Skip to main content

Tiara Lestari: Pameran Foto untuk Sebuah Citra Baru

Apa yang Anda harapkan dari sebuah pameran foto dari seorang model Indonesia yang pernah tampil 'polos 'di majalah internasional Playboy? Jika di benak Anda melulu dugaan bahwa foto-foto yang ditampilkan akan setipe dengan foto-foto yang pernah dimuat di majalah tersebut, sebaiknya lupakan saja. Ayang Kalake sang fotografer, tidak meminta model tersebut menanggalkan seluruh busananya.

Saya ulangi lagi, sebuah pameran foto dengan model tunggal dari seorang model yang pernah tampil di majalah Playboy. Betul-betul tantangan kreatifitas yang aduhai tinggi, Pameran ini digelar di tengah hiruk pikuk pertentangan mengenai pornografi dan pornoaksi. Sehingga tentu saja banyak kompromi harus dilakukan. Sepertinya semua pihak yang terlibat dalam pameran ini telah hati-hati dan saling mengingatkan. Saya menyebutnya, berkesenian yang bertanggung jawab.

Meskipun saya katakan bahwa Tiara Lestari tampil dengan busana-busana utuh, namun Tiara Lestari, sang model itu, tetaplah Tiara Lestari. Walaupun telah dibungkus rapi dengan busana-busana tertutup, kesan sensuallah yang tetap terekam. Saya melihat Ayang Kalake memang mencoba mempertahankan sihir yang dimiliki Tiara Lestari. Disengaja atau tidak, Tiara pun melakukan hal yang sama. Tengoklah, betapa kolaborasi dua pemilik bakat di bidangnya masing-masing ini seolah-olah membenarkan apa adanya.

Pameran yang bertajuk 'From Sensual to Elegance' ini memang didedikasikan untuk kegiatan PR dari Tiara Lestari. Model asal Solo yang lama bermukim dan berkarir di luar negeri. Dalam waktu dekat hendak hijrah ke Indonesia membangun karir barunya dengan citra baru. Dengan judul di atas, pameran ini menampilkan fotomorfosis dari perjalanan karir Tiara. Berisi serangkaian foto-foto berthema sensual yang menjadi cikal karir modeling-nya, dilanjutkan dengan rangkaian foto-foto berthema elegan.

Konsep from Sensual to Elegance sendiri merupakan terjemahan dari niat Tiara Lestari untuk melakukan re-posistioning, yang semula sebagai model majalah khusus pria kini mencoba peruntungan untuk bisa tampil di media-media lain yang berbeda dengan mengeksplorasi bakat-bakat barunya lainnya.

Selain mencari aman untuk tidak menampilkan pose-pose seronok, Ayang Kalake juga memilih jalur 'aman' dalam memotret. Ayang tidak melakukan eksperimen dengan komposisi-kompisisi aneh terhadap model yang dibidiknya. Cukup horisontal dan vertikal saja. Konsistensi inilah yang terus dipegangnya.

Hal lain yang mencolok dari karya-karya yang dipamerkan adalah kepekaan Ayang untuk meleburkan sang model dengan environment di setiap lokasi yang dipilih. Pada sesi pemotretan yang semuanya dilakukan di Bali ini, Ayang membiarkan modelnya melakukan kamuplase sedemikian rupa sambil berfilosofi macam-macam membuat pemaknaan dari tiap pose yang dibentuk dan pertanda-pertanda alam yang terjadi pada saat itu. Misalkan saja, Tiara dibuat seolah puteri yang baru turun dari langit, dengan pilihan busana yang tepat, matahari terik di atas kepala, awan-awan yang tersibak, dan backround yang minimalis. Konsep lain, menampilkan Tiara yang seolah 'didamparkan dan diselamatkan' oleh ombak, berbaring di atas hamparan pasir pantai berwarna hitam dengan tekstur unik. Lalu menjulangkan Tiara di atas batu cadas dan 'membenturkan'-nya dengan dinding karang juga bagian dari sebuah perencanaan yang matang. Konsep lain, kolam renang hotel disulap menjadi kubangan berkabut dengan riakan ombak, untuk menunjukkan sosok misterius Tiara yang untuk kurun waktu tertentu mencoba untuk tidak melakukan eksposure media besar-besaran tanpa arah jelas.

Ayang Kalake dan tim di belakangnya, telah menyiapkan setiap lokasi yang dipilih dengan konsep yang berbeda-beda, sesuai citra apa yang ingin dibangun atas Tiara dan kebenaran apa yang dimilikinya.

Boleh dibilang, pameran ini adalah 'pesanan' dari sang model. Makanya, foto-foto yang dipamerkan hanya potret Tiara Lestari. Namun demikian, jika melihat keseluruhan karya, sesungguhnya bukan hanya Tiara Lestari saja yang menjadi bintang dalam acara tersebut, karena tentunya tak terlepas dari peran si fotografer. Ayang Kalake yang sejak lama mengkhususkan diri menggarap para selebritis, telah berhasil 'mengendalikan' star power dari Tiara Lestari. Sehingga pantaslah dikatakan bahwa pameran foto ini adalah hajatnya sang fotografer juga, yang memang seharusnya demikian.

Pameran ini diadakan di sebuah pusat perbelanjaan baru di kawasan berkilau jalan Sudirman, antara tanggal 22 hingga 27 April 2007. Pusat perbelanjaan tersebut jelas-jelas memposisikan diri sebagai tempat elit buat kalangan elit. Terlepas dari berbagai alasan atas pemilihan lokasi tersebut, saya justeru melihat pemilihan tempat ini sangat berhubungan dengan niat Tiara Lestari untuk memulai karir dengan citra baru. Bukankah ini sebuah pembenaran tentang sebuah agenda terencana untuk mengusung 'citra baru dan elit sosialite yang dijadikan target market'?

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.