Skip to main content

Di Antara Dua Cinta

Waktu industri film kita masih berjaya, tiap tahun bisa diproduksi puluhan hingga ratusan judul film. Saking banyaknya, judul-judul film itu bisa gabung-gabung dan dijadikan bait puisi.


DI ANTARA DUA CINTA

entahlah
di hatiku masih ada DUA KEKASIH yang keduanya begitu istimewa di hati
bagiku mereka adalah DOEA TANDA MATA yang sangat berharga
padahal USIA 18-ku sudah lewat jauh
namun aku tetap saja belum bisa memutuskan apakah aku akan memilih Arini, si PERAWAN DESA atau Mer, si GADIS MARATHON

aku jadi ingat masa-masa KETIKA MUSIM SEMI TIBA
saat pertama kali bertemu si PERAWAN DESA yang adalah putri dari seorang sopir TAKSI bernama NAGA BONAR
tiap hari aku melakukan SERANGAN FAJAR untuk meluluhkan hatinya
sambil membawa seikat KEMBANG KERTAS
aku akan datang, DERU dan DEBU kuterjang
hingga akhirnya LANGIT SEMAKIN BIRU
hingga akhirnya KULIHAT CINTA DI MATANYA
oh, gembiranya hatiku
aku merasa seperti SATRIA BERGITAR yang menang perang
apalagi aku merasakan GAIRAH PERTAMA yang memuncak
aku merasa berada dalam kubangan LEBAK MEMBARA
Arini adalah CINTA PERTAMA-ku

namun Arini bukanlah perawan yang berbahagia
ia selalu bersedih karena ayahnya adalah seorang LAKI-LAKI DARI NUSA KAMBANGAN
yang pamit kepadanya dan IBUNDA pada suatu pagi untuk menjadi seorang masinis
namun ayahnya tak pernah kembali

tiap hari Arini menunggu kedatangan ayahnya
namun bagai minum SECANGKIR KOPI PAHIT, ayahnya tak pernah pulang
rupanya, ayahnya terkena GUNA-GUNA ISTRI MUDA

Arini selalu bersedih
ia bagai PEREMPUAN DALAM PASUNGAN
mencintainya, seperti berjalan di atas KERIKIL-KERIKIL TAJAM
setiap hari aku seolah harus menyibak KABUT SUTRA UNGU di hatinya

lalu BILA SAATNYA TIBA, ia akan terbaring DI BALIK KEMBALI
termenung sambil merenungkan PERISAI CINTA YANG TERKOYAK
maka, DARI BALIK JENDELA, aku akan selalu berusaha untuk menghibur hatinya:
ARINI, MASIH ADA KERETA YANG AKAN LEWAT
jangan sedih, BADAI PASTI BERLALU

kekasih keduaku, Mer, adalah GADIS MARATHON yang ternyata adalah PUTRI SEORANG JENDRAL
dia yang mengejarku. aku bertahan untuk tidak jatuh cinta karena aku sudah memiliki kekasih
namun, ia seorang GADIS PENAKLUK sejati
aku merasa MAJU KENA MUNDUR KENA hingga akhirnya aku luluh
di sebuah ISTANA KECANTIKAN, aku berkata: DI SINI CINTA PERTAMA KALI BERSEMI
Mer adalah CINTA KEDUA-ku
berulang kali aku merasakan kehangatan BIBIR MER

inilah CINTA ANAK ZAMAN
aku dan Mer bagaikan REMBULAN DAN MATAHARI
ia KEMBANG SEMUSIM yang senantiasa membuat hari-hariku riang

Tuhan, ijinkan aku untuk memiliki keduanya
JANGAN RENGGUT CINTAKU dari mereka
Engkau pasti tahu betapa aku menyayangi dan mencintai mereka
JANGAN AMBIL NYAWAKU sebelum aku menikahi keduanya
untuk mereka, akan KUBERIKAN SEGALANYA

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.