Jika berada di jalan dan melihat kemacetan yang luar biasa, ingin rasanya menjadi seorang polisi lalu lintas. Mengurai kemacetan, menertibkan pengemudi yang menjadi oportunis main senggol kanan kiri tak mau antri.
Jika melihat kelakuan anak-anak bengal yang bukan kepalang badungnya, ingin rasanya menjadi orang tua mereka. Mengajari bagaimana berlaku santun, tidak merusak diri sendiri dan lingkungan, tidak menjadi sumber keributan, tidak merugikan orang lain.
Jika melihat sahabat-sahabat di tempat kerja saling sikut untuk mendapatkan promosi, ingin rasanya menjadi atasan mereka. Mengirimkan surat mutasi ke suatu daerah terpencil agar mereka sadar bahwa bekerja sama dengan tim, saling menghargai rekan kerja, tidak saling menjatuhkan, adalah hal yang lebih elegan dari pada merusak suasana kantor menjadi sebuah arena gladiator mencari perhatian.
Konon, hampir pada setiap manusia ada saja 'sesuatu' yang mengikuti. Semacam makhluk halus yang datang karena memang kita sendiri yang 'mengundang'. Mereka seperti jelmaan dari sifat-sifat dasar kita. Kita pemarah, pemurung. Kita over acting, serakah, pendendam. Jika kita melihat ada seseorang yang sedang marah meledak-ledak, sesungguhnya bukan orang semata-mata diri orang itu yang sedang mengumbar amarah, namun karena juga dikompori oleh 'sesuatu' itu.
Bijaksanalah. Kenali kelemahan diri sendiri. Kenali sifat-sifat sendiri. Jangan biarkan 'sesuatu' itu menguasai kita melebihi dari pada diri kita sendiri. Adalah bukan kewajiban diri saya untuk merubah perilaku dan moral setiap orang, namun diri setiap oranglah yang perlu melakukannya. Saya akan senang hati merubah diri agar tidak dikuasai oleh 'sesuatu' itu.
Kendalikan. Orang Jawa bilang, eling. Saya bilang, istigfar dan al fatehah bergantian di setiap tarikan nafas sebanyak mungkin. Merendahkan hati, menetralkan jiwa, memasang frekuensi setinggi-tingginya. Mengkarantina 'sesuatu' itu.
Comments