Saya mengunjungi ibu. Kabarnya baik. Rambut putihnya bertambah lima helai dari terakhir saya bertemu. Kerut di wajahnya juga bertambah lima garis. Namun cahaya yang terpancang makin bersinar lima ribu kali lebih terang dari biasanya.
Ibu bertanya tentang kabar saya. Saya bercerita tentang pekerjaan, atasan saya, klien-klien saya, mantan-mantan atasan saya, tentang sahabat-sahabat saya, tentang prinsip 'mengalir' yang sedang saya pelajari.
Ibu bertanya tentang perjalanan saya ke luar kota pekan lalu. Saya bercerita tentang Sukabumi, tentang Bandung.
Lalu ibu bercerita tentang dua sepupu yang dalam waktu dekat akan menikah. Ibu bercerita tentang jalan tol Cipularang yang amblas. Ibu bercerita tentang Betti La Fea, Armando, dan Marcella. Ibu bercerita tentang Cut Memey dan kawin siri.
Ibu menyiapkan saya makan siang. Saya melahap buku. Ibu menyiapkan saya kamar untuk tidur siang. Saya meniduri buku.
Saya membiarkan Ibu melayani. Kata Ibu suatu ketika, "Melayani anak juga ibadah". Maka saya memberi Ibu keleluasaan untuk beribadah.
Di luar hujan. Saya menikmati hujan melayani bumi. Ketika hujan reda dan semua daun rambutan tua berguguran, saya menyapu halaman Ibu membuat es mambo.
Pada semua dedaun tua yang telah melayani akar, saya menuliskan doa: "Ya, Allah, beri kemulyaan untuk Ibu."
Comments