Skip to main content

The Killing Email: 'Maafkan Paus'


Beberapa waktu lalu, Paus yang sedang berkuasa di Vatikan, mengeluarkan pernyataan soal berbagai kasus di dunia termasuk kasus hukum mati terhadap terdakwa Tibo atas peristiwa kerusuhan di Sulawesi. Berbagai kalangan bereaksi.

Atas reaksi yang diterima, Paus meminta maaf kepada seluruh umat di dunia beberapa hari kemudian. Sebagai perwakilan di tanah air, Wali Gereja Indonesia merasa perlu menyambung permohonan maaf tersebut.

Dan email salah satu medium yang dipilih untuk menyampaikan berita baik tersebut:


jakarta 20 September 2006

PERMINTAAN MAAF
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Kepada Saudara-saudari umat Islam yang terhormat, di mana pun juga Anda berada,

Dengan ini, kami sebagai pribadi maupun sebagai pimpinan umat katolik Indonesia menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf karena ucapan Paus Benedictus XVI di Universitas Regensburg Jerman pada hari Selasa tanggal 12 September 2006 ternyata telah mengakibatkan umat Islam merasa terhina, terluka dan terlecehkan dan merasa pula bahwa ajaran agama Anda dikaburkan.

Dengan ini pula, kami ikut prihatin bersama dengan umat Islam bilamana merasa bahwa Nabi junjungan Anda dihina dan Allah dilecehkan.

Melalui pernyataan ini pula, kami mendukung Paus Benedictus XVI dalam penyesalan dan permintaan maafnya seperti juga telah terungkap dalam media.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepa


Beberapa waktu lalu, Paus yang sedang berkuasa di Vatikan, mengeluarkan pernyataan soal berbagai kasus di dunia termasuk kasus hukum mati terhadap terdakwa Tibo atas peristiwa kerusuhan di Sulawesi. Berbagai kalangan bereaksi.

Atas reaksi yang diterima, Paus meminta maaf kepada seluruh umat di dunia beberapa hari kemudian. Sebagai perwakilan di tanah air, Wali Gereja Indonesia merasa perlu menyambung permohonan maaf tersebut.

Dan email salah satu medium yang dipilih untuk menyampaikan berita baik tersebut:

jakarta 20 September 2006

PERMINTAAN MAAF
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Kepada Saudara-saudari umat Islam yang terhormat, di mana pun juga Anda berada,

Dengan ini, kami sebagai pribadi maupun sebagai pimpinan umat katolik Indonesia menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf karena ucapan Paus Benedictus XVI di Universitas Regensburg Jerman pada hari Selasa tanggal 12 September 2006 ternyata telah mengakibatkan umat Islam merasa terhina, terluka dan terlecehkan dan merasa pula bahwa ajaran agama Anda dikaburkan.

Dengan ini pula, kami ikut prihatin bersama dengan umat Islam
bilamana merasa bahwa Nabi junjungan Anda dihina dan Allah dilecehkan.

Melalui pernyataan ini pula, kami mendukung Paus Benedictus XVI
dalam penyesalan dan permintaan maafnya seperti juga telah terungkap dalam media.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin di
Indonesia, baik dari kalangan pemerintah maupun kaum beragama, yang dengan berbagai cara telah menjaga agar bangsa Indonesia tetap tenang.
Demikian juga kepada pemimpin Negara-negara Islam yang telah menerima permintaan maaf Paus Benedictus XVI.

Semoga peristiwa di Regensburg ini tidak merusak kerukunan atarumat beragama yang selama ini kita usahakan, sebaliknya ampun mengampuni itu dapat menjadi landasan untuk berkomunikasi secara lebih baik dalam membina hidup bersama.

Dalam kesempatan ini pula, kepada umat Islam, kami ingin menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa yang segera akan dimulai. Semoga amal dan ibadah Anda semua diterima oleh Allah yang Maharahim dan Maha Kuasa.

Terima kasih atas perhatiannya.

Jakarta, 18 September 2006

P R E S I D I U M
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Kardinal Julius Darmaatmadja, S.J.
K e t u a Uskup Agung

Ignatius Suharyo

Sekretaris Jenderalda para pemimpin di
Indonesia, baik dari kalangan pemerintah maupun kaum beragama, yang dengan berbagai cara telah menjaga agar bangsa Indonesia tetap tenang. 
Demikian juga kepada pemimpin Negara-negara Islam yang telah menerima permintaan maaf Paus Benedictus XVI.

Semoga peristiwa di Regensburg ini tidak merusak kerukunan 
atarumat beragama yang selama ini kita usahakan, sebaliknya ampun mengampuni itu dapat menjadi landasan untuk berkomunikasi secara lebih baik dalam membina hidup bersama.

Dalam kesempatan ini pula, kepada umat Islam, kami ingin 
menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa yang segera akan dimulai. Semoga amal dan ibadah Anda semua diterima oleh Allah yang Maharahim dan Maha Kuasa.

Terima kasih atas perhatiannya.

Jakarta, 18 September 2006

P R E S I D I U M
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Kardinal Julius Darmaatmadja, S.J.
K e t u a Uskup Agung

Ignatius Suharyo
Sekretaris Jenderal

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.