Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2010
Saat orang di sekeliling saya sibuk terlibat dalam pesta halloween, saya sibuk bekerja dan menyelesaikan penelitian. Well, belum saatnya bersenang-senang sekarang... Ayo, semangat...

Mimpi Menembus Langit

Source:  bikeholidays.eu Sehabis sholat subuh, saya tidur lagi. Begitu terbangun sekitar jam 2.30am, saya sengaja tidak tidur dulu, menunggu waktu shubuh. Setelah shubuh, baru saya tidur. Ingin bangun siang, bermalasan di hari Minggu ini. Suhu kamar lumayan dingin. Saya lupa memasang pemanas ruang tadi malam. Bermimpi. Tiba-tiba badan saya membumbung ke awang-awang, cepat dan makin cepat, tinggi dan makin tinggi. Kaget, berdebar, namun sangat sadar sehingga saya tak henti berdoa. Saya melihat ke bawah, tampak kepulauan Indonesia bersinar keemasan. Saya begitu pasrah sehingga tak ada sedikit pun ketakutan. Saya bahkan sempat sesumbar. "Ya Allah, apapun yang terjadi dengan diriku, aku serahkan segalanya pada-Mu..." Setelah sangat tinggi mengangkasa, gerakan badan saya berubah. Bergeser ke arah kiri. Saya merasakan angin berhembus kencang. Bukan saya yang mengendalikan. Tapi sesuatu yang gaib dan entah apa. Di atas saya bidang hitam sangat luas dengan taburan banyak

Mimpi Mengantar Jenazah Bersama SBY

Source: Presidenri.go.id Terbangun. Dalam mimpi, saya bersama presiden SBY mengantar jenazah seorang prajurit yang meninggal. Wajah beliau murung, tergesa. Tak ada kata yang terucap. Tak ada upacara militer yang menyertai, seperti biasanya anggota TNI yang hendak dikuburkan.

Pahlawan Nasional untuk Mbah Maridjan: According to Pak Menteri

Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring , dalam account twitter-nya, entah iseng atau memang serius, berwacana menjadikan Mbah Maridjan sebagai pahlawan nasional. Please, deh.

Spam: AZT.com

Seringkali, setiap saya mau mengakses blog saya dengan mengetik suhudugly.blogpsot.com, terganjal dengan spam dari AZT.com. Alih-alih mendapatkan halaman blog saya, saya malah mendapatkan tampilan website mereka, dengan alamat blog saya. Saya tidak tahu apakah ini juga menimpa blog-blog orang lain? Saya bukanlah tindakan terpuji melakukan penyerangan pribadi dengan cara demikian. Mereka mempresentasikan tentang kebenaran suatu kepercayaan. Well, tanpa mengurangi rasa hormat pada ajaran aliran tersebut, menurut saya sebaiknya mereka melakukan tidak dengan mengganggu orang lain. Saya ingat-ingat, kejadian ini dimulai sejak dua tahun lalu. Sempat, beberapa bulan terakhir menghilang. Tapi muncul lagi sekarang. Saya akhirnya bisa masuk ke blog saya dengan melalui google terlebih dahulu. Sebagian isi dari web itu: THERE ARE APP. 10,285 PROPHECIES IN THE BIBLE AND EVERY ONE UP TO THIS TIME HAS COME TRUE WITHOUT ONE SINGLE EXCEPTION? THE FOOL HAS SAID IN HIS HEART THERE IS NO GOD-Ps 14:1. (1)

Pemilu Senat di ECU

Beberapa hari ini saya terlibat dalam pencalonan anggota senat mahasiswa. Tiba-tiba saja tercemplung karena ide seorang sahabat. Well, selama kuliah dulu, saya tak berminat tergabung dalam sebuah organisasi resmi. Saya sangat suka kesibukan, tapi memilih yang tidak resmi. Lebih merdeka, bebas, tanpa protokoler. Jika sekarang bersedia tentu saja karena spirit saya untuk belajar segala sesuatu tentang Australia. Saya yakin suatu saat nanti akan berguna. Tiga hari pemilihan. Saat ini masih berlangsung. Tak banyak mahasiswa yang mau menyumbang suara ternyata. Mereka cuek saja dengan event ini. Salah satu tugas saya menyebarkan poster mengingatkan dan mengajak mereka untuk mau datang ke meja pemilihan. Urusan terpilih atau tidak, saya rasa tidak perlu dirisaukan. Saya hanya menjalani apa yang sudah saya mulai. Jika kelas jelas terpilih, baru saya pikirkan serius apa yang akan saya lakukan.

