Skip to main content

Bye Bye Love


















Seberapa banyak orang yang tegas dan percaya diri untuk bertindak: "Bye bye, Love!"? Jika Anda pernah berada dalam situasi harus memilih antara meneruskan atau memutuskan hubungan cinta, Anda suatu kali mungkin pernah gamang.

Hubungan yang bermasalah perlu dijernihkan. Kegiatan menjernihkan ini tentunya tak bisa dilakukan sendiri. Mestinya dua belah pihak yang terlibat dalam hubungan itu turut andil, demi kepentingan bersama.

Saya pernah mencoba bertahan dalam sebuah hubungan yang buruk. Saya percaya, hubungan itu akan membaik. Berhasil. Tapi juga tidak selalu berhasil karena masalah baru atau bahkan yang sama muncul lagi. Mencoba bertahan dan memperbaiki. Berhasil. Namun siklus itu terus terjadi. Maka saya memutuskan untuk bertindak. Jika saya terus tingal dalam lingkaran itu, saya akan kembali mengalami hal sama. Maka saya keluar.

Siap tidak siap, sebuah keputusan perlu dibuat.

Saya pernah berpikir sangat sederhana. Ketika di awal sebuah hubungan sudah terlihat sebuah masalah yang berpotensi membesar, maka saya segera mengakhirinya. Tak perlu perduli akan membuat kacau hati pasangan saya. Saya merasa perlu juga menjaga hati saya agar tak terluka.

Telenges itu perlu. Telenges pada pasangan atau calon pasangan. Telenges pada ego saya yang ingin memeliki pasangan. Belum lama, saya seakan mengawali sebuah hubungan baru. Saya merasa sudah jatuh hati. Tapi pasangan yang saya jatuhi tak memberikan respon yang sama. Banyak alasan dibuatnya, yang intinya tak sesuai dengan harapan saya. Kendati ego saya meraung ingin tetap memiliki dia, saya harus bisa memberi toleransi dan batas waktu. Tak bisa perasaan tersakiti dibiarkan berlarut.

Saya perlu bertindak segera. Bangun! Realistik! Beranjaklah dari rasa ingin dicintai!
Biarkan pasangan memiliki hidupnya sendiri meski saya tak diundang di dalamnya. Ini hanya sebuah dampak sebab akibat. Di waktu lalu saya menolak, kali ini saya ditolak.

Bye bye, Love!

Comments

Candice Fox said…
telenges apa ya mas?

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Super Deal 2 Milyar, Super Rekayasa?

ANTV bersimbiosis dengan STAR TV. Secara revolusioner statsiun TV ini melakukan pembenahan. Maka program-program unggulan diluncurkan. Berminat dengan kemilau dan bakat Farhan, mereka berani mengontrak secara ekslusif lelaki asal Bandung yang sebelumnya tumbuh subur di lading kreatif Trans TV, dengan nilai rupiah yang menjuntai. Namun program talk show yang dikomandani Farhan setiap malam itu hingga kini belum bisa dikatakan sukses. Lalu, muncullah acara kuis Super Deal yang mempesona jutaan pemirsa karena nilai hadiahnya yang mencapai 2 milyar Rupiah. Siapa yang tak ingin ketiban rejeki sebanyak itu? Kali ini, Nico Siahaan yang berkesempatan membawakan acara. Untuk meningkatkan awareness public terhadap acara kuis Super Deal, baliho besar-besar dipasang nyaris di setiap perempatan jalan Jakarta, entah kalau di luar kota. Lalu secara mengejutkan, sepasukan guru yang menjadi peserta kuis tiba-tiba tampil dan berhasil mendapatkan uang senilai dua milyar! Fantastis...