Padahal hari itu mestinya saya membuat acara perpisahan dengan rekan-rekan satu kantor karena saya resmi mengundurkan diri. Namun saya bersikap bahwa hari itu seperti hari-hari sebelumnya, santai saja. Orang berhenti kerja kan biasa saja. Saya tak suka menjadi pusat perhatian. Tak suka menjadi pangkal keramain.
Begitu juga saat saya berulang tahun. Bukannya tak menghargai sahabat-sahabat yang repot-repot mengirimkan kartu ucapan, SMS, email, telepon, bahkan pesta kejutan. Saya memilih melewati hari ulang tahun dengan menganggap bahwa hari itu sama saja dengan hari-hari lainnya.
Bahkan, ketika hari pernikahan tiba, saya melakukannya in silence. Tak bisa membayangkan saya duduk di sebuah pelaminan sementara hiruk pikuk di sekitar saya. Ah, saya bukan type manusia seperti itu. Begitulah. Saya memang tak suka di tengah hura-hura kerumunan orang. Apalagi jika harus menjadi pusat perhatian.
Contoh lain, saya tak pernah membeli tiket untuk menonton konser musik. Pernah beberapa kali menadapat tiket gratisan, namun tak saya gunakan. Saya lebih suka memberikannya pada sahabat lain yang memang gandrung dengan acara semacam itu. Padahal saya penikmat musik. Padahal saya penikmat tontonan. Saya hanya merasa nyaman dan aman jika monontonnya di depan layar TV di rumah. Biarlah.
Sesekali saya memang pergi ke tempat pertunjukan: film, teater, tari kontemporer. Bukan sirkus. Bukan ludruk. Jika saya harus terlibat dalam sebuah produksi pertunjukan, saya akan memilih menjadi orang di balik layar. Bukan bintangnya.
Comments