Duka Pertiwi

Jakarta banjir. Macet dimana-mana. Tanpa banjir saja sudah macet. Ditambah banjir makin menjadi-jadi saja. Baca status orang di Facebook dan Twitter hampir semuanya seragam. Begitulah. Lalu ramai-ramai orang menyalahkan Gubernur DKI. Gara-gara salah satu tagline dalam kampanye dia yang mengklaim dirinya sebagai ahli, sekarang orang menagih sang Gubernur menunjukkan keahliannya mengatasi banjir. Nah, lho! Revolusi komunikasi telah memenangkan dia, revolusi ini pula yang kini menggerogoti dia. Banjir Jakarta, longsong di Papua, gempa di Padang, tsunami di Metnawai, dan letusan Merapi serempak meluluhlantakkan tanah air. Jika kita bijaksana, mungkin tak perlu menyalahkan pemimpin kita. Siapa pun dia, bencana adalah kehendak semesta. Indonesia dengan segala kekayaannya, juga dilimpahi segala bencananya. Well, semoga lekas sembuh, tanah air tercinta.

Studi Banding, Yuuuk...

Program studi banding anggota DPR ke Yunani ternyata mengundang kerusuhan. Sweeping yang dilakukan oleh sebagian orang di tol menuju bandara benar-benar menunjukkan keputusasaan mereka terhadap ulah anggota dewan. Mengapa mereka tidak setuju? Mengapa mereka diprotes? Apa yang salah dengan studi banding? Studi banding, baik anggota DPR atau pegawai negeri manapun sepertinya sudah jadi rahasia umum. Ada kegiatan yang serius, ada yang mungkin memang sekedar menghabiskan anggaran dengan berkedok studi banding. Jadi heboh karena kegiatan ini diumumkan sebelum kegiatan berlangsung dengan menelan angka sangat tinggi. Konon, setiap orang mendapat jatah 28 juta rupiah per hari. Hebat banget . Jika saya seorang pejabat publik dan punya kuasa atas sebuah komando termasuk pengeluaran uang, saya akan banyak menugaskan anak buah saya ke luar negeri. Mengapa? Supaya mereka melek dan belajar. Harus ada sesuatu yang didapat yang kemudian bisa meningkatkan kualitas mereka sebagai individu dan organisasi

Dari Tarot hingga Zodiak

Dengan kartu tarot dan remi sudah saya jajal. Sekarang saya lagi mencoba-coba meramal orang dengan membaca energi dari tangannya: telapak, jari-jari, kepalan, dan segala lekuk yang mereka buat. Beberapa pola kejadian bisa saya ungkap. Sisanya, kadang membingungkan. Lalu dilema datang. Perlukah 'kemampuan' saya melamar terus dipelihara? Saya takut dengan ancaman Tuhan jika saya tak bergeming. Namun di satu sisi, saya ingin menolong orang-orang. Eit, menolong atau mencari kesenangan? Yeah, kadang keduanya. Tapi yang jelas, untuk mencari keuntungan materi saya rasa tidak. Saya bisa pastikan, semakin getol bersembahyang malam dan berdoa, semakin peka perasaan saya untuk bisa menerka apa yang akan terjadi atau untuk membaca masa lalu seseorang. Saya bukannya berdoa agar kemampuan ini semakin terasah, berdoa yang lain-lah. Seperti signifikan. Agar bisa berdamai dengan hati dan perasaan, tanpa ingin melanggar ancaman Tuhan, saya berusaha untuk membatasi hanya 'membaca' pola ma

Hoax from Mr. Karim Ahmed

Email ini, masuk ke inbox Yahoo saya dan dapat dipastikan sebagai hoax, bohong, penipuan: Dear Friend, This is a confidential and secret transaction of $25.2m I am Mr. Karim Ahmed, the General operation director Audit and Accounts in our bank African development bank (A.D.B) I have the opportunity of transferring the sum of (25.20mUSD).This fund originally belonged to one of our bank customer who died in theyear 2003. Therefore,I request you kind assistance to stand as the next of kin to the deceased person for the claim of the said fund as I am going to direct you because I have study and perfectly arrange the transaction before contacting you. I only need you to provide an account where this fund will remit and stand as the real next of kin till the fund transfer into your account. The reason why I contacted is because I am not financial buoyant enough to handle this transaction alone and I sick for your hand assistance for both of us toachieve this fund into your accoun

