Saya selalu berusaha mengingat mimpi-mimpi yang saya alami untuk kemudian mengartikannya. Terutama jika mimpi itu terlihat tidak biasa. Firasat meninggalnya Bapak dan seorang kakak perempuan saya, saya dapatkan lewat mimpi.
Seorang sahabat saya dulu, pernah bermimpi. Dalam mimpinya ia bertemu presiden Soeharto. Dia berharap mendapat rezeki besar. Karena konon, jika kita bermimpi orang besar itu sebagai pertanda akan mendapat rezeki besar. Saya turut tak sabar menunggu apa yang terjadi. Tak lama, sahabat itu mengabari saya kalau dia baru saja diterima di sebuah bank asing yang gajinya hampir tiga lipat dari yang ia terima dari bank swasta lokal tempat ia bekerja sebelumnya.
Ganti waktu ia bermimpi hal yang sama. Benar saja, tak lama sebuah promosi besar ia dapatkan. Saya turut senang. Namun diam-diam saya bertanya-tanya kemudian. Kenapa berita-berita besar itu tak mampir dalam hidup saya? Padahal, saya bermimpi bertemu orang besar begitu seringnya. Hampir semua presiden sudah pernah mampir dalam mimpi saya, termasuk Raja Jawa, termasuk Ratu Bilkis! Saya merasa ada yang istimewa dengan diri saya.
Konon lagi, jika kita bermimpi dikasih bayi, kita akan mendapat rezeki. Bagaimana jika mimpi itu datang bertubi-tubi hampir setiap malam dan selama bertahun-tahun? Wah, mestinya saat ini sudah menjadi konglomerat. Ibu saya menghibur: 'Rezeki itu tak harus dilihat melulu berupa materi." Agak melegakan namun tetap mengharap akan ada pencerahan.
Konon lagi, jika kita bermimpi dikasih bayi, kita akan mendapat rezeki. Bagaimana jika mimpi itu datang bertubi-tubi hampir setiap malam dan selama bertahun-tahun? Wah, mestinya saat ini sudah menjadi konglomerat. Ibu saya menghibur: 'Rezeki itu tak harus dilihat melulu berupa materi." Agak melegakan namun tetap mengharap akan ada pencerahan.
Belum lama, dalam sebuah makan malam dengan sejumlah sahabat, tercetus obrolan tentang '165'. Salah seorang sahabat saya itu bekerja untuk sebuah lembaga penyelenggara ESQ. Saya sama tak mengerti tentang deretan angka 1-6-5. Namun saya merasa begitu familiar. Lalu saya interupsi. Saya pernah bermimpi tentang angka-angka itu setahun lalu. "Angka 1 menunjukkan Tuhan Allah, angka 6 menunjukkan rukun iman, dan angka 5 menunjukkan rukun Islam."
Subhanallah. Ya, Allah. Saya sesungguhnya telah diperingatkan. Namun waktu itu saya tidak mendapatkan referensi yang tepat. Saya ingat betapa tahun lalu itu saya dalam suasana banyak Tuhan.
Subhanallah. Ya, Allah. Saya sesungguhnya telah diperingatkan. Namun waktu itu saya tidak mendapatkan referensi yang tepat. Saya ingat betapa tahun lalu itu saya dalam suasana banyak Tuhan.
Lalu bagaimana dengan angka 17? Saya kembali teringat ada mimpi saya yang lainnya tak lama setelah saya bermimpi tentang 165. "Tujuh belas itu jumlah rakaat sholat wajib dalam satu hari." Saya terhenyak. Sungguh, saya benar-benar telah diperingatkan. Namun tak membuat saya sadar segera kala itu.
Masih ada satu lagi. "31 Agustus?" Sahabat saya mencoba memberi kunci: "Mungkin ada hubungannya dengan sebuah surat dari Al Quran dan ayatnya?" Tak lama saya sudah membuka terjemahan kita suci.
Saya mulai mengotak-atik. Ada dua kemungkinan kelompok petunjuk: surat ke 31 (ayat 8 atau surat ke 3 ayat 18. Surat ketiga adalah Ali Imran. Ayat 18 berbunyi: Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Sedangkan surat ketigapuluh satu adalah surat Luqman. Ayat 8 berbunyi: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajian, mereka akan mendapat surga-surga yang penuh kenikmatan.
Semoga benarlah adanya. Maka bersujudlah saya. Minta ampun karena telah menuhankan selain Dia.
Comments