Kita dibuat percaya bahwa hidup memang penuh pilihan. Kita lapar, tinggal pilih mau makan apa? Kita lelah, tinggal pilih bentuk istirahat seperti apa. Kita juga bebas memilih dengan siapa kita berteman, saluran TV mana yang hendak kita tonton. Hidup benar-benar penuh pilihan.
Namun betulkah demikian? Jika hidup penuh pilihan, menjadi kalah, menjadi miskin, berwajah buruk, berotak bodoh, dan lain-lain itu, apakah juga sebuah pilihan?
Bagaimana jika yang selama ini kita kira pilihan itu sesungguhnya adalah sebuah ketentuan? Kita menang dari sebuah kompetisi karena memang telah ditentukan kemenangannya. Kita kaya juga telah tertentu berapa banyak kekayaan kita.
Saya mulai percaya, bahwa kita hidup sebertulnya tidak pernah diberi pilihan sama sekali. Jika pun sesekali kita memilih menu makan siang hari ini atau film apa yang hendak kita tonton midnight nanti, sesungguhnya tanpa kita sadari telah ditentukan juga. Sesuatu yang besar di luar sadar kita mengarahkan kita untuk berkeputusana. Karena setelah kita memilih sop ikan tude yang pedas, kita sudah dijanjikan sakit perut hingga berhari-hari. Setelah kita menonton Superman, kita terobsesi untuk mengoleksi pernak-pernik yang berhubungan dengan tokoh komik itu. Kita telah ditentukan untuk memilih apa.
Satu hal yang kita lakukan sekarang, akan berpengaruh dengan hal-hal lainnya di seluruh semesta ini. Semua hal yang kita lakukan kemarin, sekarang, atau lima menit yang akan datang, pasti punya alasan tertentu yang berhubungan dengan kelangsungan semesta raya. Kita hanyalah atom dalam atom dalam atom.
Anda mau memutuskan pacar Anda karena sudah tak mencintai dia lagi? Tak akan pernah ada waktu yang tepat. Karena dampak apapun yang akan terjadi, sesungguhnya telah ditentukan bentuknya.
Comments