Skip to main content

Pasrahkan, Semua Indah Adanya


Salah satu klien saya akan menyelenggarakan sebuah acara buka bersama. Saya perlu hadir untuk melakukan sejumlah observasi. Waktunya bersamaan dengan kewajiban saya mengajar.

Hati saya berucap. Saya ingin semua kegiatan lancar dan saya tetap bisa memenuhi tugas-tugas. Ya, mungkin keinginan yang berlebihan. Namun, puji semesta, acara klien saya mundur dan saya tetap bisa hadir di hadapan mahasiswa-mahasiswa bengal yang sangat saya cintai.

Beberapa hari lalu, saya mendapat sebuah pemberitahuan bahwa kantor saya memenangkan sebuah pitching untuk sebuah pekerjaan di Aceh. Karena tanggal terus bergerak menuju dateline, saya mesti buru-buru mengatur perjalanan ke Kota Serambi Mekah itu. Lagi-lagi, saya berucap. Saya akan ke sana dengan hati yang tenang jika semua kewajiban saya di Jakarta sempurna saya jalani. Dalam waktu dekat saya juga punya sebuah kelas meditasi di Ciloto, Bogor.

Saya tak ingin serakah untuk bisa hadir di semua tempat. Biarlah hanya yang betul-betul menghendaki saya saja yang memilihkan. Bukan saya yang menentukan. Karena sesungguhnya saya yang Mahatakmenentukan. Saya tak perlu berburuk sangka jika salah satu lebih memenangkan atas kehadiran saya.

Sejauh ini, persiapan team Aceh belum siap menerima saya dan team. Kelas meditasi masih akan menunggu. Kegiatan lainnya pun punya jadual sendiri-sendiri yang rapi.

Pasrahkan. Biarkan semua hadir dengan indahnya.

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.