Skip to main content

Kita Meminta, Semesta Menjawab Atas Seijin Tuhan: Sudah Siapkah Kita Menerima?

Ah, saya mungkin terlalu tegas menegur seorang sahabat ketika ia berniat terus memperbaiki hubungan dengan kekasih. Padahal jelas-jelas kekasihnya telah selingkuh. "Kamu selama ini berdoa, kan? Terserah kamu, terbongkarnya perselingkungan pacar kamu dengan perempuan lain itu mau kamu anggap sebagai jawaban atau cobaan?" Sebetulnya saya hanya ingin mengingatkan. Kita mesti terbiasa dengan keajaiban doa. "Jika kamu anggap itu jawaban, kamu perlu merencanakan bagaimana meninggalkan dia dan mempersiapkan untuk menyongsong calon kekasih baru kamu. Tapi jika kamu mengganggap itu cobaan, maka tabahlah. Berdoa semoga ia mau berubah pikiran dan kembali kepada kamu."

Tak berapa lama, sahabat saya yang lain mematung lama ketika saya sadarkan, "Bukankah selama ini kamu berdoa untuk mendapatkan jodoh segera? Tapi mengapa ketika ada pria yang ingin memperisteri kamu, kamu tolak?" Sahabat saya yang satu ini tiba-tiba saja dikejutkan oleh lamaran seorang sahabat lamanya. Namun karena beberapa kriteria, sahabat prianya ini tak masuk dalam nominasi untuk menjadi calon suami bagi dia.

Begitulah. Kita berdoa dan Tuhan menjawab. Namun seberapa jauh kita menilai jawaban-jawaban dari Tuhan itu? Karena terbiasa menganggap sepele atau karena tak terbiasa dengan keajaiban doa, kita memandulkan diri untuk belum bisa menerima. Kita masih terjebak dengan kriteria, standar, maupun syarat-syarat yang kita ciptakan.

Padahal maksud saya, pertama adalah mensyukuri dulu apa saja yang kita terima apapun bentuknya, berapa pun jumlahnya, sebesar apapun ukurannya. Siapa tahu bukan 'sesuatu' yang datang pertama itu yang akan menjadi bagian kita. Siapa tahu itu hanya batu lompatan, lorong pembuka, atau semacam ujian kecil bagaimana dengan sikap kita. Atau siapa tahu memang itulah rezeki dan jodoh kita. Tuhan telah menentukan semuanya. Jika saat ini kita menolak, kita hanya mengulur dan membuang waktu saja. Kita tak pernah tahu bahwa bisa saja segunung kebaikan ada di balik semua itu.

Untunglah, tak perlu lama untuk bisa mencerna maksud teguran saya. Sahabat-sahabat saya segera menyadari dan mereka berniat memperbaiki sikap dan pikiran mereka.

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Super Deal 2 Milyar, Super Rekayasa?

ANTV bersimbiosis dengan STAR TV. Secara revolusioner statsiun TV ini melakukan pembenahan. Maka program-program unggulan diluncurkan. Berminat dengan kemilau dan bakat Farhan, mereka berani mengontrak secara ekslusif lelaki asal Bandung yang sebelumnya tumbuh subur di lading kreatif Trans TV, dengan nilai rupiah yang menjuntai. Namun program talk show yang dikomandani Farhan setiap malam itu hingga kini belum bisa dikatakan sukses. Lalu, muncullah acara kuis Super Deal yang mempesona jutaan pemirsa karena nilai hadiahnya yang mencapai 2 milyar Rupiah. Siapa yang tak ingin ketiban rejeki sebanyak itu? Kali ini, Nico Siahaan yang berkesempatan membawakan acara. Untuk meningkatkan awareness public terhadap acara kuis Super Deal, baliho besar-besar dipasang nyaris di setiap perempatan jalan Jakarta, entah kalau di luar kota. Lalu secara mengejutkan, sepasukan guru yang menjadi peserta kuis tiba-tiba tampil dan berhasil mendapatkan uang senilai dua milyar! Fantastis...