Dimana-mana Ada Orang India

Sebuah nada sinis atau mungkin cemburu, terlontar dari seorang pembaca artikel dari ABC online yang berjudul "Survey picks ACT, WA as standout economies" , 25/10/10. Dituliskan bahwa ACT atau Canberra dan Western Australia adalah dua negara bagian di Australia yang paling makmur. Kata pemberi komentar itu: "Australia used to be a great country, but with so much regulations, taxes, over amount of overseas students, expecially from india, our children won't get a job or buy house. Melbourne is becoming a second city of India. Everywhere I go there's indians. Not many Aussies working like they used to." Saya memang tak meragukan komentator itu. Saya merasa orang India memang ada di mana saja, bukan saja di Melbourne, tapi juga di Perth. Tidak saja di Australia, tapi juga di Singapura, Malaysia, dan Inggris. Di Australia, saya bertemu orang-orang India di rumah kos, di ruang kerja, tetangga, di stasiun, shelter bis, dalam bis, dalam kereta, di toko-toko dan res

Pekerjaan Kedua: Interviewer

Tinggal di Australia, jika sekedar kuliah rasanya kurang pas. Apalagi uang beasiswa yang kita terima hanya bisa untuk hidup pas-pasan. Sebagian mahasiswa menganggap tinggal di luar negeri adalah kesempatan untuk bekerja, mengumpulkan uang. Saya yang tadinya idealis akhirnya setuju juga. Maka saya harus bergerak lebih agresif untuk mencari peluang kerja. Suatu ketika saya mengirim banyak lamaran kerja. Untungnya sebagian besar dari bisa saya lakukan lewat internet. Murah, mudah, dan cepat. Ada untuk jadi cleaner , resepsionis, pengantar buku telpon, pemetik buah, koordinator event, crew restoran, hingga tukang kebun. Pekerjaan apa saja yang lamar. Ada yang menanggapi, ada juga yang mengabaikan. Beberapa yang menanggapi, misalnya, sebuah restoran ayam yang mau buka cabang baru. Saya dipanggil untuk sebuah wawancara. Optimis saja, namanya juga diundang datang. Begitu tiba di kantor mereka, saya agak heran karena kebanyakan yang datang anak-anak SMP dengan diantar ibu mereka. Pewawancara
Seringkali saya merasa bahwa hidup saya betul-betul belum dimulai jika saya belum menyelesaikan suatu hal yang saya idamkan.

Melaut di Whitfords Beach

Dari tempat saya melakukan penyebaran buku telepon di daerah Hilarys, pekerjaan sampingan saya, laut tampak kebiruan menggoda. Begitu hari terakhir saya menyelesaikan projek, masih sekitar jam 10. Saya arahkan mobil ke pantai. Tak ada sesiapun yang turun ke laut. Beberapa orang menyusuri pantai berolah raga. Dan laut begitu mengundang untuk dicicipi. Tanpa berpikir panjang, saya melucuti pakaian dan langsung terjun. Brrrr... Serasa masuk ke kubangan air es. Tak lebih dari menit rasanya saya berenang. Terlalu dingin. Itu mengapa tak ada orang yang berani main air. sepagi itu. Well, setidaknya hasrat saya terpuaskan.Melaut

Kisah Ag

Sekali lagi, media Indonesia sudah bertindak tidak proporsional dalam pemberitaan yang menyangkut kasus mantan finalis Idola Idol dengan perempuan berinisial Ag. Pembunuhan karakter, pemberitaan yang sepihak, dan asumsi-asumsi diumbar hingga seolah semua tergiring dengan sukses olah hasutan pengacara dan orang-orang dekat pelaku. Intinya, Ag terhakimi sebelum ia sendiri bertemu hakim yang sesungguhnya. Masyarakat sudah mencap dia sebagai perempuan tidak baik, pembual, dan pencari sensasi. Sepertinya Undang-undang Pers harus ditegakkan dengan lebih baik lagi. Wartawan-wartawan infotainment perlu ditatar lagi dan para editor harus mengikuti fit and proper test. Katakan, jika benar korban mau diajak bermalam di sebuah hotel. Lalu dia tak keberatan untuk bermesaraan. Namun begitu si korban bilang 'hentikan' karena dia berubah pikiran, seharusnya kejadian itu tak perlu berlanjut. Harus ada respect di sana. Saya setuju jika korban untuk sementara sembunyi hingga kasus ini masuk pe
Maaf, saya merasa sedang tidak bersaing dengan siapapun dalam hal apapun. Saya punya cita-cita, tapi saya tak perlu terobsesi. Santai saja. Sekedar punya keinginan, lalu ikhtiar untuk mewujudkan. Jika tercapai pasti saya akan bersyukur, jika tidak, mungkin ada hal yang lebih baik buat saya. Tak harus kecewa. Maka, jangan ganggu saya. Biarkan saya bekerja.

