Skip to main content

Many Lives, Many Masters


Saat saya terbaring di rumah Sakit, seorang sahabat menghadiahi buku berjudul, Many Lives, Many Masters, karangan DR. Brian Weiss, seorang psikiater dan juga dokter. Sahabat saya ini sangat hapal dengan buku-buku yang biasa saya lahap, karena dengannya saya biasa mendiskusikan buku-buku apa saja yang pernah saya baca.

Buku ini memberi penerahan baru tentang reinkarnasi yang baru sekelumit saya tahu. Seorang pasien, Catherine, dihipnotis untuk mencari tahu persoalan-persoalan apa saja yang pernah dia hadapai di masa lalunya yang begitu kuat terseimpan rapi dalam bawah sadaranya, yang tak dapat ia ingat, namun sangat mengganggu kehidupannya saat ini. Minggu demi minggu hipnotis berjalan. Kejadian-kejadian yang terlupakan dan terkubur di masa lalunya teruangkap hingga sang Psikiter dengan mudah memberikan berbagai kesimpulan penyembuhan psikis Catherine.

Namun tak hanya itu, pengalaman 'masa lalu' yang terkubur ratusan tahun lalu pun ikut terbongkar. Catherine rupanya telah melampauai kehidupan selama 86 kali hingga jasadnya sekarang. Tiap kehdupan memiliki karma sendiri yang t menjadi hutang dan membebani kehidupan berikutnya, berikutnya, dan berikutnya. Maka tak heran jika dalam setiap kehidupan Catherine memiliki satu karma yang pada kehidupan-kehidupan berikutnya karma ini tak terbayar, akan terus ditanggung pada kehidupan berikutnya.

Dalam setiap kehidupan ada selalu satu atau dua orang yang ada dalam kehidupannya sekarang, juga muncul di kehidupan-kehdupannya yang lalu. Seperti suatu pola. Orang-orang itu berganti-ganti perann. Namun selalu memiliki persamaan sifat. Pacarnya yang penyayang namun tak membahagiakan, muncul juga di kehidupan lalunya mestinya berperan sebagai tokoh lain, misalnya tetanganya, atau rekan kerjanya. Salah seorang sahabatnya yang tukang kritik, selalu muncul juga di kehidupan masa lalunya, diwakili oleh tokoh-tokoh yang berbeda namun dengan sifat sama. Namun selalu juga ada tokoh 'malaikan pelindung'. Ia yang selalu memberi kenyamanan, perlindungan.

DR. Weiss juga mencoba menghipnotis Catherine untuk memecahkan berbagai mimpi yang terus berulang yang dialami oleh Catherine. Semua berhasil diatasi dengan hasil yang mengagumkan.

Saya sepertinya memiliki pengalaman yang sedikit mirip dengan tokoh Catherine. Saya jadi teringat dengan mimpi-mimpi yang saya dulu sering saya alami. Saya selalu bermimpi tentang bayi, selama bertahun-tahun, hampir setiap malam. Sangat mengganggu. Dalam mimpi itu, kadang seseorang memberikan bayi kepada saya, kadang saya sedang memandikan bayi, kadang saya sedang melihat bayi di ayunan atau di lantai, atau dalam gendongan seseorang, atau bayi dibawa burung terbang: macam-macam dan melelahkan.

Saya tak sampai pergi ke psikiater. Mahal dan ah, saya merasa tak terlalu membutuhkan. Tanya sana-sini tentang mimpi, bongkar-bongkar berbagai macam buku juga tak ada yang membuat saya puas.

Beberapa tahun kemudian, Adik Lelaki saya mempelajari ilmu cenayang untuk bisa berkomunikasi alam metafisik, termasuk kehidupan lampau seseorang. Awalnya, diketahui bahwa sebelum jasad saya sekarang, saya adalah si A, si B, lalu si C, hingga berujung ke salah seorang sosok Raja Majapahit, yaitu Rajasa Wardhana.

Sampai di situ, saya hanya sekedar tahu bahwa saya ini dulunya siapa tanpa tahu untuk apa informasi tersebut dan apa maknanya. Namun beberapa waktu kemudian, ketika ilmu Adik Lelaki saya bertambah, ia rupanya dapat bercakap dengan 'jiwa' sang Raja. Saya disertakan untuk mewawancarai dan meminta beliau untuk bercerita. "Raja sangat bersedih, ketika ada pemberontakan dalam kerajaan yang dipimpin oleh Patih Kerajaan sendiri, bayi Raja yang baru berumur dua tahun tewas oleh tusukan panah beracun." Dalam pemberontakan itu, Raja selamat. Namun dukanya yang teramat mendalam sangat melukai hati raja. Luka ini menjadi karma yang dia bawa hingga mati.

Ketika Raja bereinkarnasi, karma ini terwariskan. Hingga suatu ketika Adik lelaki saya membawa sebuah kabar tentang siapa yang menjadi anak Raja yang tewas terpanah itu. "Your littest sister!"


Catatan:
Dalam buku Many Lives, Many Masters, DR. Weiss menulis sebuah referensi mengenai reinkarnasi di Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Pada tahun 325 Masehi, kaisar Rowami, Konstantin Agung, bersama ibunya, Helena, telah menghapus referensi mengenai reinkarnasi yang terkandung dalam Kitab Perjanjian Baru. Konsili Kedua Kontantinopel pada tahun 553 M, mengkonfirmasikan tindakan ini dan mengumumkan bahwa konsep reinkarnasi adalah hal yang murtad. Menurut DR. Weiss, tindakan itu diambil karena konsep ini akan melemahkan kekuasaan gereja yang sedang berkembang, . pada saat itu. P.35]

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.