Skip to main content

Bertemu Yesus

Sambil menunggu tukang yang akan bekerja di rumah, saya terlelap. Dua orang perempuan yang wajahnya sangat saya ingat mengetuk pintu. Mereka memperkenalkan diri sebagai murid-murid kajian Al Kitab dari sekte Saksi Yehua. Sejujurnya, nama itu baru saya dengar. Mungkin karena saya berada di luar komunitas kristiani, makanya tak terlalu perhatian pada hal demikian.

Dua orang tukang datang dan dengan berisiknya bekerja. Saya tetap menerima dua tamu yang katanya mau mengabarkan berita gembira kepada siapapun. Ah, namanya tamu, tentu saya akan menerimanya dengan senang hati. Saya tak ingin berburuk sangka dengan apa yang mereka lakukan. Kristenisasi? Injilisasi? Saya tak mau apriori.

Saat ini saya merasa telah menemukan kembali iman saya setelah bertahun-tahun menyublim. Lama saya telah bertualang dari satu keyakinan ke keyakinan lainnya. Jadi meskipun saya mendengar satu dua ayat tentang apapun dari pengabar manapun, insyaallah, tak akan menggoyahkan iman.

Mulailah dua perempuan itu bercerita. Tentang ajaran mereka yang menelaah kembali Al Kitab pada tatanan hakikinya. Maka sejumlah hal mereka kemukakan. Sangat kontroversial, kadang membuat saya kaget dan terkekeh karena betul-betul mengejutkan. Well, anggap saja untuk menambah wawasan.
Tak ada Tritunggal dalam Al Kitab! Saya melongo. Tritunggal yang juga dianut oleh Hindu dan agama Mesir Kuno, rupanya tak pernah sekalipun dituliskan dalam Al Kitab. Maka ajaran Kristen yang selama ini menyebutkan itu adalah keliru.

Tak pernah disebutkan dalam Al Kitab bahwa Yesus pernah disalibkan. Makanya tak ada ikon salib dalam sekte ini. Menurut mereka, Yesus meninggal, betul memang setelah mengalami penyiksaan, namun pada sebuah tiang gantungan. Bukan berupa salib. Pada zaman itu, penyiksaan orang pada salib tidak populer.

Masih beberapa hal yang dikabarkan oleh dua perempuan itu. Saya berterima kasih untuk perbincangan yang menyenangkan. Mereka pun berlalu untuk kemudian mengetuk pintu-pintu rumah lainnya untuk memberitahukan kabar yang menurut mereka sangat baik itu.

Hari berikutnya, mendadak saya dihubungi seorang klien yang ingin bertemu. Hari itu juga. Maka meluncurlah saya ke tempatnya. Setelah di tempatkan di ruang tamu, saya membolak-balik beragam bacaan sambil menunggu klien saya menemui. Ah! Di antaranya saya menemukan sebuah buku berjudul 'Manusia Kain Kafan'. Sangat menarik. Tentang pembuktian kain kafan tersebut yang disinyalir pernah digunakan untuk membungkus jenazah Yesus. Disertai berbagai ilustrasi yang seolah mendukung pembuktian itu. Termasuk bagaimana bentuk salib yang mungkin digunakan untuk menggantung Yesus.

Tiba-tiba saya tercenung. Saya terngat pada peristiwa tiga hari sebelumnya, di mana saya menulis blog berjudul 'The Story of Kejadian'. Awalnya saya memberi judul 'Kitab Kejadian'. Sahabat yang duduk berdekatan ketika saya mencoreti buku catatan ketika saya membuat outline tulisan bertanya tentang apa yang saya tulis. Apakah saya menulis tentang sesuatu yang berhubungan dengan kristiani? Lalu ia berkomentar panjang tentang pandangannya terhadap Kitab Kejadian. Terus terang, saya tak pernah tahu apa sesuangguhnya yang tercantum di dalam kitab itu. Apakah sejarah tentang penciptaan? atau berisi kisah-kisah berbagai kejadian?

Tiga peristiwa di atas yang terjadi secara berurutan itu membuat saya terpana. Gerangan apa? Mengapa saya?

Comments

Anonymous said…
menurut saya memang tdk ada salahnya anda menerima tamu anda tsb yang memberitahu anda ttg saksi yehua / kristen yang mereka anggap benar.
karena saya mengalami sdr jg, mnurut saya malah banyak bukti2 dari mereka yg dapat mendukung islam itu sdr.
kepercayaan mreka yg menyangkal tri tunggal dg dasar dari mreka tsb anda dpt meyakinkan org lain pula bahwa yesus bukan tuhan.
sutan.palala said…
hi salam kenal,

Saya juga ada teman akrab yang menganut kristen yehua..dalam berteman kita sih asyik-asyik aja tanpa ada saling memeksakan agama..(saya muslim).

Saya sering cerita 2 dengan dia masalah agama di kepercayaan kita masing2 dan malahan itu jadi nambah iman saya, karena memang banyak dari cerita kesaksian mereka yang agak mirip (bukan sama) dengan islam, contoh nya yesus bukan tuhan..

saya lebih melihat mereka itu beraliran sebelum yesus (isa) ada..dan pengikut mereka cukup banyak di belahan dunia..pernah saya tanya apakah mereka itu beraga kristen?? mereka jawab bukan, tp karena di Indonesia dulunya harus memilih salah satu agama (untuk pengurusan KTP dll), makanya mereka memakai lambang kristen, tp bukan kristen..melainkan Kesaksian yehuwa
suhud said…
hi sai dan sutan,

terima kasih atas respond anda. saya setuju untuk tidak saling berprasangka. anggap saja mereka memberi pencerahan kepada kita. saya sekarang tinggal di perth, banyak orang yang menawarkan ajaran-ajaran agar kita jadi penganutnya. seru juga mendengar cerita-cerita mereka.

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.