ada ruang yang tak dapat dipadati oleh bentuk apapun kecuali
kehadiranmu
aku menunggu hingga lembar udara terakhir kukunyah
dimana kau
rasa sakit yang dapat kutakar
namun tanpa kau di sampingku, diriku semakin terkulai tanpa daya
derit waktu menjadi jagal yang kian menyakitkan
kupikir kaulah dajal yang bertanggung jawab atas diriku
dimana kau
angin bersirip menebas malam
diiringi dandang gula dimatikannya aku
ketam, belut, jari manis, dan hewan-hewan sungai air tawar menutup
jasadku dengan doa tak berjudul
dimana kau
seorang lelaki berjubah terang menuntunku berjalan bersisian pada
sebilah garis
kututup mata karena tak indah pemandangan dapat kukenang
namun batinku masih jelas dapat menatap
perjalanan aneh
masih berharap kau
mengejakan setiap gerak yang tak dapat kubaca maknanya
menghalaukan keraguanku atas perjalanan yang kutahu kemana arahnya
mengenalkanku pada sosok yang menggiringku entah untuk apa
menghilangkan dahagaku
menenangkan ruhku
adalah rasa sedingin es yang membuatku berani membuka mata
dan lelaki berjubah terang telah berubah menjadi gumpalan terang
berbentuk bunyi pilu
suara hatikukah? mengharap kekasih bersamaku saat maut kujelang
lalu gumpalan sinar itu meredup ketika amarah menjadi alasan mengapa
aku berontak untuk berbalik
ketika aku mendapati diriku berlari barbalik arah
gelap gulita nyaris menyesatkan
dimana kau
hingga aku putus asa
hingga aku mengalah untuk kembali pada gumpalan terang yang adalah
jiwa mudaku
biar kau pergi saja
biar tak kau temukan aku dimana
aku pada sepetak lapang mahaluas
kilau terang menjadi pertanda yang menyejukkan
aku gaib yang telah meninggalkan kefanaan
pada dimensi yang tak dapat kaukunjungi
sebab hingga ratusan tahun menjelang
aku akan sibuk dengan penciptaku
menaiki tangga demi tangga kearifan
menyusuri keabadian gemilang terang
meski tanpa kau
kehadiranmu
aku menunggu hingga lembar udara terakhir kukunyah
dimana kau
rasa sakit yang dapat kutakar
namun tanpa kau di sampingku, diriku semakin terkulai tanpa daya
derit waktu menjadi jagal yang kian menyakitkan
kupikir kaulah dajal yang bertanggung jawab atas diriku
dimana kau
angin bersirip menebas malam
diiringi dandang gula dimatikannya aku
ketam, belut, jari manis, dan hewan-hewan sungai air tawar menutup
jasadku dengan doa tak berjudul
dimana kau
seorang lelaki berjubah terang menuntunku berjalan bersisian pada
sebilah garis
kututup mata karena tak indah pemandangan dapat kukenang
namun batinku masih jelas dapat menatap
perjalanan aneh
masih berharap kau
mengejakan setiap gerak yang tak dapat kubaca maknanya
menghalaukan keraguanku atas perjalanan yang kutahu kemana arahnya
mengenalkanku pada sosok yang menggiringku entah untuk apa
menghilangkan dahagaku
menenangkan ruhku
adalah rasa sedingin es yang membuatku berani membuka mata
dan lelaki berjubah terang telah berubah menjadi gumpalan terang
berbentuk bunyi pilu
suara hatikukah? mengharap kekasih bersamaku saat maut kujelang
lalu gumpalan sinar itu meredup ketika amarah menjadi alasan mengapa
aku berontak untuk berbalik
ketika aku mendapati diriku berlari barbalik arah
gelap gulita nyaris menyesatkan
dimana kau
hingga aku putus asa
hingga aku mengalah untuk kembali pada gumpalan terang yang adalah
jiwa mudaku
biar kau pergi saja
biar tak kau temukan aku dimana
aku pada sepetak lapang mahaluas
kilau terang menjadi pertanda yang menyejukkan
aku gaib yang telah meninggalkan kefanaan
pada dimensi yang tak dapat kaukunjungi
sebab hingga ratusan tahun menjelang
aku akan sibuk dengan penciptaku
menaiki tangga demi tangga kearifan
menyusuri keabadian gemilang terang
meski tanpa kau
Comments