Padahal, perjalanan akhir tahun lalu itu saya dedikasikan ke India. Saya sudah mendambakannya sejak dua tahun lalu. Namun ketika saatnya saya memilih, entah kenapa tiba-tiba Filipina yang jadi tujuan.
Menyesalkah? Rasanya tidak juga. Saya belum pernah pergi ke Filipina. Entahlah. Sesuatu tiba-tiba menyeruak dalam dada saya. Sesuatu yang begitu kuat.
Hari pertama di Manila, saya sempatkan ke Intramuros. Sebuah situs peninggalan bangsa Spanyol saat menduduki Filipina. Hampir semua bangunan aseli telah dihancurkan Jepang dan Amerika saat Perang Dunia Pertama. Beberapa bangunan didirikan ulang, terutama gereja.
Satu perasaan aneh menyelinap. Seolah saya pernah tinggal di sana. Seolah saya mengenali tempat tersebut. Ya, kunjungan ini seperti ziarah. Mengok ke masa lalu yang dari kehidupan masa lalu saya. Well, saya anggaplah begitu.
Mengunjungi sekali rasanya tak terlalu memuaskan. Maka keesokan harinya, saya pergi lagi ke Intramuros. Sepuas-puasnya saya di sana. Sepertinya saya memang mendapatkan banayk pertanda tentang kaitan saya dengan daerah itu. Tapi entahlah.
Menyesalkah? Rasanya tidak juga. Saya belum pernah pergi ke Filipina. Entahlah. Sesuatu tiba-tiba menyeruak dalam dada saya. Sesuatu yang begitu kuat.
Hari pertama di Manila, saya sempatkan ke Intramuros. Sebuah situs peninggalan bangsa Spanyol saat menduduki Filipina. Hampir semua bangunan aseli telah dihancurkan Jepang dan Amerika saat Perang Dunia Pertama. Beberapa bangunan didirikan ulang, terutama gereja.
Satu perasaan aneh menyelinap. Seolah saya pernah tinggal di sana. Seolah saya mengenali tempat tersebut. Ya, kunjungan ini seperti ziarah. Mengok ke masa lalu yang dari kehidupan masa lalu saya. Well, saya anggaplah begitu.
Mengunjungi sekali rasanya tak terlalu memuaskan. Maka keesokan harinya, saya pergi lagi ke Intramuros. Sepuas-puasnya saya di sana. Sepertinya saya memang mendapatkan banayk pertanda tentang kaitan saya dengan daerah itu. Tapi entahlah.
Comments