Seorang sahabat saya sedang galau. Ia dan keluarganya menjadi salah satu korban kasus sengketa tanah di daerah Meruya, Jakarta Barat. Tentu saja saya turut prihatin. Membayangkan jika rumah saya pun ada di antaranya, apa hati tidak tentram siang malam?
Kasus kecil-kecil seputar pertanahan, sempat mampir di keluarga saya. Yeah, tidak sempat jadi sengketa ramai.
Kasus kecil-kecil seputar pertanahan, sempat mampir di keluarga saya. Yeah, tidak sempat jadi sengketa ramai.
Almarhum Bapak sempat menegur seorang pemilik sawah yang bersebelahan dengan sawah kami. Bapak menanam baru-batu besar di dalam pematang sebagai pembatas. Hal ini ia lakukan diam-diam. Jika hal itu tak dilakukan, katanya, pematang suka bergeser. Tentunya bukan bergeser sendiri. Suatu hari Bapak menemukan batu-batu yang ia tanam sudah tak ada di tempatnya lagi, malah sudah berada di atas pematang. Rupanya, pemilik sawah yang bersebelahan dengan sawah milik kami itu telah memperluas sawahnya dengan cara memangkas pematang yang seharusnya menjadi batas. Pematang menjadi sangat ramping sehingga sulit sekali dilalui tanpa tercebur.
Lain waktu, ada kejadian lagi. Bapak sudah tidak ada. Sepetak tanah yang sudah dibeli Bapak sejak saya sangat kecil, tahu-tahu dipangkas sesorang. Orang itu membeli tanah yang berbatasan dengan tanah keluarga saya. Beberapa tetangga memberi tahu kelakuan orang itu. Keliling tanah milik kami dipagari tumbuhan kayu. Antara tanah kami dengan tanah yang dibeli orang itu, sebetulnya ada jalan setapak yang sudah sangat lama dijadikan lalu lintas para pejalan kaki. Jalan setapak itu diambil, pun pagar tanaman tanah kami dia babat juga. Serakah sekali orang itu.
Kasus-kasus kecil saja bikin hati berang. Bagaimana jika menyangkut yang besar? Ah, semoga semua masalah bisa segera terurai dan menemukan solusinya. Semoga orang-orang yang dzolim segera dibukakan hati dan pikirannya.
Comments