Saya tetap mengirimkan pesan-pesan pendek kepada mantan kekasih sekaligus sahabat. Demi menjaga silaturahmi. Kadang dia membalasnya dengan sangat manis. Kadang pula meradang karena tak ingin diganggu.
Ada sahabat memilih tak ingin berteman lagi dengan saya ketika saya tolak cintanya. Sahabat lain memilih menghindar dari saya ketika berbeda pendapat tentang suatu hal. Sahabat lainnya menghindar dari saya karena dia memang senang menciptakan masalah.
Saat mereka menghindar, saya percaya mereka punya alasan. Saat mereka menghindar, saya tahu saya tak dikehendaki. Tak ada yang lebih merisaukan kecuali saya ikut menghindar. Saya tak ingin memaksakan kehendak agar sesuatunya menjadi baik kecuali semesta menghendaki sesuatu itu menjadi baik. Waktu akan bicara. Sesungguhnya bukan seharusnya saya menghindari sesuatu kecuali sesuatu itu yang menghindari saya.
Tak ada kebencian yang abadi tersimpan dalam hati, kecuali jika sang hati dibiarkan terus bersekutu dengan Yang Mahatakbaik. Sahabat sejati, akan memaklumi dan memaafkan, menerima saya apa adanya. Seperti juga saya menerima mereka apa adanya, benar tidak benar, indah tidak indah.
Comments