All by Myself

Sendirian saja Loper buku telepon In the class

Lolos "Contribution Matters! V2"

Sebuah email dari PPI-Australia menyejukkan hati. Abstrak saya lolos seleksi. Kelak, paper yang selesai tepat waktu akan diterbitkan dalam sebuah buku dengan karya-karya mahasiswa lain yang terpilih. Waktu pengerjaan paper cuma satu bulan. Semoga saya bisa lancar mengerjakannya. Rupanya, ini kedua kali Perkumpulan Pelajar Indonesia di Australia ini mengadakan kegiatan serupa. Buku yang kelak bernama Contribution Matters! V2 ini akan diedarkan secara global dalam bahasa Inggris. Buat penulis pemula seperti saya, tentu ini sebuah pengalaman yang mendebarkan.

Indomie: Agenda Siapa?

Indofood sedang berduka, salah satu produk jagoan mereka yang bernama Indomie sedang kena masalah di Taiwan. Dampaknya, ternyata merembet ke Hong Kong dan Singapura. Jika akhirnya mie instan itu tak ada lagi di pasaran, yang repot pastilah konsumen yang sudah terbiasa mengkonsuminya. Menurut sejumlah artikel online yang saya baca, mayoritas pembeli Indomie di Taiwan adalah para pekerja Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti jika mereka akan kehilangan Indomie: 1. Rasa. Jika sudah terbiasa dengan rasa Indomie, mungkin akan sulit berpindah ke mie merek lain. Apalagi, seperti di Australia misalnya, tak ada mie instan merek lain kecuali Indomie. Mie merek lain memang ada seperti buatan China dan Jepang, misalnya. Tapi rasanya sangat aneh di lidah orang kita. 2. Halal. Indomie sudah jelas halal. Sementara mie instan buatan negara lain tidak jelas. 3. Pengobat kangen dengan tanah air. Merantau di negeri orang untuk kurun waktu tertentu, sering kali bikin rindu negeri sendiri. Salah satu cara

Protes Tera

Pendidikan sex yang baik dan benar bagi masyarakat kita memang sangat perlu agar para pelakunya dapat terhindar dari penyakit kelamin menular dan kehamilan yang tidak direncanakan, termasuk juga untuk menekan angka kejahatan sex. Namun bukan dengan mengijinkan penerbitan majalah Playboy, membiarkan pekerja asing yang berkonotasi dengan sex seperti Miyabi dan Tera Patrick. Produser yang mengontrak Tera berujar, alasan penggunaan Tera untuk mendongkrak pasar perfilman di Indonesia yang lagi lesu. Hallo...! Lesunya perfilman dalam negeri terjadi hampir di seluruh negara di dunia, kecuali Amerika dan India. Jadi juragan film ini tak perlu bicara seolah dia menjadi penyelamat negara. Kita harus sepakat bahwa dampak yang ditimbukan dari kedua aktifitas ini, penerbitan majalah dan pembuatan film, sangat buruk. Kehadiran mereka menjadikan kegiatan pornografi menjadi sangat kasual dan lumrah. Dan ini berbahaya. Meskipun apa yang sesungguhnya terjadi masih dalam baas kewajaran. Kita perlu sama-s

Masa Orientasi Pejabat Baru: Bermalam di Lapas

Saya membayangkan, setiap pejabat pemerintah atau anggota dewan yang baru diangkat, harus melalui masa orientasi dengan mengunjungi lembaga pemasyarakatan. Jika perlu mereka bermalam di sana. Supaya mereka punya kesempatan untuk berkontemplasi agar mereka punya cita-cita untuk sebisa mungkin menghindari perbuatan yang dapat menyeret mereka ke tempat itu. Mereka harus melakukan interaksi dengan para tahanan, terutama tahanan yang terkena kasus penyalahgunaan wewenang dan jabatan. Masa orientasi bisa dilanjutkan dengan melakukan tour ke hutan-hutan di Sumatera, Kalimantan atau Papua. Bisa juga ke perkampungan kumuh, tempat pembuangan sampah, gedung-gedung sekolah yang mau roboh, tempat penampungan anak-anak jalanan, tempat pelacuran... Intinya agar mereka terasah kepekaannya. Apa mungkin?

