Saya menimbang-nimbang selembar surat yang baru saja saya baca. Seorang sahabat terdekat saya menuliskan isi hatinya. Ia rupanya jatuh cinta sama saya. Apa yang harus saya lakukan, padahal saya tak bisa membalas cintanya? Saya tak ingin hubungan persahabatan kami rusak karena urusan cinta bertepuk sebelah tangan. Itu peristiwa lama. Bertahun-tahun kemudian, hingga sekarang meskipun sudah jarang bertemu karena ia sudah berkeluarga, kami masih jadi sahabat. We're best friend forever. Waktu rupanya yang menunjukkan kualitas dari sebuah hubungan persahabatan dan kualitas dari sahabat itu sendiri.
Sepasang pesohor tanah air yang keduanya saya kenal baik melalui cerita-cerita dari seorang sahabat, telah memasuki mahligai pernikahan yang tak bisa disebut bahagia. Sebentar-sebentar ribut. Urusan kecil saja bisa ribut. Beberapa tahun mereka menikah, lalu bubar. Herannya setelah bubar, mereka jadi sangat akur. Mereka jadi sepasang sahabat yang saling mengisi dan memberi support satu sama lain. Pun ketika si pria hendak memilih isteri baru, sang mantan isteri yang jadi penasihatnya. Best friend forever.
Saya mengingat seorang sahabat kecil saya. Ia dan keluarganya tinggal di luar kota. Jika pun bertemu mungkin bisa dihitung dengan jari setiap tahunnya. Namun kami masih berhubungan meskipun hanya lewat SMS atau telpon. Ia selalu bilang nasibnya tak seberuntung saya. Maka setiap kali ia ingin berkomunikasi, ia akan mengirim sebuah SMS yang isinya agar saya menelpon ia balik. Kadang sekedar untuk tanya kabar. Tentu saja saya tiada berkeberatan. He's my best friend forever.
Jika semua orang baik yang pernah saya temui dalam hidup saya menjadi sahabat-sahabat dengan kualitas nomor satu, tak lapuk digerogoti waktu, tak hilang diterpa badai, bahagia rasanya hati ini. Mereka ada, selalu ada. Maka di setiap doa yang saya panjatkan, kepada Allah pemilik semesta raya, saya memohon:
Sepasang pesohor tanah air yang keduanya saya kenal baik melalui cerita-cerita dari seorang sahabat, telah memasuki mahligai pernikahan yang tak bisa disebut bahagia. Sebentar-sebentar ribut. Urusan kecil saja bisa ribut. Beberapa tahun mereka menikah, lalu bubar. Herannya setelah bubar, mereka jadi sangat akur. Mereka jadi sepasang sahabat yang saling mengisi dan memberi support satu sama lain. Pun ketika si pria hendak memilih isteri baru, sang mantan isteri yang jadi penasihatnya. Best friend forever.
Saya mengingat seorang sahabat kecil saya. Ia dan keluarganya tinggal di luar kota. Jika pun bertemu mungkin bisa dihitung dengan jari setiap tahunnya. Namun kami masih berhubungan meskipun hanya lewat SMS atau telpon. Ia selalu bilang nasibnya tak seberuntung saya. Maka setiap kali ia ingin berkomunikasi, ia akan mengirim sebuah SMS yang isinya agar saya menelpon ia balik. Kadang sekedar untuk tanya kabar. Tentu saja saya tiada berkeberatan. He's my best friend forever.
Jika semua orang baik yang pernah saya temui dalam hidup saya menjadi sahabat-sahabat dengan kualitas nomor satu, tak lapuk digerogoti waktu, tak hilang diterpa badai, bahagia rasanya hati ini. Mereka ada, selalu ada. Maka di setiap doa yang saya panjatkan, kepada Allah pemilik semesta raya, saya memohon:
Ya Allah,
Demi para sahabat yang aku cintai
Karena aku mencintai-Mu, Engkau mencintaiku, maka cintailah orang-orang yang aku cintai
Ampuni dosa kami
Lindungi kami
Jauhkan dari mara bahaya dan dari godaan setan
Bersihkan hati kami dari sifat-sifat yang tidak baik
Sembuhkan kami yang sakit
Hibur kami yang kesusahan
Lancarkan segala usaha kami
Ya Allah,
Engkau Mahaberkehendak
Kabulkan segala doa kami
Comments