Skip to main content

Resolusi, Eventually

Selarut apapun tidur, selelah apapun badan, kalau jam sudah menunjukkan jan 6am atau sekitarnya, mata saya akan langsung melek dan semua kantuk hilang. Padahal terkadang badan masih pengen bermalas-malas di tempat tidur. Sepertinya tak ada alasan untuk tetap berbaring jika hari sudah berganti.

Bekerja di sebuah production house adalah komitmen untuk sering bergadang dan boleh datang ke kantor siang jika tak terikat dengan dateline atau janji. Ketika hampir semua pekerja menerapkan sistem begitu, saya sebaliknya. Saya tetap akan datang pagi dab menghindar pulang larut. Saya tak suka begadang dan kerja malam di kantor.

Gara-gara jam kerja yang demikian, dua tahun terakhir saya kehilangan banyak kesempatan berkumpul dengan teman-teman. Bukan hal yang patut disesali karena saya selalu menemukan berkah dari semua peristiwa. Namun hal ini salah satu yang memicu saya untuk segera menemukan lingkungan baru yang sesuai dengan konsep hidup saya di tahun ini dan ke depannya.

Tahun baru ini saya beresolusi untuk menjadi manusia yang lebih merdeka: pikiran, hati, jiwa, raga. Untuk merdeka raga, pastikan tak ada sesuatu yang mengekang. Entah itu kesehatan, finansial, hukum,.. aku boleh pergi kemana semesta menghendaki. Karena tahun ini, saya ingin ada di mana-mana, pergi ke mana-mana, berbuat lebih banyak lagi, dan tuntas setiap kali memulai sesuatu!

Untuk merdeka hati dan pikiran, saya tak boleh antipositif. Terbuka saja dengan segala hal yang ditemui. Percaya, bahwa segala sesuatu pada mulanya adalah kebaikan.

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.