Wanneroo Markets

Sabtu, 9/10/10. Satu tempat yang kami kunjungi sebelum pulang adalah Wanneroo Markets yang lokasinya sangat dekat dengan kampus. Pasar ini hanya buka tiga hari; Jumat, Sabtu, dan Minggu. Pengunjungnya sangat ramai, bahkan agak susah untuk mencari tempat parkir. Selain produk perkebunan, barng-barang yang paling banyak dijual di sana adalah produk-produk kerajinan tangan dari manca negara, seperti Indonesia, India, Afrika, Cina, selain kerajinan warga Aborigin. Orang datang ke pasar ini tak sekedar untuk berbelanja, tapi juga bisa diramal karena ada tukang tarot juga, dipijat, untuk makan dan melakukan hobby tertentu, misalnya bermain magic cards . Hari itu kebetulan sedang ada Magic Cards Together Championship. Tua muda, berkumpul adu main kartu. Saya baru kali ini melihat ada permainan kartu semacam itu.

Yanchep National Park

Sabtu, 9/10/10. Mengunjungi Yanchep National Park di bagian utara kota Joondalup, di luar rencana yang telah dibuat. Ide ini tiba-tiba saja saya lontarkan ke ketiga sahabat saya yang hari itu sama-sama mengunjungi Strawberry Field Farm di Neerabup, Wanneroo. Dari perkebunan ke taman nasional ini hanya membutuhkan waktu sekitar 7 menit. Saya tak akan membandingkan dengan taman nasional yang ada di Indonesia, karena sejujurnya, taman-taman milik Indonesia tak akan tertandingi. Namun yang hebat di Australia ini, mereka memiliki manajemen dan kreatifitas yang hebat. Sehingga tujuan seperti Yanchep National Park ini menjadi layak dikunjungi bagi segala umur dengan banyak aktifitas yang bisa dilakukan. Misalnya, ada restoran, toko souvenir, penginapan, jogging track , toilet di setiap sudut taman, tempat barbeque , kebun binatang mini yang koleksinya hanya kanguru dan koala, lapangan golf, dan goa. Semua diinformasikan dengan baik, disuguhkan dengan baik, dan dikelola dengan baik pula. Satu

Strawberry Field Farm, Neerabup

Sabtu, 9/10/10. Hanya berkendaraan sekitar 15 menit dari kampus Joondalup, saya dan tiga orang sahabat sudah tiba di Strawberry Field Farm, di kawasan Neerabup, Wanneroo. Perkebunannya sangat luas, terdiri dari kebun kecil untuk tujuan pariwisata dimana pengunjung boleh memetik sendiri dan kebun besar yang hasil panennya untuk tujuan ekspor dan retail ke toko-toko. Pengunjung lumayan banyak meskipun tidak bisa dibilang membludak. Tapi mereka sepertinya tidak bertahan lama di sana, setelah memetik langsung pulang. Tidak tempat santai yang memadai dimana pengunjung beristirahat sejenak. Entahlah, mungkin konsepnya memang sengaja dibuat seperti itu. Namun yang pasti, setelah saya hampir setahun tinggal di Perth, saya tidak cukup mendengar informasi tentang wisata kebun ini. Rasanya memang kurang memadai informasinya. Sebetulnya, di sepanjang jalan menuju perkebunan ini, ada sejumlah perkebunan strawberry lain yang juga terbuka untuk turis. Sayang, saya belum pernah ke perkebunan strawberr

Cerita dari Perpustakaan SD

Terbangun sekitar jam 3 pagi. Tiba-tiba teringat beberapa peristiwa ketika saya masih di SD, antri untuk menyewa buku cerita. Buku perpusatakaan koleksi sekolah tidaklah banyak, hanya satu lemari saja. Kami tidak memiliki ruang perpustakaan khusus. Perpustakaan ini dikelola oleh seorang guru yang mengajar di kelas satu. Saya lupa mulai kapan saya punya kebiasaan meminjam buku. Itu saya lakukan hampir setiap hari. Padahal tidak gratis. Masa peminjaman satu minggu untuk satu judul buku. Jadi jika saya pinjam dua, saya boleh mengembalikan dua minggu berikutnya. Daftar buku ditulis panjang pada satu karton berwarna krem (atau putih) yang dibungkus plastik. Murid tinggal menulis nomor buku yang akan disewa pada secarik kertas kecil dan menyerahkan pada pak guru. Hampir semua buku terbitan dari Balai Pustaka. Buku-buku bersampul plastik ditata rapi dalam sebuah lemari kaca. Seringkali saya memilih buku bukan karena judulnya, tapi karena alasan tebalnya. Semakin tebal semakin saya cari karena

