Skip to main content

Jungle Trek - Ujung Kulon, 23 - 25 Februari 2007


Saya memang sedang ingin melihat alam bebas. Saya rindu berada di petualangan. Lalu ketika sebuah pengumuman Jungle Trek ke Ujung Kulon mampir di buletin kalendar blog, saya langsung daftar tanpa pikir panjang. Dalam hati, semoga jadual pekerjaan bisa menyesuaikan dengan jadual piknik saya. Selang sehari, Yeyen, sahabat saya menelpon. Yeah, tambah bulat saja saya gabung dengan rombongan yang konon akan berjumlah 80 orang itu.

Cuaca Jakarta akhir-akhir ini memang sangat tidak brsahabat. Bencana alam dari penjuru daerah di negeri kita pun tak kunjung berakhir sambung menyambung. Beberapa sahabat mengingatkan agar saya berpikir ulang. Saya menghargai nasehat mereka. Tapi sesuatu yang meletup-letup dalam dada begitu sukar dikendalikan. Saya hanya berdoa, semoga perjalanan ke Ujung Kulon tak menuai bencana.

Setahun kemarin, saya memang lumayan banyak melakukan perjalanan ke luar kota. Namun melulu berhubungan dengan pekerjaan, seperti mengunjungi Aceh yang saya lakukan sampai empat kali. Di awal 2006 saya nikmati Magelang dan Yogya dengan mengikuti sebuah kelas meditasi di vihara Mendut. Januari itu juga, saya terbang ke Bali untuk pemotretan bersama Tiara Lestari, mantan model majalah Playboy yang berniat mudik ke Indonesia. Di luar itu, saya sempat mendaki Merbabu dan sedikit menjelajah Yogya. Lalu kembali ke Yogya lagi untuk mengerjakan sebuah program amal pasca tsunami.

Kembali sibuk bekerja, saya mengabaikan banyak undangan untuk eksplorasi alam. Bahkan saya keluar dari beberapa milis, semata agar tak senewen karena rupanya makin hari makin banyak saja organizer yang menyelenggarakan piknik alam bebas. Ketika saya memaksakan kehendak padahal jadual pekerjaan sedang sangat padat, saya ikut sebuah rombongan ke Kepulauan Seribu. Saat itu ada jadual tentatif yang belum jelas kabarnya dari klien. Sabtu pagi, bahkan kapal yang siap mengangkut saya dan rombongan saja belum mulai berlayar, sebuah SMS mengabari bahwa Minggu pagi saya harus standby untuk sebuah produksi!

Maka kejadiannya adalah, di pagi buta hari kedua ketika semua masih betah-betahnya menghirup udara pulau, saya sudah sibuk mengejar pelayaran balik ke metropolitan. Menyebalkan, memang. Tapi itulah tanggung jawab.

Selebihnya saya hanya pergi ke Bandung untuk wisata FO dan kuliner. Kemudian saya tutup tahun 2006 dengan perjalanan mendebarkan ke Philippines.

Tahun ini saya ingin kembali bebas. Melakukan perjalanan sebanyak-banyaknya! All around the world! Awal tahun, saya sudah mengawalinya dengan menginjakkan kaki di Singapore dan Malaysia. Pertengahan Januari saya ke Bandung, awal Februari ke Cibubur dan Sentul.

Foto pertama diambil di Muara Baru, Selat Sunda, 24/02, menjelang penyebrangan ke Ujung Kulon. Menurut panitia, kapal yang semula akan mengangkut kami, tersangkut air surut di sebuah perairan hingga mereka tak bisa datang tepat waktu. Maka usaha mencari kapal baru segera dilakukan. Kami perlu menunggu sekitar tiga jam.

Namun dengan semangat petualangan, keterlambatan itu tak perlu menjadi alasan untuk merusak hati. Persoalan besar bisa saja datang lebih besar dari itu. Enjoy sajalah.

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.