Everything has a limit. Everything has a reason. Dan pelajaran tentang hidup baru saja saya petik.
Saya selalu merasa pasti jika saya begadang, esokan harinya pasti sakit: anak mama. Padahal saya manusia pagi, selarut apapun tidur akan selalu terbangun ketika matahari mulai terbit. Malam itu saya punya 'pekerjaan rumah' yang baru selesai menjelang dini hari. Siangnya saya perlu mengunjungi tiga buah kota untuk survey sebuah produksi. Tak sempat sarapan, padahal sarapan wajib hukumnya dalam kamus saya. Matahari menyengat dengan teriknya. Ketika saya kembali ke kantor sore harinya, badan sudah mulai meriang. Yeah, saya kena demam.
Padahal saya punya sejumlah janji dengan banyak sahabat, dari mulai menghadiri pembukaan pameran foto, farewell party, selamatan bayi, bertemu sepupu, undangan ulang tahun, ini itu. Weekend lalu itu jadual saya memang padat. Seperti biasa. Namun sayang sekali tak satupun kegiatan bisa saya lakukan. Saya hanya bisa selimutan mencari kehangatan, terbaring hingga punggung rasanya pegal sekali, mulut sebau nafas naga, tampang sudah semirip Tukul Arwana.
Saya mencoba berfilosofi. Betapa baiknya alam semesta menyuruh saya beristirahat. Jika saya sehat dan saya pergi ke pembukaan pameran foto dan farewell party, mungkin sesuatu yang buruk akan menimpa saya. Maka saya dibiarkannya pulang cepat. Everything has a reason.
Salah seorang tetangga yang paling tahu jadual pergi dan pulang saya, berseloroh ketika dia tahu saya sakit. "Baru kerasa kan? Makanya inget waktu kalau kerja." Saya tertawa dalam hati. Ah, pulang pagi karena main masih disebut bekerja.
Banyak waktu sendiri. Tak banyak yang bisa dilakukan, kecuali nonton DVD, tidur, browsing...
Ketika sedang terbaring begini, saya teringat sehat saya. Saya ingin kembali sehat. Saya tak mau berlama-lama dirudung demam. Semoga memang hanya demam. Saya berjanji, akan selalu memperhatikan kesehatan. Kalau boleh saya berpesan buat semua sahabat: ingatlah sehatmu sebelum sakitmu...
Saya selalu merasa pasti jika saya begadang, esokan harinya pasti sakit: anak mama. Padahal saya manusia pagi, selarut apapun tidur akan selalu terbangun ketika matahari mulai terbit. Malam itu saya punya 'pekerjaan rumah' yang baru selesai menjelang dini hari. Siangnya saya perlu mengunjungi tiga buah kota untuk survey sebuah produksi. Tak sempat sarapan, padahal sarapan wajib hukumnya dalam kamus saya. Matahari menyengat dengan teriknya. Ketika saya kembali ke kantor sore harinya, badan sudah mulai meriang. Yeah, saya kena demam.
Padahal saya punya sejumlah janji dengan banyak sahabat, dari mulai menghadiri pembukaan pameran foto, farewell party, selamatan bayi, bertemu sepupu, undangan ulang tahun, ini itu. Weekend lalu itu jadual saya memang padat. Seperti biasa. Namun sayang sekali tak satupun kegiatan bisa saya lakukan. Saya hanya bisa selimutan mencari kehangatan, terbaring hingga punggung rasanya pegal sekali, mulut sebau nafas naga, tampang sudah semirip Tukul Arwana.
Saya mencoba berfilosofi. Betapa baiknya alam semesta menyuruh saya beristirahat. Jika saya sehat dan saya pergi ke pembukaan pameran foto dan farewell party, mungkin sesuatu yang buruk akan menimpa saya. Maka saya dibiarkannya pulang cepat. Everything has a reason.
Salah seorang tetangga yang paling tahu jadual pergi dan pulang saya, berseloroh ketika dia tahu saya sakit. "Baru kerasa kan? Makanya inget waktu kalau kerja." Saya tertawa dalam hati. Ah, pulang pagi karena main masih disebut bekerja.
Banyak waktu sendiri. Tak banyak yang bisa dilakukan, kecuali nonton DVD, tidur, browsing...
Ketika sedang terbaring begini, saya teringat sehat saya. Saya ingin kembali sehat. Saya tak mau berlama-lama dirudung demam. Semoga memang hanya demam. Saya berjanji, akan selalu memperhatikan kesehatan. Kalau boleh saya berpesan buat semua sahabat: ingatlah sehatmu sebelum sakitmu...
Comments