Mimpi Ibu

Dua orang yang paling kerap mengunjungi mimpi saya adalah Ibu dan Basil, anak saya. Ah, mungkin saya terlalu kangen dengan mereka. Namun dari dua nama itu, yang paling sering lagi muncul adalah Ibu. Dalam satu malam bisa dua hingga tiga kali beliau hadir. Malam ini, misalnya, pada mimpi pertama tentang sebuah perjalanan ke sebuah tempat dengan banyak orang. Pada mimpi kedua, Ibu muncul di antara banyak orang yang seolah adalah anggota keluarga, dalam sebuah rumah. Dalam mimpi kemarin, saya bersama Ibu menangkap ikan. Mungkin otak saya tidak terlalu beres saat pergi tidur. Ya, saya terlalu tegang dengan apa yang saya kerjakan sekarang di Australia. Bulan September lalu, Ibu memasuki usia 68. Alhamdulillah. Saya tak berhenti berdoa semoga beliau terus diberi kesehatan, jiwa dan raga, tentu saja karena sebagian besar anaknya tinggal merantau di luar kota. Terakhir bertemu, saya melihat Ibu sudah mulai melamban gerakannya. Rambutnya lebih memutih, begitu juga retinanya. Iya, s

Wall Street

Oliver Stone sudah gaek, sudah loyo, sudah tak bisa lagi bikin film bermutu baik. Maka, film 'Wall Street' yang merupakan sequel dari film tahun jebot lebih mirip iklan berlian yang bedurasi dua jam daripada sebuah film yang sarat konflik.

'Bertemu' Julia Robert

Di bioskop Lakeside Shopping Centre, Joondalup, film terbaru Julia Robert 'Eat, Pray, Love' dalam waktu dekat akan diputar. Saya menahan diri untuk tidak membaca sinopsis apapun yang berhubungan dengan film itu. Biar nanti saja saya luangkan waktu untuk menonton langsung. Sambil penasaran dengan reaksi orang-orang Australia terhadap film tersebut. Saya sering menyaksikan bahwa orang-orang sini sangat kurang suka pergi ke bioskop. Tapi karena salah satu lokasi syutingnya di Bali dan bagi sebagian besar orang Australia Bali adalah nostalgia mereka, akankah mereka memiliki anthusiasme yang tinggi untuk menonton film ini?

Pesan Buat yang Mau Kuliah di LN

Belum lama saya memberi nasihat kepada seorang sahabat yang tertarik untuk kuliah ke luar negeri. Belum apa-apa sudah sibuk membandingkan pendonor mana yang memberikan uang lebih banyak kepada mahasiswa. Pesan ini, bukan untuk mereka yang mau kuliah dengan uang orang tua sendiri. Saya bilang, sebaiknya jangan dulu mengkuatirkan apakah uang yang akan diterima cukup untuk hidup layak atau tidak. Hal yang terpenting dilakukan adalah: - Tulis dulu proposal penelitian - Cari supervisor di universitas mana pun di negara yang kita mau - Daftar secara resmi ke universitas yang kita mau, jika supervisor sudah dapat - Cari supervisor dan daftar juga di universitas lain, sebagai cadangan supaya kita punya pilihan - Pastikan punya skor IELTS yang memadai sesuai dengan syarat yang diminta oleh universitas yang kita mau. Jika skor masih kurang, cepat-cepat ambil tindakan. Apakah perlu kursus atau bagaimana. Intinya, jangan buang waktu. - Pastikan menderima surat penerimaan dari universitas yang kita

