Skip to main content

The Killing Email: 'Kelakuan Suster di RS. Hermina Podomoro'


Jika Anda merasa diperlakukan tidak baik sebagai konsumen, Anda punya hak melakukan apa saja untuk menghukum. Namun adilkah?

Berikut salah satu email dari seseorang yang dikecewakan oleh sebuah pelayanan rumah sakit. Email yang disebarluaskan ke antero manusia.

Fwd: Kelakuan Suster di RS. Hermina Podomoro 

Saya ingin membagikan pengalaman saya 2 minggu yang lalu.
Saya seorang Ibu, berumur 28 th mempunyai seorang putri dan bekerja di salah satu perusahaan swasta di kel gading.

Pada tahun 2003 saya melahirkan di RS Hermina Podomoro Jakarta dimana sejak kehamilan di bulan pertama sampai melahirkan di tangani oleh Dr. N.K. Hie. Dimasa kehamilan, apabila saya ada masalah seperti kepala pusing dan badan demam, saya selalu menelpon ke RS Hermina untuk berbicara dengan suster yang biasa bertugas untuk Dr. N.K. Hie, dan seperti biasa, susternya selalu bertanya dahulu ke dokternya mengenai obat yang diberikan untuk pertolongan pertama sebelum periksa ke RS. Sampai saya melahirkan, saya sangat puas dengan pelayanan di RS Hermina.

Di bulan Agustus 2006 saya mengandung anak ke 2 yang usianya sudah berjalan 5 minggu, untuk kehamilan ke 2 saya memilih untuk berkonsultasi dengan Dr. Bambang WS di RS. Hermina Podomoro. Setelah pemeriksaan oleh dokter tepatnya tanggal 28 Agustus 2006 kira-kira jam 21.00, saya diberikan obat yang terdiri dari 2 macam, yaitu: Obat penguat kandungan (obatnya putih dan kecil) dan Vitamin untuk perkembangan otak (kapsul warna cokelat tua).
Setiap hari saya selalu minum obat yang diberikan oleh dokter tersebut, kondisi fisik saya sehat, tidak dalam keadaan stress dan enjoy dalam pekerjaan.

Pada tanggal 30 Agustus 2006, setelah makan siang, saya merasakan keanehan yaitu terdapat sedikit kecoklat-coklatan di celana dalam saya. Akhirnya saya menelpon ke RS. Hermina Podomoro yaitu sekitar jam 13.30 dan dijawab oleh suster yang biasa bertugas untuk Dr. Bambang WS, suster tersebut mengatakan bahwa dokternya sedang makan siang dan disuruh menghubungi 1 jam kemudian,yaitu kira-kira jam 14.30 an. Lama-lama saya merasakan ada keanehan lagi di perut saya yaitu seperti haid yang mau keluar dan saya periksa di celana dalam saya lagi, flek coklat saya semakin banyak.
Karena semakin terasa sakit diperut, jam 14.20 saya kembali telp ke Hermina Podomoro dan disambungkan ke suster untuk Dr. Bambang WS. Telp yang ke 2 ini saya minta agar disambungkan langsung supaya saya dapat berbicara mengenai kondisi saya, dan saya minta no hp dokter tersebut, tetapi masih juga tidak diperbolehkan. Dengan masih ada rasa sakit di perut, akhirnya saya bertanya sama susternya tersebut mengenai keadaaan saya, dan jawabnya dengan nada kesal (supaya saya tidak banyak bertanya) yaitu: “Itu adalah Flek akibat dari Obat yang diberikan, Jangan takut dan Khawatir, mungkin ibu sedang mules kepingin buang air besar”. Suster tersebut langsung memutuskan pembicaraan belum sempat saya tanyakan namanya, susternya sudah menutup telp.

Karena tidak puas dengan jawaban suster tersebut akhirnya saya mencari jadwal praktek Dr. Bambang WS pada hari Rabu yang sore, dan saya mendapatkan prakteknya di RS. Mitra Kelapa Gading jam 19.00 dengan no pasien 22. Diperkirakan sekitar jam 10 an untuk dapat periksa ke dokter karena pemeriksaan pasien berdasarkan per nomor dan per datang. Saya datang jam 18.45 bersama suami saya, karena terlalu sakit dan saya sudah punya perasaan bahwa saya akan keguguran, saya minta agar saya didahulukan, tetap susternya menolak dan saya harus tetap pada antrian. Karena pemeriksaan ini baru pertama kali di RS. Mitra Kel Gading, jadi saya mengikuti prosedur.

Pada saat menuggu antrian, terasa sekali perut sakit dan seperti haid keluar terus menerus, saya tidak berani beranjak dari tempat duduk karena kalau saya berdiri, darah saya akan cepat keluar. Jam 22.30 saya minta paksa masuk dan susternya baru memperbolehkan masuk. Ternyata susternya tidak pernah melaporkan pengaduan saya dari jam 19.00 ke dokternya. Dalam pemeriksaan, saya dinyatakan keguguran dan gumpalan darahnya sudah keluar di celana dalam saya. Saya menangis teriak, sedih dan menyesali mengikuti nasehat suster di Hermina Podomoro. Dalam pemeriksaan, dokternya mengatakan bahwa apabila ada flek kecoklat-coklatan, segera datang ke dokter dan minta didahulukan karena keadaannya sangat darurat, apabila masih bisa ditolong, tidak akan terjadi keguguran. Akhirnya dokter menyarankan agar saya di curetge dan beristirahat di rumah selama beberapa hari.

Inilah pengalaman saya yang paling berharga. Apabila Ibu-ibu yang sedang dalam keadaan hamil atau pemeriksaan pertama ke dokter kandungan, jangan lupa no hp dokternya dan jangan terlalu percaya sama susternya. Semoga pengalaman saya dapat bermanfaat.

Salam
Chatrina Dewi

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.