Menjadi orang ketiga dari seorang pasangan, kadang tak bisa kita hindari. Saya pernah menjadi penjahat itu. Ya, setelah masa berlalu, saya merasa telah berbuat kriminal karena menjadi pengganggu dari sebuah hubungan. Tapi kala itu saya berdalih, hubungan mereka memang sudah kacau beliau. Sejuta alasan memang.
Saya tak mau melakukannya lagi. Menjadi orang ketiga, siap-siap saja diperlukan tidak adil. Hidup rasanya tidak merdeka karena dijatah, dibatasi, diduakan.
Banyak pelaku, sebagai orang ketiga, meskipun menyadari itu keliru, namun tetap melakoni. Jika sudah bicara cinta, tahi kambing bulat-bulat ditaburi tepung gula pun masih berasa enak. Ironis emang. Cinta dijadikan kambing hitam, dijadikan pembenaran atas sebuah perbuatan. Tentu saja, cinta memang selalu menjadi pihak yang dimenangkan. Meskipun ilegal.
Otak sepertinya tidak berfungsi dengan baik ketika hati sudah dibalut cinta. Nasihat dari kanan-kiri rasanya hanya sejuk didengar seketika, selanjutnya masa bodoh.
Mungkin memang bukan cita-cita dari sebagian kita untuk menjadi orang ketiga. Ada yang memang tak tahu sejak awal bahwa orang yang dikencani sudah berpasangan karena pasangannya tak bercerita. Ada yang memang sudah tahu sejak permulaan. Ada yang langsung mundur teratur. Ada yang berlarut.
Saya tak punya nasihat untuk orang-orang yang memilih menjadi orang ketiga ini. Kecuali: teruskan! Puaskan! Hingga suatu hari nanti kalian menemukan cermin, bicaralah padanya.
Comments