Melayani Australia

Karena saya sudah pindah tempat tinggal, yang tadinya di bagian selatan Perth, sekarang di bagian utara Perth, sudah saya putuskan untuk berhenti bekerja sebagai pengantar buku telepon. Saya punya alasan karena jaraknya terlalu jauh, menghabiskan waktu dan bensin. Tapi si cantik Jane, supervisor saya, menawarkan agar saya bergabung dengan tim yang mengelola bagian utara Perth. Karena alasan saya memang karena jarak, saya terima tawaran itu dengan senang. Setelah beberapa hari off karena sibuk di kampus, hari ini saya mulai lagi 'melayani' Australia. Hahaha. Hal sepele memang, sekedar mengantar buku telepon dari satu rumah ke rumah lain, dari satu kantor ke kantor lain. Tapi saya merasa menjadi manusia berguna bagi bangsa ini. Biarpun pekerjaan sederhana, saya sangat menikmati dan betul-betul bisa belajar banyak tentang masyarakat Australia, khususnya di bagian barat benua ini. Misalnya, ternyata rumah-rumah di wilayah Victoria Park banyak yang memiliki panggung kayu. Para pen

ECU Student Guild Voting

Sedang ada pemilihan ketua senat mahasiswa di kampus. Kebetulan saya lewat, saya sempatkan untuk berpartisipasi. Saya diminta untuk memilih dua dari lima kandidat yang tersedia. Setelah itu, kertas suara di masukkan ke dalam kotak. Meskipun saya tidak kenal satu pun dari para calon pemimpin itu, setidaknya saya punya pengalaman terlibat dalam pemilu gaya Australia, meskipun cuma setingkat kampus.

The Rainbow Flag

Ketika di Jakarta Q! Film Festival, acara pemutaran film bertema gay dan lesbian, dipersoalkan, di Perth, justeru bulan Oktober ini, yang disebut-sebut sebagai bulannya kaum gay dan lesbian dirayakan dengan dukungan banyak pihak. Tak tanggung-tanggung, empat universitas besar di Western Australia, seperti Edith Cowan University, Murdoch University, Curtin University, dan University of Western Australia, Selasa, 5 Oktober, secara serentak mengibarkan bendera pelangi sebagai simbol dukungan terhadap persamaan hak-hak kamu yang dianggap minoritas itu. Tak ada yang terusik. Mereka yang tak perduli, menganggap angin lalu. Mereka yang peduli, mungkin bersuka cita atau sekedar untuk tahu saja ada kegiatan itu. Tak harus jadi persoalan besar ternyata.

SARA: Ketika Perbedaan Jadi Bibit Permusuhan

Gara-gara tulisan saya di sebuah milis dianggap SARA padahal menurut saya sangat tidak, saya jadi tertarik untuk mengetahui apa sesungguhnya yang dilakukan orang lain yang menurut saya betul-betul SARA. Saya lalu menemukan sebuah blog dengan alamat http://roysianipar.wordpress.com . Penuh perkataan SARA. Membaca sebagian artikel dan komentar-komentar yang ditayangkan pembaca, membuat saya terkekeh. Bisa-bisanya karena alasan membela agama, mereka berseteru meskipun hanya di dunia maya. Entah jika mereka akhirnya bertatap muka, apakah akan sampai adu jotos segala. Satu pihak membanggakan agama tertentu, pihak lain menghinakan. Hingga kata-kata kotor terlontar begitu saja. Sangat prokovatif emang. Kalangan yang membela Islam menghujat Yesus. Padahal dalam Islam sendiri, Yesus adalah Nabi Isa. Menghina Yesus, bukankah berarti menghina nabinya sendiri? Well, berbeda pendapat boleh saja, apalagi berbeda keyakinan. Saling membandingkan keyakinan satu dengan lainnya pun boleh saja. Tapi jik

Jurus-jurus Hidup Selamat di Indonesia

Melihat sejumlah periswtiwa yang terjadi di tanah air, sepertinya jika mau selamat hidup di Indonesia, tanpa kuatir mendapat ancaman fisik maupun mental, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Anda perlu beragama sesuai dengan agama mayoritas. Tapi ini pun belum cukup, karena dalam agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk ini pun terdapat sejumlah aliran. Maka, pilihlah aliran yang peminatnya banyak. Karena jika anda jadi minoritas, hidup anda akan tidak pernah tenang setiap saat. Misalnya, anda dan komunitas anda akan sulit mendirikan rumah ibadah, sulit mendeklarasikan apa yang menjadikan keyakinan anda, rumah anda diserang atau malah anda dikeroyok hingga babak belur, sulit mengekspresikan diri dalam berbusana dan dalam bergaul dengan lawan jenis. Referensi: kasus Ahmadiyah, HKBP, Aceh. 2. Anda perlu ikut terlibat konspirasi KKN, jika anda menjadi seorang pegawai pemerintah atau berhubungan dengan mereka. Jika tidak, anda tidak akan pernah mendapat pemasukan lain selain gaji

