menjadi anchor di kepala saya. Semoga juga semesta turut bekerja keras agar keinginan saya bisa tercapai.

Namun sesuatu melintas di kepala saya ketika saya siap booking. Philippines! Dan tiba-tiba tiket pulang pergi sudah di tangan. Apa yang akan saya lihat di sana? Well, pertanyaan bagus. Karena saya juga tak banyak tahu tentang negara itu. Yang saya ingat, sejak kecil, saya terlalu mengagumi negara ini melalui prangko-prangko yang dikoleksi oleh seorang kakak perempuan saya.

Dan seperti biasa, saya akan melakukannya dengan backpacking. Hmmm. Indahnya hidup.

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.