Inilah pengalaman pertama saya merasakan dampak dari gas air mata. Mata perih hingga air mata dan bahkan cairan hidung tak berdung, pedas di mulut, panas di wajah. Membuat dekomentasi di tengah kerusuhan, betul-betul seru, mendebarkan. Sempat ikut panik ketika massa berlarian karena serangan polisi. Selebihnya, saya menganggap pengalaman ini sangat mengasyikkan.
Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.
Comments