Ahmadiyah, Kisahmu Kini

Turut prihatin dengan adanya kasus penyerangan warga ahmadiyah di wilayah Ciampea, Kabupaten Bogor. Mengerikan jika satu kelompok masyarakat sudah main hakim sendiri terhadap kelompok masyarakat yang lain. Terlepas dari keyakinan yang mereka peluk itu benar atau salah, adalah salah jika harus melakukan tindakan kekerasan sedemikian rupa. Bukankah agama Islam sendiri sudah memberikan jaminan kepada siapapun untuk memeluk agama yang diyakini masing-masing? "Untukku agamaku, untukmu agamamu..." Kita tak perlu saling memaksakan kehendak untuk memastikan diri bahwa agama yang kita anut adalah yang terbaik. Percayai, jalani. Itu saja. Tak harus mengganggu dengan apa yang diyakini orang lain. Ahmadiyah bukanlah kelompok arisan, yang jika dibubarkan urusan akan selesai jika masing-masing anggota sudah menyelesaikan kewajibannya dan menerima haknya. Ini soal keyakinan, dogma. Pasti tidak mudah mencerabut sesuatu yang sudah lama kita yakini di hati, kalbu, otak, jiwa dan raga, untuk k
Proposal sudah saya selesaikan, lagi. Semoga tidak ada lagi perombakan dari supervisor. Jika ada, mabok benar rasanya. Tinggal mungkin menunggu pemeriksaan dari departemen bahasa untuk memperbaiki tulisan saya agar sesuai dengan kaidah penulisan dalam bahasa Inggris yang baik dan benar. Agar tidak suntuk benar, sementara saya tak punya kesibukan lain, saya alihkan perhatian saya untuk mengerjakan penelitian lain. Sudah menjadi kebiasaan, mereka ide, menulis, melacak jurnal dan menuangkannya jadi tulisan. Semoga bisa saya selesaikan sesuai target waktu yang saya buat. Biar saya bisa bangga dengan diri sendiri, bisa produktif untuk mengejar target 25 penelitian sesuai dengan 'proposal hidup'. Ada dua kontes penulisan paper yang coba saya ikuti. Pertama, kontes yang diadakan PPIA-Australia. Saya sudah mengirimkan abstraknya. Tinggal menunggu pengumumannya. Kedua, kontes yang diadakan oleh LSPR. Waktunya hampir bersamaan. Pengennya bisa lolos ke babak terpenting. Namun jika pun tid
Beberapa waktu lalu saya ke Australian Red Cross buat donor darah. Karena saya pernah kena malaria, agak ragu juga apakah saya bisa lolos screening atau malah tidak boleh sama sekali. Ternyata kan waktu itu boleh. Tapi beberapa waktu berikutnya, saya mendapat satu surat dari mereka. Ada tes khusus yang harus saya jalani lagi. Jumat siang kembali ke sana untuk mereka ambil sampel darah saya. Saya berharap ada hasil yang menggembirakan. Saya bisa terus mendonor sekaligus kesehatan saya pulih. Setidaknya, malaria saya bisa terkontrol. Inilah salah satu manfaat jadi donor. Hitung-hitung, saya melakukan kontrol kesehatan secara berkala. Dan gratis.

Misionaris Tele-Marketing

Misionaris di Australia, sudah seperti pedagang asongan. Menawar-nawarkan program di jalanan kepada siapa saja yang menurut mereka pantas untuk didekati. Setelah itu, mereka akan meminta nomor telepon kita. Selanjutnya, mereka berubah fungsi menjadi seperti tele-marketing. Terus menelpon kita sampai kita bilang ya atau mungkin tidak. Saya sedang menikmati camilan sambil mendengarkan kumpulan lagu top 50 Billboard di depan State Library ketika seorang pria muda menghampiri dan meminta waktu saya untuk berbincang. Pria itu memperkenalkan diri sebagai seorang misionaris dari sebuah aliran kristiani. Saya dengan senang hati menyetujui. Tidak ada salahnya, saya pikir, mendapat teman bicara dan mendapat sebuah 'pengetahuan'. Setelah lama bicara, obrolan tentang agama bergeser ke hal-hal ringan seputar kehidupan sehari-hari. Malah dia membiarkan saya bertanya-tanya tentang dirinya. Bertemu dengan misionaris seperti dia bukanlah hal pertama kali. Tapi bicara panjang lebar seperti itu m