Saya mencoba mengurai terjalinnya network pertemanan saya dengan sejumlah komunitas. Milis tanpa komunitas atau komunitas tanpa milis, sangat sulit dipisahkan. Saya memilih beberapa keywords untuk topik ini: photography, internet, out door activity, dan community.
Maret 2003, saya bergabung dengan sekolah foto milik Darwis Triadi di Raden Saleh. Dari sana milis pertama saya ikuti. Dengan teman-teman sehobi, saya sering mencari lokasi untuk photo session. Mulai dari model, human interest, hingga landscape. Baik sekitar Jakarta maupun ke luar Jakarta. Sahabat saya bertambah banyak.
Tak lama, komunitas Sahabat Museum berdiri. Karena pendirinya juga adalah siswa Darwis, hampir dipastikan mayoritas dari kami gabung juga di sana. Sebulan sekali kami keliling Kota memotret apa saja yang menarik perhatian. Sahabat saya kian bertambah banyak.
Lalu saya mengendus ada milis bernama Indonikon. Saya gabung di sana. Selain ramai berdiskusi tentang fotografi di dunia maya, kami juga sering melakukan photo session di berbagai kesempatan. Sahabat saya makin bertambah.
Sebuah email yang menawarkan trip ke pulau Peucang mampir di inbox. Saya langsung daftar. Nature Trekker bediri. Dari trip pertama itu, milis dibentuk. Lalu trip satu ke trip lainnya mengalir setiap waktu. Nyaris saya selalu menjadi bagiannya.
Kelompok dan milis serupa bermunculan. Jadual perjalanan jadi semakin menggila. Saya mulai kewalahan. Padahal semua trip itu sedemikian menggoda.
Dari hasil photo session, foto-foto dipajang pada online personal journal. Setiap orang memiliki website sendiri. Semua orang jadi extropert. Semua orang jadi expert.
Begitulah. Sahabat datang dan pergi. Mereka memberi warna, memberi makna. Teknologi telah menyatukan.
Maret 2003, saya bergabung dengan sekolah foto milik Darwis Triadi di Raden Saleh. Dari sana milis pertama saya ikuti. Dengan teman-teman sehobi, saya sering mencari lokasi untuk photo session. Mulai dari model, human interest, hingga landscape. Baik sekitar Jakarta maupun ke luar Jakarta. Sahabat saya bertambah banyak.
Tak lama, komunitas Sahabat Museum berdiri. Karena pendirinya juga adalah siswa Darwis, hampir dipastikan mayoritas dari kami gabung juga di sana. Sebulan sekali kami keliling Kota memotret apa saja yang menarik perhatian. Sahabat saya kian bertambah banyak.
Lalu saya mengendus ada milis bernama Indonikon. Saya gabung di sana. Selain ramai berdiskusi tentang fotografi di dunia maya, kami juga sering melakukan photo session di berbagai kesempatan. Sahabat saya makin bertambah.
Sebuah email yang menawarkan trip ke pulau Peucang mampir di inbox. Saya langsung daftar. Nature Trekker bediri. Dari trip pertama itu, milis dibentuk. Lalu trip satu ke trip lainnya mengalir setiap waktu. Nyaris saya selalu menjadi bagiannya.
Kelompok dan milis serupa bermunculan. Jadual perjalanan jadi semakin menggila. Saya mulai kewalahan. Padahal semua trip itu sedemikian menggoda.
Dari hasil photo session, foto-foto dipajang pada online personal journal. Setiap orang memiliki website sendiri. Semua orang jadi extropert. Semua orang jadi expert.
Begitulah. Sahabat datang dan pergi. Mereka memberi warna, memberi makna. Teknologi telah menyatukan.
Comments