Skip to main content

Saturdary Solidarity
















ketika saya selalu berharap: please god just find me good environments and people, salah satu jawabannya adalah saya dipertemukan dengan yudhistira juwono, lelaki saleh yang bertanggung jawab atas penggalangan dana dari penjualan gelang merah 'solidaritas kebersamaan'.

last saturday was my first time i met him. walaupun hanya dalam hitungan menit saya bergaul, saya merasa begitu yakin bahwa orang yang saya temui adalah manusia pilihan berhati malaikat. dia curahkan jiwa, raga, ide, waktu, tenaga, untuk melayani banyak orang. orang-orang asing yang tak ia kenal bahkan.

kami bersama dalam rangka peresmian sekolah dasar yang berhasil direnovasi, sd cirampo, jampang tengah, jawa barat. jika tiga bulan sebelumnya pihak sekolah tidak dipertemukan dengan pemilik yayasan tunas cendekia ini, mungkin bangunan sekolah itu masih akan menjadi onggokan bangunan rubuh. dana yang digelontorkan, tentu saja hasil dari penjualan gelang merah yang hingga awal tahun ini telah terjual lebih dari 63,000 buah.

bayangkan, dengan hanya berjualan gelang karet seharga rp 10,000, yayasan ini bisa membantu banyak sekolah di banyak tempat di negeri ini! he is real angel. dengan idenya yang gemilang, dia bisa menghimpun banyak dana, dan menyalurkannya buat meningkatkan sarana pendidikan di kawasan-kawasan tak mampu.

hari itu saya bertemu bagitu banyak keajaiban, selain bertemu dengan malaikat yang saya ceritakan di atas. sangat pagi, saya harus sudah berkemas dengan bawaan yang tidak sedikit. ketika turun dari rumah, hujan sudah turun. belum selesai berharap bahwa saya butuh sebuah tumpangan, tiba-tiba saja sebuah taksi melintas, di pagi buta yang biasanya justeru lama dan atau bahkan mengantri dengan calon penumpang lain!

saya bergabung dengan kendaraan lain. perjalanan dari jakarta ke lokasi memakan waktu 4 jam. separuh jalan adalah jalur tanpa aspal, hanya dengan ditutup batu-batuan kapur yang sangat tidak nyaman untuk berkendara di atasnya. hujan deras hampir menemani sepanjang perjalanan. namun untungnya, saya ditemani sahabat-sahabat baik yang berenergi positif. hal-hal yang memperkaya bathin.


terima kasih buat toton, deasy, latif, pak ato, dan yudhis.

Comments

bitiqe said…
we all malaikat tuh..:) in differe nt way ...
Anonymous said…
wah sesama pemakai gelang merah. salam kebersamaan!

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.